20 research outputs found

    UJI AKTIVITAS EKSTRAK KULIT BATANG BANYURU (Pterospermum celebicum Miq.) DAN EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga (L.)Willd.) SEBAGAI ANTIFUNGI TERHADAP Trichophyton rubrum, Candida albicans dan Aspergillus niger

    Get PDF
    UJI AKTIVITAS  EKSTRAK KULIT BATANG BANYURU (Pterospermum celebicum Miq.) DAN EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga (L.)Willd.) SEBAGAI ANTIFUNGI TERHADAP Trichophyton rubrum, Candida albicans dan Aspergillus niger Asnah Marzuki1), M. Natsir Djide2), Sartika2), Rosany T3)1)Lab.Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanudin, Makassar2)Lab.Mikrobiolog Fakultas Farmasi Universitas Hasanudin, Makassar3)Lab.Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Hasanudin, Makassar ABSTRACT               Candida albicans, Aspergillus niger and Trichophyton rubrum is a common group of pathogenic fungi that can cause infection in humans. Galangal (Alpinia galanga (L.) Willd.) Has various properties including antifungal and antibacterial. Banyuru (Pterospermum celebicum Miq.) Is known to have antibacterial activity. This study aims to determine the antifungal activity of each extract, namely galangal and banyuru against Candida albicans fungi, Aspergillus niger and Trichophyton rubrum compared to extract activity when combined, seeing the diameter of the inhibitory broader or smaller. Banyuru extract and Galangal extract made 5 series of single concentrations (5%, 15%, 25%, 35%, 50%) and 3 series of combination concentrations (25%: 25%, 25%: 50%, 50%: 25%) . Testing of antifungal activity was carried out using a solid diffusion method. The results showed the best antifungal activity on single extracts of 50% concentration of Banyuru (24.72 mm) and Galangal (16.68 mm) on the growth of Trichophyton rubrum fungi. Galangal extract (Alpinia galanga (L.) Willd.) On Candida albicans was found at a concentration of 50% with a value of 10.06 mm and against Aspergillus niger with a value of 12.25 mm. In Banyuru extract there is no inhibitory area for Candida albicans and Aspergillus niger. The best combination of antifungal activity was seen at a concentration of 50%: 25% with a diameter of 31.4 mm inhibition in Trichophyton rubrum and there was no inhibitory area for Candida albicans and Aspergillus niger. Keywords: Antifungal, Trichophyton rubrum, Candida albicans, Aspergillus niger, Banyuru (Pterospermum celebicum Miq.), (Alpinia galanga (L.)Willd.ABSTRAK             Candida albicans, Aspergillus niger dan Trichophyton rubrum merupakan golongan jamur patogen yang umum dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Lengkuas (Alpinia galanga (L.)Willd.) memiliki berbagai khasiat diantaranya sebagai antifungi dan antibakteri. Banyuru (Pterospermum celebicum Miq.) diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungi masing-masing ekstrak yaitu lengkuas dan banyuru terhadap fungi Candida albicans, Aspergillus niger dan Trichophyton rubrum yag dibandingkan aktivitas ekstrak saat dikombinasikan, melihat diameter daya hambat  semakin luas ataupun semakin kecil. Ekstrak Banyuru dan ekstrak Lengkuas dibuat 5 seri konsentrasi tunggal (5%, 15%, 25%, 35%, 50%) dan 3 seri konsentrasi kombinasi (25%:25%, 25%:50%, 50%:25%). Pengujian aktivitas antifungi dilakukan menggunakan metode difusi padat. Hasil menunjukkan adanya aktivitas antifungi terbaik pada ekstrak tunggal konsentrasi 50% Banyuru (24,72 mm) dan Lengkuas (16,68 mm) terhadap pertumbuhan fungi Trichophyton rubrum. Ekstrak lengkuas (Alpinia galanga (L.)Willd.)  terhadap Candida albicans terdapat pada konsentrasi 50% dengan nilai 10,06 mm dan terhadap Aspergillus niger dengan nilai 12,25 mm. Pada ekstrak Banyuru tidak terdapat daerah hambat terhadap Candida albicans dan Aspergillus niger. Ekstrak kombinasi aktivitas antifungi terbaik terlihat pada konsentrasi 50%:25% dengan diameter daya hambat 31,4 mm pada Trichophyton rubrum dan tidak terdapat daerah hambat terhadap Candida albicans dan Aspergillus niger.Kata Kunci : Antifungi, Trichophyton rubrum, Candida albicans, Aspergillus niger, Banyuru (Pterospermum celebicum Miq.), (Alpinia galanga (L.)Willd

    Analisis Residu Klorpirifos Pada Sawi Hijau (Brassica Rapa Var.Parachinensis L.) Terhadap Parameter Waktu Retensi Metode Kromatografi Gas

    Get PDF
    Analisis Residu Klorpirifos  Pada Sawi Hijau (Brassica Rapa Var.Parachinensis L.) Terhadap Parameter  Waktu Retensi Metode Kromatografi Gas   Asnah Marzuki1), Tajuddin Naid1), Risky S1) 1)Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin . ABSTRACT The purposed of the research is analyzed the chlorpyrifos in green mustard of the retention time parameter with gas chromatography. The green mustard was collected of ready  harvest condition with sample collecting point on diagonal form in the farm. As standard was used chlorpyrifos 99,9%. The research was begin  with make the standard at 0,05 ppm and sample extraction was made duplo. Standard solution and sample was injected  by rolling over in the gas chromatography with column of fused silica Rtx®-1 (Crossbond® dimetyl polisiloxan length 30 meter, inner diameter 0,25 mm and the partikel diameter of stationary phase fase diam 0,25 µm), electron capture detector, carrier gas nitrogen with flow rate 1,61 mL/min, conditioned at column temperature 250ºC, injector temperature 280ºC and detector temperature 300ºC and operating time for 15 minutes. The parameter was used is time retention (tR). the result showed at chromatogram in sample I and II, time retention was obtained similar with standard solution time retention although showed time retention difference above required limit while in sample I and II having the characteistic retention time of standard solution. The retention time based on gas chromatography method can be knew the concentration of chlorpyrifos as 1,0024 mg/kg but it still on tolerance threshold the maximum residue limits (MRL) is 0,1 mg/kg.   Keywords: Chlorpyrifos, Brassica rapa var.parachinensis L,Time retention, Gas Chromatography   ABSTRAK   Telah dilakukan analisis residu Klorpirifos  pada Sawi Hijau (Brassica Rapa Var. Parachinensis L.), terhadap parameter waktu retensi metode khromatografi gas pada sawi hijau (Brassica rapa var.parachinensis L.) secara kromatografi gas. Sawi hijau diambil pada kondisi siap panen dengan titik pengambilan sampel bentuk diagonal dari lahan. Sebagai standar digunakan klorpirifos 99,9 %. Penelitian  diawali dengan pembuatan standar pada konsentrasi 0,05 bpj dan ekstraksi sampel  dilakukan secara duplo. Larutan standar dansampel diinjeksikan secara bergantian ke dalam alat KG dengan kolom fused silica Rtx®-1 (Crossbond® dimetil polisiloksan panjang 30 meter, diameter dalam 0,25 mm dan diameter partikel fase diam 0,25 µm), detektor penangkap elektron (ECD), gas pembawa nitrogen dengan kecepatan alir 1,61 ml/menit, dikondisikan pada suhu kolom 250ºC, suhu injektor 280ºC dan suhu detektor 300ºC serta waktu pengoperasian selama 15 menit. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu retensi (tR). Hasil analisis data menunjukkan pada kromatogram sampel I dan sampel ll, waktu retensi yang diperoleh hampir sama dengan waktu retensi darikromatogram larutan standar, walaupun tetap memperlihatkan perbedaan waktu retensi melebihi batas persyaratan. Sedangkan pada kromatogram sampei l dan sampel II diperoleh gambaran yang nilainya mendekati waktu retensipuncak khas pada standar. Waktu retensi  menurut  metode  Kromatografi  Gas,dapat diketahui kadar residu klorpirifos adalah 0,0024 mg/kg, tetapi masih dalam ambang toleransi BMR yakni 0,1 mg/kg.   Kata kunci : Klorpirifos, Brassica rapa var.parachinensis L,Waktu Retensi, Kromatografi Gas

    PENGARUH BAHAN TAMBAHAN MALTODEXTRIN DAN GOM ARAB TERHADAP KADAR TOTAL POLIFENOL DARI EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis) SETELAH PENYIMPANAN

    Get PDF
    Teh hijau (Camellia sinensis) mengandung senyawa polifenol utamanya epigallocatechin-3-gallate (EGCG), epigallatocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate (ECG), dan epicatechin (EC) yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa polifenol tidak stabil pada temperatur, pH dan oksigen, sehingga ditambahkan bahan enkapsulasi maltodextrin dan gom arab untuk mempertahankan kadar polifenol selama masa penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bahan maltodextrin dan gom arab sebagai pengenkapsulasi dalam mempertahankan kadar polifenol dari ekstrak teh hijau selama masa penyimpanan. Ekstraksi dilakukan secara remaserasi menggunakan pelarut etanol 70 % dengan perbandingan 1:5. Enkapsulasi ekstrak teh hijau menggunakan maltodextrin dan gom arab, perbandingan ekstrak teh hijau dengan enkapsulasi yaitu 1:5, 1:1 dan 1:2. Pengujian kadar total polifenol menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis  dengan larutan standar asam galat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enkapsulasi ekstrak teh hijau dapat mempengaruhi kadar total polifenol

    Analisis Kadar Kolesterol Low Density Lipoproteinsebagai Faktor Risiko Komplikasi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

    Get PDF
    Dyslipidemia in type 2 diabetes mellitus (T2DM) can be increased the cardiovascular risk and this condition was equivalent with the elevated of LDL-cholesterol. In type 2 diabetes, LDL was small, dense and more aterogenic. This research was an observational study used cross sectional approach. The samples were 50 samples consist of twenty five of T2DM with non-CHD patient (50%) and twenty five of T2DM with CHD patient (50%) with age 45 years old or more. The level of serum LDL was measured by photometry used ABX Pentra 400. The data was analyzed by statistical method. The result study was conducted that normal LDL level was 9 (18%) patients and abnormal LDL level was 16 (32%) in T2DM with non-CHD patient. While in patient with T2DM with CHD had abnormal LDL level overall (50%). The high level of LDL in T2DM was accelerated complication occurrence, mainly coronary heart disease (CHD).Keywords: Type 2 diabetes mellitus (T2DM), dyslipidemia, LDL level, CHD complicatio

    DOCKING MOLEKULER SENYAWA 5,5’-DIBROMOMETILSESAMIN

    Get PDF
    Docking molekuler merupakan simulasi secara komputasi yang digunakan untuk memprediksi ikatan antara obat/ligan dan reseptor/protein dengan memasangkan suatu molekul kecil (ligan) pada sisi aktif dari reseptor, yang sampai saat ini banyak digunakan dalam proses penemuan dan pengembangan obat baru dengan aktivitas yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan docking molekul dan pemodelan struktur senyawa 5,5’-dibromometilsesamin yang diduga memiliki afinitas terhadap reseptor SMO. Pada penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pemodelan senyawa 5,5’-dibromometilsesamin dan dilakukan optimasi geometri senyawa 5,5’-dibromometilsesamin. Proses docking yang dilakukan melalui tahap preparasi ligan, preparasi reseptor dan simulasi docking. Proses preparasi ligan dilakukan dengan protonasi senyawa 5,5’-dibromometilsesamin. Proses preparasi reseptor dilakukan dengan menghapus molekul air pada reseptor kemudian dilakukan protonasi reseptor. Proses simulasi docking dilakukan setelah proses preparasi ligan dan reseptor telah selesai.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa molekul 5,5’-dibromometilsesamin memiliki afinitas pada reseptor SMO (kode pdb 4O9R) dengan Docking score yaitu -7.8500 dan residu asam amino yang terikat yaitu Glu518

    EKSTRAKSI DAN PENGGUNAAN GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN BANDENG (Chanos chanos Forskal) SEBAGAI EMULGATOR DALAM FORMULASI SEDIAAN EMULSI

    Get PDF
    Limbah tulang ikan bandeng dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gelatin alternatif. Gelatin yang berasal dari ikan mempunyai tingkat keamanan, viskositas, dan kecepatan disolusi lebih baik daripada gelatin yang berasal dari mamalia. Emulsi minyak ikan (Oleum Iecoris Aselli) yang diformulasi dengan penambahan co-emulgator gelatin dari tulang ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) dengan konsentrasi 0,5% adalah emulsi yang stabil secara fisik

    ANALISIS RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS PADA CABAI (Capsicum sp.) DARI DESA BUNGIN KECAMATAN BUNGIN KABUPATEN ENREKANG

    Get PDF
    Cabai merupakan salah satu komoditas yang berkontribusi besar pada inflasi di Indonesia. Produksi cabai sering mengalami serangan hama dan penyakit yang merupakan salah satu penyebab utama kegagalan panen. Akibat dari serangan hama tersebut dapat mencapai kerugian sebesar 40-50%. Kerugin tersebut menyebabkan petani tidak mau mengambil resiko dan menempuh jalan yang singkat yaitu denga penggunaan pestisida kimia secara berlebihan yang secara tidak langsung dapat meninggalkan residu pestisida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar residu pestisida klorpirifos dan propenofos yang terdapat dalam cabai. Sampel diambil dari desa Bungin kecamatan Bungin kabupaten Enrekang dan  diekstraksi menggunakan metode QuEChERS dan dianalisis dengan alat GC/MS, sehingga diperoleh hasil bahwa cabai merah, cabai keriting dan cabai rawit mengandung pestisida dengan bahan aktif klorfirifos yang ditandai dengan munculnya peak pada menit ke 6 dengan base 314 m/z, dan konsetrasi masing-masing 0,0312; 0,0311; dan 0,0627 ppm; namun masih aman untuk di konsumsi karena masih di bawah batas maksimum residu yang di perbolehkan yaitu 20 ppm untuk pestisida klorpirifos

    PREPARASI ETOSOM EKSTRAK ETANOL BIJI KOPI (Coffea arabica L.) MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI SOYA LESITIN DAN ETANOL

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan konsentrasi antara soya lesitin dan etanol agar menghasilkan etosom ekstrak etanol biji kopi hijau dengan efisiensi penjerapan terbaik serta mengetahui perbedaan permeasi antara gel etosom ekstrak etanol biji kopi hijau dan gel ekstrak etanol biji kopi. Ekstraksi biji kopi hijau dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Selanjutnya ekstrak diformulasikan dalam bentuk etosom menggunakan soya lesitin dengan konsentrasi yang divariasikan. Selanjutnya etosom diformulasikan dalam bentuk gel kemudian diuji laju permeasinya dan dibandingkan dengan gel ekstrak etanol biji kopi. Lipid yang digunakan adalah soya lesitin dan alkohol yang digunakan adalah etanol 95%. Perbandingannya dipilih berdasarkan formula yang paling banyak menjerap ekstrak etanol biji kopi hijau. Optimasi penjerapan dilakukan dengan menaikkan konsentrasi soya lesitin dan etanol hingga diperoleh penjerapan optimum. Pengujian permeasi dilakukan dengan sediaan gel etosom berbasis karbopol dan menggunakan kulit manusia secara in vitro. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh etosom ekstrak etanol biji kopi hijau dengan bentuk Large Unilamellar Vesicles (LUV) dengan ukuran 0,63–12,08 µm. Formula dengan perbandingan b/b soya lesitin : etanol (1:10) dapat menjerap ekstrak etanol biji kopi (EEBK). Uji permeasi menunjukkan bahwa total polifenol EEBK dalam sediaan gel etosom adalah 2,03 mg dalam waktu 240 menit dengan kecepatan lintas membran 1,37 mg/menit cm2. Sedangkan permeasi EEBK dalam sedian gel ekstrak adalah 3,12 mg dalam waktu 240 menit dengan kecepatan lintas membran 1,23 mg/menit cm2

    ANALISIS RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS PADA BERAS (Oryza sativa) YANG BERASAL KECAMATAN BAEBUNTA KABUPATEN LUWU UTARA

    Get PDF
    Penggunaan pestisida di Indonesia sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pertanian. Klorpirifos merupakan salah satu kelompok pestisida golongan organofosfat yang banyak digunakan untuk membunuh berbagai serangga. Adanya residu klorpirifos dapat menyebabkan gangguan kesehatan sehingga deteksi residu klorpirifos dalam produk pangan merupakan hal yang penting. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar residu klorpirifos pada beras yang berasal dari Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara dan keamanannya untuk dikonsumsi. Sampel beras diambil langsung dari beberapa petani di Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara. Sampel diekstraksi dan di clean-up menggunakan metode QuEChERS dan dianalisis menggunakan GC/MS. Kadar residu klorpirifos dibandingkan dengan standar Batas Maksimum Residu (BMR)pada SNI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu klorpirifos pada sampel A, B dan C masing-masing sebesar 0,133; 0,092; dan 0,308 mg/kg. Dengan demikian, beras yang berasal dari Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara memiliki kadar residu di bawah nilai BMR (0,5 mg/kg) sehingga aman untuk dikonsums
    corecore