7 research outputs found

    IMPLEMENTASI POP-UP COMIC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK SEBAGAI MEDIA LITERASI

    Get PDF
    Di era revolusi industri 4.0 membawa pengaruh pada mainan anak. Saat ini anak lebih menyukai permainan dan media yang modern dan canggih, khususnya smartphone. Padahal media tersebut memiliki dampak yang buruk bagi anak. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian penerapan media pop-up comic yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa serta mendukung aktivitas literasi sejak dini yang diterapkan pada anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini mengunakan penelitian kualitatif desktriptif. Penelitian ini dilakukan di PAUD Terpadu N. 1 Rumah Cinta Kab. PALI Prov. Sumsel. Hasil penelitian berdasarkan aspek perkembangan bahasa memperoleh hasil peningkatan yang baik sekali. Maka dapat disimpulkan bahwa media pop-up comic untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak sebagai media literasi dapat diimplementasikan dalam pelajaran untuk anak usia 5-6 tahun dengan baik sekali

    Peran Pendidik dalam Konsep Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran pendidik dalam perkembangan anak usia dini. Tulisan ini mengulas mengenai peran pendidik dalam perkembangan dan pertumbuhan anak melalui konsep psikologi perkembangan. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif yang melibatkan peneliti studi pustaka (studi literatur). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara teoritik terdapat tiga teori terdahulu dalam perkembangan  dan pertumbuhan anak, diantaranya adalah teori Piaget, teori Vygotsky, dan  Bowlby. Menurut Piaget, anak usia dini memiliki pikiran yang pra-operasional dimana anak sudah mampu mengembangkan tindakan terstruktur untuk menghadapi lingkunganny. Selanjutnya menurut Vygotsky perkembangan anak pada masa menuju pra-sekolah didasari oleh jenis-jenis interaksi yang dimiliki anak di lingkungan sosialnya yang berpusat pada pencapaian tugas perkembangan. Dan menurut Bowlby dengan teorinya yaitu attachment (melekat) anak berkosentrasi pada kebutuhan mereka untuk mempertahankan kedekatannnya kepada orang tuanya atau pengasuhnya (termasuk pendidik). Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar/lingkungan)

    Perlukah pencegahan bullying masuk dalam kurikulum sekolah dasar?

    Get PDF
    Bullying terjadi dimana saja dan sebagian besar terdapat di lingkungan sekolah termasuk sekolah dasar. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan opini penerapan pencegahan bullying dalam kurikulum sekolah. Beragam jenis bullying yang banyak membuat anak-anak pada usia sekolah dasar tidak mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan termasuk kegiatan bullying khususnya jenis verbal. Sebagian besar anak-anak sekolah dasar menganggap tindakan bullying yang mereka lakukan terhadap teman sebagai bercandaan biasa. Lebih dari setengah korban bullying tidak melaporkan hal tersebut kepada orang dewasa karena merasa takut. Dampak dari bullying dapat menjadikan korban stress, tidak memiliki kepercayaan diri, tidak dapat bersosialisasi secara normal dan bahkan hingga memilih bunuh diri. Antisipasi pencegahan bullying dapat disisipkan secara langsung maupun tidak langsung melalui agenda pendidikan di sekolah. Pendidikan tentang bullying pada tahap sekolah dasar sangat penting diterapkan untuk mencegah bullying yang lebih jauh. Pendidikan ini dapat diterapkan dalam kurikulum belajar seperti pada mata pelajaran agama, muatan lokal, bimbingan konseling, atau menjadi sebuah mata pelajaran tersendiri. Praktik pencegahan bullying bisa diberikan melalui aktivitas bersama seperti olahraga atau kegiatan berlomba dengan mencampurkan murid antar kelas. Pendidikan ini membawa informasi kepada anak-anak tentang berbagai macam bullying, meningkatkan kepedulian guru terhadap bullying sekecil apapun, serta membangun hubungan sebaya yang positif. Oleh karena itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan perlu mempertimbangkan pencegahan bullying pada penyusunan kurikulum pendidikan.Bullying terjadi dimana saja dan sebagian besar terdapat di lingkungan sekolah termasuk sekolah dasar. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan opini penerapan pencegahan bullying dalam kurikulum sekolah. Beragam jenis bullying yang banyak membuat anak-anak pada usia sekolah dasar tidak mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan termasuk kegiatan bullying khususnya jenis verbal. Sebagian besar anak-anak sekolah dasar menganggap tindakan bullying yang mereka lakukan terhadap teman sebagai bercandaan biasa. Lebih dari setengah korban bullying tidak melaporkan hal tersebut kepada orang dewasa karena merasa takut. Dampak dari bullying dapat menjadikan korban stress, tidak memiliki kepercayaan diri, tidak dapat bersosialisasi secara normal dan bahkan hingga memilih bunuh diri. Antisipasi pencegahan bullying dapat disisipkan secara langsung maupun tidak langsung melalui agenda pendidikan di sekolah. Pendidikan tentang bullying pada tahap sekolah dasar sangat penting diterapkan untuk mencegah bullying yang lebih jauh. Pendidikan ini dapat diterapkan dalam kurikulum belajar seperti pada mata pelajaran agama, muatan lokal, bimbingan konseling, atau menjadi sebuah mata pelajaran tersendiri. Praktik pencegahan bullying bisa diberikan melalui aktivitas bersama seperti olahraga atau kegiatan berlomba dengan mencampurkan murid antar kelas. Pendidikan ini membawa informasi kepada anak-anak tentang berbagai macam bullying, meningkatkan kepedulian guru terhadap bullying sekecil apapun, serta membangun hubungan sebaya yang positif. Oleh karena itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan perlu mempertimbangkan pencegahan bullying pada penyusunan kurikulum pendidikan

    Kegiatan Menulis Surat “Curhat” untuk Deteksi Bullying pada Siswa Sekolah Dasar

    Get PDF
    Siswa sekolah dasar yang menjadi korban bullying cenderung takut melapor kepada guru dan orang dewasa. Sementara, guru kurang menyadari adanya kejadian bullying di antara peserta didik. Kasus bullying diharapkan segera terdeteksi agar tidak menekan kondisi mental siswa secara berkepanjangan. Paper ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan surat “curhat” dalam mendorong siswa untuk menyampaikan pengalaman tindakan bullying di sekolah. Paper ini menekankan tiga manfaat penting dari kegiatan menulis surat “curhat” bagi siswa. Pertama, strategi menulis membuat siswa tidak merasa terintimidasi dibandingkan jika melaporkan secara tatap muka. Kedua, ada jaminan kerahasiaan identitas korban dan pelaku bullying sehingga mengurangi kecemasan jika diketahui siswa lainnya di sekolah. Ketiga, siswa lebih fleksibel menceritakan pengalaman bullying karena tidak terikat tempat dan waktu pelaporan. Kegiatan menulis surat “curhat” memberi kemudahan dan keeksklusifan menyampaikan keluhan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pendekatan secara private agar berhasil menemukan kasus bullying yang dialami siswa.Siswa sekolah dasar yang menjadi korban bullying cenderung takut melapor kepada guru dan orang dewasa. Sementara, guru kurang menyadari adanya kejadian bullying di antara peserta didik. Kasus bullying diharapkan segera terdeteksi agar tidak menekan kondisi mental siswa secara berkepanjangan. Paper ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan surat “curhat” dalam mendorong siswa untuk menyampaikan pengalaman tindakan bullying di sekolah. Paper ini menekankan tiga manfaat penting dari kegiatan menulis surat “curhat” bagi siswa. Pertama, strategi menulis membuat siswa tidak merasa terintimidasi dibandingkan jika melaporkan secara tatap muka. Kedua, ada jaminan kerahasiaan identitas korban dan pelaku bullying sehingga mengurangi kecemasan jika diketahui siswa lainnya di sekolah. Ketiga, siswa lebih fleksibel menceritakan pengalaman bullying karena tidak terikat tempat dan waktu pelaporan. Kegiatan menulis surat “curhat” memberi kemudahan dan keeksklusifan menyampaikan keluhan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pendekatan secara private agar berhasil menemukan kasus bullying yang dialami siswa, seperti melalui media surat “curhat” ini. 

    PENGGUNAAN MEDIA PODCAST DAN RADIO UNTUK MENSTIMULASI KREATIVITAS PENDIDIK PAUD PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR SUMATERA SELATAN

    Get PDF
    This research was motivated by the researchers' interest in podcast and radio-based learning media as an online learning solution during the Covid-19 pandemic. In online learning, PAUD educators are required to be creative in making learning media. However, the fact in the field is that there are still many educators who are not proficient in using technology to create learning media. Another fact shows that the welfare of the internet network in Indonesia is still not evenly distributed. This means that online learning is hampered and educators are less creative in packaging digital learning media. The Education Office of Penukal Abab Lematang Ilir Regency organized a podcast and radio media learning content program for learning during the COVID-19 pandemic. Therefore, with this study, researchers want to dissect the implementation of the use of podcasts and radio that can stimulate the creativity of educators. This study uses qualitative research with data sources from representatives of the Education Office, Radio RDP, a team of facilitators from IGI Pali and Digiedu Community, as well as PAUD educators. The technique of testing the validity of the data uses triangulation of sources and techniques. The main purpose of this research is to examine the implementation of using podcast and radio media to stimulate the creativity of PAUD educators during the COVID-19 pandemic and to see what creativity is seen in the implementation of podcast and radio media creation. The results of this study indicate that: (1) The implementation of using podcasts and radio to stimulate the creativity of PAUD educators is made of webinars and online training programs. The implementation of this training program is adjusted to the material for making scripts, sound recordings, audacity applications, audio visualizers and publications of works. (2) Implementation of the use of podcasts and radio can stimulate the creativity of PAUD educators. This is evidenced by the characteristics of creativity that emerge and develop, such as script story ideas, imagination, curiosity, instinct, innovation, discipline, optimism, and productivity

    [PHS5] Trend membully balik: perlukah regulasi pembatasan konten kekerasan pada anak?

    No full text
    Tujuan: Mengekplorasi kejadian pembullyan balik yang terjadi di jaringan internet. Isi: bullying tidak hanya terjadi dalam keadaan interaksi secara langsung tetapi juga menggunakan media sosial. Media sosial digunakan oleh 130 juta orang Indonesia. Dengan pengguna paling banyak pada kelompok remaja. Kelompok ini merupakan kelompok yang masih rentan dengan beragam informasi yang beredar. Penggunaan media sosial ini memberikan manfaat dalam kecepatan penyebaran informasi. Setiap kalangan dapat  mengakses informasi dengan mudah sehingga kita dapat memberikan informasi terkait pencegahan perundungan bagi anak-anak remaja. Lesson learned: Blow up kasus bullying yang membuat semua orang tahu siapa pembully dan korban yang di bully padahal belum diketahui siapa yang salah. Kedua, kesehatan mental korban bullying akan terganggu. Pada akhirnya, masyarakat tidak berhak untuk memperluaskan kasus pembullyan yang belum diklarifikasi oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Perlu kerjasama dengan KOMINFO untuk memblokir konten kasus bullying

    Pengalaman mahasiswa sebagai volunteer untuk belajar program kesehatan di komunitas

    No full text
    Tujuan: Mahasiswa menghabiskan waktu belajar di lapangan hanya saat kuliah kerja nyata atau praktik kerja lapangan saja. Sementara untuk mampu mengelola program kesehatan penduduk, mahasiswa membutuhkan “jam terbang” lebih banyak. Paper ini berargumen bahwa partisipasi sebagai volunteer memberi kesempatan mahasiswa untuk belajar program kesehatan secara langsung. Paper ini juga menguraikan tantangan yang dihadapi mahasiswa. Poin yang ditekankan: Kesempatan menjadi volunteer bukan hal baru di kalangan mahasiswa. Contoh-contoh pengalaman mahasiswa menjadi volunteer yang sudah ada cukup beragam seperti relawan saat situasi bencana, petugas lapangan untuk program dari pemerintah dan universitas, tenaga pendamping lembaga swadaya masyarakat lokal, nasional, dan NGO internasional. Aktivitas volunteer memberi tiga pembelajaran berharga bagi mahasiswa. Pertama, praktik mengorganisasi program kesehatan sebagai refleksi dari materi perkuliahan, Kedua, latihan  bekerja dalam tim untuk membangun community engagement,  ketiga, dekat dengan penduduk dapat membangkitkan jiwa humanis mahasiswa untuk peduli pada komunitas. Ada dua tantangan utama yang dihadapi mahasiswa saat menjadi volunteer. Pertama, bekerja sama dengan profesi kesehatan lain karena membutuhkan strategi kolaborasi interprofesi untuk menjadi tim pelaksana program yang solid, kedua, kendala berkomunikasi dengan penduduk setempat terutama bagi mahasiswa yang belum mempunyai pengalaman sebelumnya.Simpulan: Program volunteer mahasiswa dapat digunakan sebagai praktik belajar sekaligus membantu tenaga kesehatan dalam mengelola program kesehatan penduduk. Universitas perlu membuat program volunteer saat libur semester dan bermitra dengan pemerintah dan swasta agar menerima mahasiswa untuk bergabung.
    corecore