8 research outputs found

    Review : Pengaruh Modifikasi Nutrisi Media Kultur Dunaliella Salina terhadap Aktivitas Sitotoksik Antikanker

    Full text link
    Dunaliella salina merupakan mikroalga halotolerant yang mampu bertahan dan tumbuh pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Upaya Dunaliella salina untuk bertahan adalah dengan meningkatkan produksi senyawa karotenoid serta senyawa lainnya. Tingkat salinitas yang tinggi, defisiensi Nitrogen, serta pengaruh suhu dan pencahayaan terbukti memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan Dunaliella salina serta meningkatkan produksi β-karoten. Tingginya kadar β-karoten memiliki hubungan erat terhadap peningkatan aktivitas sitotoksik Dunaliella salina terhadap sel kanker. Beberapa penelitian telah membuktikan (baik melalui uji invitro maupun invivo) bahwa Dunaliella salina baik yang dikultur pada media normal maupun hasil modifikasi mampu menghambat pertumbuhan sel kanker melalui beragam mekanisme. 9-Cis- β-Carotene (9CβC) merupakan jenis β-karoten yang banyak diproduksi secara alami oleh Dunaliella salina dan terbukti memiliki aktivitas sitotoksik lebih baik dibandingkan dengan β-karoten sintetik yang memiliki bentuk geometri All Trans β-Carotene (ATβC). Meskipun memiliki aktivitas sitotoksik, namun Dunaliella salina tetap aman dan selektif dalam menghambat pertumbuhan sel

    The Content of Fatty Acids in Indonesia's Fish Oil

    Get PDF
    Study of fatty acid content was conducted in six Indonesian fish oils taken from Surabaya, Sorong, Garut, Banyuwangi, and fish oil standard. The acid and peroxide values were a main parameters which affecting the quality of the fish oil. These parameters were set using the method stated on the SNI No. 01-3555-1998. The oil containing omega-3 such as EPA and DHA is beneficial for health. The study of fatty acid content in six fish oils were analyzed by GCMS Shimadzu QP 2010 ULTRA with FID Detector. RTX-5 were used as a column (diphenyl dimethyl polysiloxane as a solid buffer, size length 30 m, diameter 0,25 mm, and He as a gas mobile phase). The results showed that acid values for oil 1, 2, 3, 4, 5, and 6 were 0.55%, 0.50%, 0.48%, 0.55%, 0.48%, and 0.58%, respectively. While the peroxide values were 5.67, 4.72, 4.45,5.01, 4.85, and 5.27 meq/kg, respectively. GCMS analysis showed that fish oil 1, 2, 3, and 4 very dominant containing squalene of 29.45%, 32.34%, 21.07%, and 43.49%, respectively. While oil 6 contained EPA of 8.97% and DHA 6.56%, and that was the highest compared with other oils. However, oil 6 also contained a trans fatty acids i.e., elaidic acid of 26.8% and trans-13-docosanoic acid of 0.9%. For comparison, natural oil 5 was rich of linoleic acid (39.58%). The GCMS's analysis results proved that the oil 6 made from lemuru had a big potency to be developed for an Indonesian fish oil export comodity

    Telaah Kandungan Asam Lemak Esensial Dalam Empat Jenis Minyak Ikan Konsumsi Di Jawa Barat

    Full text link
    Penelitian terkait telaah kandungan asam lemak esensial dari empat jenis minyak ikan konsumsi di Jawa Barat telah selesai dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data ilmiah terkait kandungan asam lemak esensial didalam empat jenis ikan konsumsi. Bahan ikan yang digunakan adalah ikan mujair (Oreochromis mossambicus), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan gurami (Osphronemus goramy), dan ikan Bandeng (Chanos chanos). Minyak dari setiap jenis ikan diekstraksi dengan metode ekstraksi sinambung. Selanjutnya minyak ditransesterifikasi menjadi FAME kemudian dianalisis dengan menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa. Data hasil penelitian menunjukkan ikan mujair memiliki rendemen paling tinggi yaitu 8,57 + 0,06 % dari total bahan kering tanpa kepala dan ekor. Ikan nila mengandung minyak paling rendah yaitu 0,28 + 0,09 %. Berdasarkan penggolongan asam lemak, Minyak ikan mujaer mengandung SFA 35,36 + 4,86 %, MUFA 31,55 + 1,79 %, PUFA 19,15 + 2,05 %. Minyak ikan bandeng mengandung SFA 38,12 + 4,86 %, MUFA 36,64 + 2,21 % dan PUFA 18,4 + 2,02 %. Minyak Ikan gurami mengandung SFA 41,65 + 2,35 %, MUFA 40,29 + 1,13 %. Minyak Ikan Nila mengandung SFA 34,11 + 1,73%, MUFA 27,47 + 2,11 %, dan PUFA 38,43 + 2,81 %. Asam lemak esensial utama yang ditemukan pada penelitian ini diantaranya adalah ARA(ω-6), EPA(ω-3), dan DHA(ω-6)

    Isolasi Fraksi Senyawa Aktif Antibakteri Staphylococcus Epidermidis dari Chlorella Vulgaris B sebagai Bahan Aktif Antiseptik

    Full text link
    Infeksi kulit dapat disebabkan oleh patogen yang bervariasi, salah satunya adalah bakteri. Infeksi kulit yang diakibatkan oleh bakteri tidak hanya berupa infeksi primer tetapi bisa juga menyebabkan infeksi sekunder. Mikroalga hijau (Chlorella vulgaris B) merupakan bahan alam yang mengandung senyawa yang memiliki potensi sebagai senyawa antibakteri, khususnya bakteri penyebab infeksi kulit. Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas antibakteri Staphylococcus epidermidis dari ekstrak dan fraksi dari mikroalga hijau (Chlorella vulgaris B) penyebab infeksi kulit. Untuk mengetahui kandungan senyawa di dalam mikroalga hijau (Chlorella vulgaris B) dilakukan penapisan fikokimia, yang menunjukkan adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, monoterpen/seskuiterpen, polifenolat, steroid, tannin, dan antrakuinon. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Ekstrak yang dihasilkan sebesar 119,3145 gram. Fraksinasi dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair, menghasilkan fraksi n-heksana sebesar 4,7885 gram, fraksi etil sebesar 0,7852 gram, dan fraksi air sebesar 16,675 gram. Hasil pengujian aktivitas antibakteri penyebab infeksi kulit dari fraksi dengan menggunakan metode difusi agar menghasilkan zona hambat
    corecore