28 research outputs found
Efforts to increase nutritional status among Cytomegalovirus (CMV) infected children
Malnutrition has an interrelated relationship with infectious diseases, where infection can occur malnutrition and can cause malnutrition in children. Children who infected with CMV need an increase in nutritional status, but with malnutrition, the recovery process and the body's immune enhancement cannot be optimal. This study aimed to identify the efforts to improve the nutritional status of children infected with CMV in Tegal, Central Java, Indonesia. This study was a qualitative study with phenomenological approach. The informants were parents or caregivers of the children infected with CMV. Data obtained through interviews and observations, which then analyzed through the stages of data reduction-presentation-drawing conclusions. Data were analyzed using triangulation methods. The results showed that the nutritional status of children after recovery of CMV infection had increased. That was because the informant always ensures nutrients needed even given using a soft texture and gradually increase to rough. The tendency of informants to provide the same food has the risk of increasing the deficiency of micronutrients in children. Therefore we need an effort to improve the provision of food variations in children
KONSELING ZAT BESI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS NY. E SUMUR PANGGANG
Di ketahui prevalensi kejadian anemia secara Nasional sebesar 50,9 %(Depkes, 2007), prevalensi kejadian anemia di kota Tegal berkisar 7,64 % (Dinkes Jateng,2002), dan kejadian anemia pada ibu hamil TM III di BPS NY. E Kelurahan Sumur Panggang Kecamatan Margadana Kota Tegal tahun 2010 pada bulan januari sebesar 94,28 %. Studi pendahuluan yang di lakukan terdapat 7 dari 10 responden yang mengaku kurang mendapatkan konseling. Fungsi konseling sebagai upaya pencegahan terjadinya kejadian anemia (Wiknjosastro, 2002).  Tujuan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh konseling zat besi terhadap kejadian anemia.Hasil penelitian ini adalah hubungan antara gambaran konseling dengan kejadian anemia (ada / tidaknya perubahan kadar Hb ) pada ibu hamil trimester III di BPS Ny. E kelurahan Sumur Panggang kecamatan Margadana Tegal tahun 2010, di ketahui bahwa pada responden yang mendapat konseling dengan baik, lebih banyak mengalami perubahan kadar Hb yaitu sebesar (80,8 %) di bandingkan dengan responden yang tidak mengalami perubahan kadar Hb yaitu (50 %). Sementara pada responden yang mendapat konseling kurang baik, lebih banyak yang tidak mengalami perubahan kadar Hb sebesar 50 % di bandingkan yang mengalami perubahan kadar Hb sebesar 19,2 %.Kata Kunci: Pengaruh Konseling, Kejadian anemia, Ibu hamil TM II
PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG DIET GIZI UNTUK PENYAKIT HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS DI POSYANDU LANSIA
Abstrak: Sebagian besar kematian akibat Covid-19 terjadi pada orangtua dengan prosentase komorbid tertinggi adalah hipertensi dan diabetes. Kedua penyakit tersebut juga sering menimbukan komplikasi pada penderitanya. Untuk itu perlu dijaga pola hidup lansia termasuk pola makannya agar tidak mengalami komplikasi akibat penyakit tersebut serta dapat bertahan bila terinfeksi Covid-19. Posyandu lansia merupakan tempat strategi untuk meningkatkan pengetahuan lansia. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan peserta posbindu tentang penyakit hipertensi, diabetes serta pengetahuan tentang diet gizi bagi penderita kedua penyakit tersebut. Metode kegiatan yang digunakan adalah penyuluhan dengan peserta sebanyak 20 orang pre lansia/lansia dan 5 kader. Kegiatan melalui 3 tahapan, Tahap pertama dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan gula darah sewaktu. Hasil pemeriksaan menunjukkan 32 % peserta mengalami hipertensi dan 48 % kadar gulanya tinggi.Tahap ke-2 dilakukan penyuluhan dengan materi pertama adalah penyebab penyakit, gejala tanda serta komplikasi yang ditimbulkan hipertensi dan diabetes. Materi kedua tentang diet gizi meliputi jenis makanan yang boleh/perlu dibatasi, serta cara memantau penyakitnya. Tahap ketiga dilakukan evaluasi dan hasilnya terjadi peningkatan pengetahuan peserta karena mereka dapat menjawab dengan benar atas pertanyaan yang diberikan secara acak.Abstract: Most deaths due to Covid-19 occurred in parents with the highest percentage of comorbidities being hypertension and diabetes. These two diseases also often cause complications in sufferers. For this reason, it is necessary to maintain the elderly's lifestyle, including their diet, so that they do not experience complications due to this disease and can survive if infected with Covid-19. Posyandu for the elderly is a strategic place to increase the knowledge of the elderly. The aim of this actifity is to increase Posbindu participants’knowledge about hypertention, diabetes and knowledge about nutrional diets for sufferers of these two diseaseas. The activity method used was counseling with 20 pre-elderly/elderly people and 5 cadres as participants. The activity goes through 3 stages. The first stage is to check blood pressure and blood sugar at any time. The results of the examination showed that 32% of participants had hypertension and 48% had high blood sugar levels. In the second stage, education was carried out with the first material being the causes of the disease, signs and symptoms and complications caused by hypertension and diabetes. The second material about nutritional diet includes the types of food that can/need to be limited, as well as how to monitor disease. The third stage was evaluated and the results were an increase in participants' knowledge because they were able to answer questions correctly given randomly
ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015
Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( MP-ASI ) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.1 Pertumbuhan bayi yang optimal dapat dicapai salah satunya dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan. Di Kota Tegal khususnya Puskesmas Margadana dari laporan bulanan diketahui bahwa pada tahun 2013 terdapat 50 dari 134 bayi yang telah mendapat ASI esklusif sampai 6 bulan. Jadi terdapat sekitar 62,7 % bayi yang mendapatkan MP-ASI terlalu dini/kurang dari 6 bulan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemberian makanan MP-ASI pada bayi di Puskesmas Margadana pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional pada bayi usia 0 – 6 sebanyak 57 bayi di Puskesmas Margadana sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 57 bayi sebagai sampel maka terdapat 86 % (49 bayi) yang telah mendapatkan MP-ASI secara dini/kurang dari 6 bulan. Setelah dilakukan uji bivariat dengan taraf kesalahan 5 % dan uji chi square maka dapat diketahui tidak ada hubungan antara masing-masing faktor penyebab tersebut dengan perilaku pemberian MP-ASI secara dini ( p-value) < 0,05. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tidak cukup bukti untuk dilakukan uji hubungan atas hipotesis tersebut karena jumlah sampel yang terlalu kecil, khususnya adalah jumlah ibu yang berperilaku baik / memberikan MP-ASI ≥ 6 bulan . Perlu diteliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian MP-ASI secara dini dengan mempertimbangkan jumlah sampel yang besar, menggunakan disain yang lebih baik ( kasus control) dan menambah variabel yang diteliti seperti persepsi ibu tentang ketidakcukupan ASI yang dimilikinya.Kata Kunci :MP-ASI, Analisis Perilaku Factor Penyeba
FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL
Proporsi pasangan usia subur indonesia menurut BKKBN Kabupaten Tegal tahun 2014 menunjukan bahwa jumlah akseptor KB Aktif mencapai 266.413 orang. Untuk wilayah kecamatan bojong pencapaian peserta KB aktif tahun 2013 yaitu 64,44%. Sehingga sudah hampir mencapai target pancapaian KB di Kabupaten Tegal sebesar 65%.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada akseptor KB wanita di Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal.Dari hasil uji kolerasi, terdapat hubungan antara umur dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,000 < 0,05. Ada hubungan antara jumlah anak yang diinginkan dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,000 < 0,05. Ada hubungan antara riwayat KB yang lalu dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,001 < 0,05. Tidak ada hubungan antara status kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,375 > 0,05. Tidak ada hubungan antara riwayat haid yang lalu dengan pemilihan alat kontrasepsi. Ada hubungan antara riwayat haid sekarang dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,012 > 0,05. Tidak ada hubungan antara efektifitas dengan pemilihan alat kontrasepsi. Ada hubungan antara efek samping dengan pemilihan alat kontrasepsi dengan p value = 0,005 > 0,05. Tidak ada hubungan antara biaya dengan pemilihan alat kontrasepsi.Kata kunci : akseptor KB, pemilihan alat kontrasepsi, wanit
Edukasi Keputrian Pada Siswi SMK Muhammadiyah Lebaksiu Kabupaten Tegal
Periode remaja merupakan masa adanya perubahan yang cukup besar dan dapat mengakibatkan adanya kebingungan dan kecemasan yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku remaja dalam menghadapi permasalahan terkait kesehatan reproduksinya. Pemberian pendidikan kesehatan remaja merupakan strategi yang dinilai efektif menimbang remaja memiliki pemikiran yang terbuka dan dalam tahapan belajar sehingga secara tidak langsung merubah perilaku remaja menjadi lebih positif. Sasaran kegiatan ini merupakan remaja siswi SMK Muhammadiyah Lebaksiu sebanyak 50 siswi. Metode pendidikan diberikan dengan ceramah dan praktek agar sasaran dapat memahami lebih mudah. Materi yang diberikan seputar kesehatan reproduksi seperti menstruasi, keputihan, pemenuhan nutrisi serta deteksi kanker payudara (SADARI). Dengan adanya informasi kesehatan tersebut, remaja dapat lebih memahami bagaimana mendeteksi gangguan reproduksi serta mengetahui cara mencegah dan mengatasi gangguan tersebut.Ă‚
Edukasi Keputrian Pada Siswi SMK Muhammadiyah Lebaksiu Kabupaten Tegal
Periode remaja merupakan masa adanya perubahan yang cukup besar dan dapat mengakibatkan adanya kebingungan dan kecemasan yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku remaja dalam menghadapi permasalahan terkait kesehatan reproduksinya. Pemberian pendidikan kesehatan remaja merupakan strategi yang dinilai efektif menimbang remaja memiliki pemikiran yang terbuka dan dalam tahapan belajar sehingga secara tidak langsung merubah perilaku remaja menjadi lebih positif. Sasaran kegiatan ini merupakan remaja siswi SMK Muhammadiyah Lebaksiu sebanyak 50 siswi. Metode pendidikan diberikan dengan ceramah dan praktek agar sasaran dapat memahami lebih mudah. Materi yang diberikan seputar kesehatan reproduksi seperti menstruasi, keputihan, pemenuhan nutrisi serta deteksi kanker payudara (SADARI). Dengan adanya informasi kesehatan tersebut, remaja dapat lebih memahami bagaimana mendeteksi gangguan reproduksi serta mengetahui cara mencegah dan mengatasi gangguan tersebut.
GAMBARAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES BERDASARKAN GEJALA DAN FAKTOR PENYEBAB PADA IBU NIFAS DI KELURAHAN MARGADANA DAN SUMUR PANGGANG
Post partum blues dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab ini sering tidak dipedulikan dan diabaikan sehingga tidak terdiagnosa. Tanda – tanda kecemasan, sensitive, depresi. Penyebab Post Partum Blues ASI tidak keluar, frustasi karena bayinya tidak mau tidur, menangis, suami yang tidak mau membantu, tidak mau mengerti perasaan istri, sensirian mengurus bayi, dan tidak ada yang memebantu.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Kejadian Post Partum Blues Berdasarkan Gejala Dan Faktor Penyebab Pada Ibu Nifas Di Kelurahan Margadana Dan Sumur Panggang Tahun 2013. Dengan metodenya Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (2.5%) berumur 20 – 35 tahun, paritas sebagian besar responden (47.5%) primipara, pekerjaan sebagian besar responden (52.5%) bekerja, jenis persalinan sebagian besar responden (100%), kejadian kecemasan sebagian besar responden (60%), gejala kecemasan sebagian besar responden karena khawatir (47.5%), kejadian sensitive sebagian besar responden (75%), gejala sensitive sebagian besar responden karena sukar berkonsentrasi (55%), kejadian depresi sebagian besar responden (85%), gejala sensitive sebagian besar responden karena (75%), penyebab kecemasan sebagian responden karena nyeri setelah persalinan (55%), penyebab sensitive sebagian besar responden karena merasa kelelahan (55%), penyebab depresi sebagian besar responden karena sendirian mengurus bayi (57.5%)Kata Kunci : Post Partum Blues, Gejala, Ibu Nifa