109 research outputs found
Evaluation of performance funding systems : results from the event study design
As part of the national agenda of accountability, state governments established performance funding policy to hold public institutions accountable for their performance. Accountability allows state policymakers to incentivize institutions to address state demands of increasing graduation rates in return for performance allocations. Although the states have implemented the policy for the same goal of increasing graduation rates, they allocate different levels of funding to their public institutions. Performance funding levels vary across the states from 1 percent to 100 percent of institutional base funding. However, it is not clear which funding level is more effective, if any. The purpose of this study is to evaluate the performance funding systems that allocate different funding levels and determine whether one performance funding system is more effective than the other(s). I employed the event study design to capture the variation in the event impact of the policy on the outcome (i.e., graduation rates). The findings revealed little evidence of consistent effect for performance funding systems on graduation rates in four-year institutions. However, two-year institutions in four out of the six cases examined in this study did have a statistically significant event impact on graduation rates when compared to their counterparts in the neighbors and nonadopters. The study offers some implications for state policymakers to make research-driven decisions regarding their performance funding policy
TEKNOLOGI BUDIDAYA RUMPUT LAUT Gelidium sp. DENGAN SUBSTRAT BERBEDA DI TAMBAK
Rumput laut Gelidium sp. merupakan jenis alga merah penghasil agar yang banyak diminati di beberapa negara karena memiliki kualitas yang lebih baik untuk membuat agar bacto dan agarose dan mampu hidup pada berbagai substrat perairan seperti pasir, pecahan karang dan substrat yang memiliki sumber nutrien yang lebih baik. Gelidium sp. ini memiliki karakteristik hidup pada lingkungan berpasir dan berbatu, sehingga perlu dilakukan uji coba dengan menggunakan beberapa substrat ditambak yang sesuai dengan karakterisrik lingkungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan menentukan substrat dasar perairan yang layak untuk budidaya rumput laut Gelidium sp. pada Desa Bori Masunggu, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang didesain menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, perlakuan tersebut adalah : (1) Substrat berpasir (S.P), (2) Substrat Berlumpur (S.L), (3) Substrat pasir berlumpur (S.PB) - (Pasir 75% dan lumpur 25%) (4) Substrat lumpur berpasir (S.LB) – (Lumpur 75% dan pasir 25%). Parameter yang diamati dalam pnelitian ini adalah laju pertumbuhan harian Gelidium sp. serta kualitas air sebagai parameter pendukung penelitian. Nilai laju pertumbuhan harian Gelidium sp. yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (anova) untuk melihat pengaruh pada perlakuan, dan apabila terdapat pengaruh (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji W-Tuckey dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS yang dilengkapi dengan analisa grafik dengan menggunakan bantuan Ms. Excel sedangkan data kualitas air selama masa pemeliharaan diolah menggunakan Ms. Excel berbentuk grafik dan dibahas secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan substrat terbaik untuk meningkatkan laju pertumbuhan harian rumput laut jenis Gelidium sp adalah subsrat pasir berlumpur yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan harian hingga 19,74 sampai ada minggu ke-8.Rumput laut Gelidium sp. merupakan jenis alga merah penghasil agar yang banyak diminati di beberapa negara karena memiliki kualitas yang lebih baik untuk membuat agar bacto dan agarose dan mampu hidup pada berbagai substrat perairan seperti pasir, pecahan karang dan substrat yang memiliki sumber nutrien yang lebih baik. Gelidium sp. ini memiliki karakteristik hidup pada lingkungan berpasir dan berbatu, sehingga perlu dilakukan uji coba dengan menggunakan beberapa substrat ditambak yang sesuai dengan karakterisrik lingkungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan menentukan substrat dasar perairan yang layak untuk budidaya rumput laut Gelidium sp. pada Desa Bori Masunggu, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang didesain menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, perlakuan tersebut adalah : (1) Substrat berpasir (S.P), (2) Substrat Berlumpur (S.L), (3) Substrat pasir berlumpur (S.PB) - (Pasir 75% dan lumpur 25%) (4) Substrat lumpur berpasir (S.LB) – (Lumpur 75% dan pasir 25%). Parameter yang diamati dalam pnelitian ini adalah laju pertumbuhan harian Gelidium sp. serta kualitas air sebagai parameter pendukung penelitian. Nilai laju pertumbuhan harian Gelidium sp. yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (anova) untuk melihat pengaruh pada perlakuan, dan apabila terdapat pengaruh (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji W-Tuckey dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS yang dilengkapi dengan analisa grafik dengan menggunakan bantuan Ms. Excel sedangkan data kualitas air selama masa pemeliharaan diolah menggunakan Ms. Excel berbentuk grafik dan dibahas secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan substrat terbaik untuk meningkatkan laju pertumbuhan harian rumput laut jenis Gelidium sp adalah subsrat pasir berlumpur yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan harian hingga 19,74 sampai ada minggu ke-8
Antizipiertes Bedauern bei der Kreditvergabe
In der vorliegenden Untersuchung wurde der Einfluss des antizipierten Bedauerns
auf die Entscheidungen bei der Kreditvergabe untersucht. Die Untersuchung war ein
2 (Feedback Immer vs. Feedback bei Nicht-Einigung) x 2 (Kreditnehmer vs.
Bankangestellter) Design, bei dem die Versuchspersonen eine Verhandlung mit
einem virtuellen Verhandlungspartner geführt haben. Insgesamt 358
WirtschaftsstudentInnen im Alter von 18 bis 63 haben an der Online-Untersuchung
erfolgreich teilgenommen. Hypothesenkonform und den Erkenntnissen von Larrick
und Boles (1995) entsprechend, verhalten sich die Versuchspersonen eher
bedauernsaversiv als risikoaversiv und sind bereit für sie ungünstigere Alternativen
zu wählen, wenn somit eventuelles Bedauern vermieden werden kann. In der
vorliegenden Arbeit wurden auch, anders als in den bisherigen Arbeiten zu diesem
Thema, der Verlauf der Verhandlung und die sukzessive Anpassung der Angebote
festgehalten, welche zeigen wie die Personen von ihrem anfänglich gesetzten
reservation price abweichen um das Bedauern zu vermeiden
The Functional Graphical Lasso
We consider the problem of recovering conditional independence relationships
between jointly distributed Hilbertian random elements given
realizations thereof. We operate in the sparse high-dimensional regime, where
and no element is related to more than other elements. In
this context, we propose an infinite-dimensional generalization of the
graphical lasso. We prove model selection consistency under natural assumptions
and extend many classical results to infinite dimensions. In particular, we do
not require finite truncation or additional structural restrictions. The
plug-in nature of our method makes it applicable to any observational regime,
whether sparse or dense, and indifferent to serial dependence. Importantly, our
method can be understood as naturally arising from a coherent maximum
likelihood philosophy
The Digital Platform Otto.de: A Case Study of Growth, Complexity, and Generativity
We analyze the growth, complexity, and generativity of the digital platform Otto.de, a revelatory case of a large German company that has opened up its internal IT platform to outside developers. We find indication for a superlinear growth pattern fueled by external developers and the introduction of microservices as well as the emergence of a structural separation within the platform. Furthermore, our research shows ways to explain the generativity of a digital platform based on the attention and activity received
IDENTIFIKASI MUSIM PRODUKTIF RUMPUT LAUT Eucheuma striatum DI PERAIRAN GORONTALO UTARA
Minimnya informasi di tingkat pembudidaya mengenai waktu tanam yang produktif sesuai spesifikasi lokasi dan perubahan musim membuat produktivitas lahan dikelola kurang optimal. Identifikasi terkait dengan musim optimal dalam pemanfaatan lahan secara produktif sebagai bagian dari manajemen budidaya perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan musim produktif rumput laut Euchuema striatum di wilayah perairan Teluk Langge, Gorontalo Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Desember 2015 di Desa Langge, Kabupaten Gorontalo Utara. Unit percobaan disusun dengan rancangan acak kelompok pada tiga zona lokasi budidaya sebagai perlakuan, dengan tiga kali ulangan. Zona-1 berdekatan dengan daratan (jarak: 100-200 m), zona-2 dengan estimasi jarak 500-600 m, dan zona-3 di bagian ujung teluk dengan jarak 1.000-1.500 m dari daratan utama. Indikator utama yang diamati adalah pertumbuhan, penyakit, dan kualitas perairan. Rumput laut Eucheuma striatum yang dibudidaya dengan metode longline dengan bobot awal tanam 50 g/rumpun dan panjang tali ris 35 m. Pada setiap bentangan diberi penanda/label sebanyak 10 titik dan dilakukan pengamatan setiap interval waktu 45 hari. Hasil pengamatan selama tujuh siklus budidaya menunjukkan bahwa musim produktif rumput laut E. striatum di perairan Teluk Langge terjadi pada bulan Juni hingga September. Pertumbuhan rumput laut terbaik pada kawasan budidaya adalah yang dekat dengan daratan.Limited information available to seaweed farmers regarding the optimum planting time at a certain location and adaptation to seasonal changes contributed to low seaweed productivity. Therefore, an accurate planting calendar to optimize the use of productive coastal areas is vitally needed as part of the sustainable management of seaweed cultivation. The purpose of this study was to identify the productive season for Euchuema striatum in the Langge Bay water, North Gorontalo. The study was conducted from January to December 2015 in the Langge Village, North Gorontalo Regency. The experiment units consisted of three farming zone treatments with three replicates arranged in a block randomized design. Each farming zone was situated perpendicular to and at a certain distance from the shoreline (zone-1 = 100-200 m, zone-2 = 500-600 m, and zone-3= 1,000-1,500 m). The main variables measured were growth, disease occurrence, and water quality. Eucheuma striatum seeds were cultivated using a long-line method which the length of the main ropes used was 35 m and the initial seed weight was 50 g. Along each of the main rope, 10 seeds were marked, labelled and observed at every culture cycle (45 days) and lasted for 7 cycles. The results of observation suggested that the productive season for E. striatum is from June to November. The best area for an optimum seaweed growth in the study region is on the area close to the shoreline (zone-1)
SPONGE (Callyspongia sp., Callyspongia basilana, and Haliclona sp.) CULTURE WITH DIFFERENT INITIAL EXPLANT SIZES
Sponge global demand for industry and research needs far exceeds supply from the sea. Aquaculture is considered as the only viable method that can supply sufficient and sustainable quantities of sponges. Aquaculture method is also one of efforts to anticipate and avoid the over-harvesting of sponges in nature. However, culture methods need to be determined to provide the platform for commercial success. In this study sponges (Callyspongia sp., Callyspongia basilana, and Haliclona sp.) were successfully cultured by transplantation method using polyethylene net with the initial explant sizes of 1 cm, 3 cm, and 5 cm. The result showed that the sponge growth and survival rates were dependent on the species. Callyspongia sp. and Callyspongia basilana gave the highest growth and survival rates on the treatment 3 cm with the final explants length reached 12.20 ± 2.35 cm and 7.603 ± 0.93 cm and survival rates reached 98.33% and 36.67%. In contrast, Haliclona sp. had the highest growth (21.67 ± 0.25) and survival (95%) on treatment 5 cm. Nevertheless, among the three species, treatment using 3 cm and 5 cm of initial explant sizes did not show a significant difference. Therefore for the efficiency of explants use, the best initial explant length for culturing the three species of sponges is 3 cm
Using Odd-Alkanes as a Carbon Source to Increase the Content of Nutritionally Important Fatty Acids in Candida krusei, Trichosporon cutaneum,
We investigated the possibility of utilizing unusual carbon sources by three yeast strains: Candida krusei DBM 2136, Trichosporon cutaneum CCY 30-5-10, and Yarrowia lipolytica CCY 30-26-36. These strains are characterized by high biomass yield, ability to accumulate high amounts of lipids, and their potential as producers of dietetically important fatty acids. The aim of this work was the production of nutritionally important fatty acids by utilization of n-alkanes with an odd number of carbon atoms, alone and in combination with glucose and subsequent analysis of microbial lipids accumulation and fatty acid profile. All three yeast strains were able to grow and produce high amounts of the fatty acids of interest. Yarrowia lipolytica was found as the most suitable strain for the growth on n-alkanes (n-pentadecane and n-heptadecane) as the only source of carbon. The addition of biosurfactants rhamnolipids into the cultivation increased the ratio of heptadecenoic acid (up to 17.9% of total FAs in Y. lipolytica CCY 30-26-36, 14.9% in T. cutaneum CCY 30-5-10, and 17.5% in C. krusei DBM 2136) and the total biomass yield. The results show that, by manipulation of the initial cultivation conditions, the ratio of important fatty acids may be increased
- …