49 research outputs found

    Profil Kesehatan Ibu Hamil di Propinsi Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat

    Full text link
    PROFIL KESEHATAN IBU HAMIL DI PROPINSI JAWA BARAT DAN NUSA TENGGARA BARA

    KEWENANGAN PENANGANAN PELANGGARAN KODE ETIK NOTARIS OLEH MAJELIS PENGAWAS NOTARIS DAN DEWAN KEHORMATAN NOTARIS

    Get PDF
    Pengawasan terhadap para Notaris sangat diperlukan dalam hal notaris mengabaikan keluhuran dan martabat atau tugas jabatannya atau melakukan pelanggaran terhadap peraturan umum atau melakukan kesalahan-kesalahan lain di dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris dengan mengkaji data primer dan data sekunder yang dianalisis secara kualitatif.Untuk memperkuat penelitian ini maka dilakukan wawancara dengan pihak terkait. Analisi data terhadap data sekunder dilakukan secara deduktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa : 1) batasan kewenangan penanganan oleh Dewan Kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris terhadap pelanggaran Kode Etik oleh Notaris merupakan amanat Undang-undang Jabatan Notaris, khususnya Pasal 67 Ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa menteri berwenang dalam mengawasi notaris dan dalam melaksanakan pengawasannya menteri membentuk majelis pengawas, yang bersifat preventif dan kuratif lagi. Sedangkan untuk pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan adalah berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik Profesi Notaris. 2)Pelaksanaan sanksi yang dijatuhkan Dewan Kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris dapat mengikat terhadap Notaris yang melanggar kode etik di Jakarta Utara berupa : a) Teguran; b) Peringatan; c) Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan; d) Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan; dan e) Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan. Namun sanksi tersebut di atas termasuk sanksi pemecatan yang diberikan terhadap notaris yang melakukan pelanggaran koder etik bukanlah berupa pemecatan dari jabatan notaris melainkan pemecatan dari keanggotaan Ikatan Notaris Indonesia sehingga walaupun notaris yang bersangkutan telah terbukti melakukan pelanggaran kode etik, notaris tersebut masih dapat membuat akta dan menjalankan kewenangan lainnya sebagai notaris, sehingga sanksi tersebut terkesan kurang mempunyai daya mengikat bagi notaris yang melakukan pelanggaran kode etik

    Efektivitas Suplementasi Pil Besi Dua Kali Seminggu dan Satu Kali Sehari pada Ibu Hamil

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian ujicoba penyederhaan suplementasi pil besi dua kali seminggu pada ibu hamil dibandingkan dengan supplementasi pil besi setiap hari dengan dosis yang sama. Penelitian dilakukan di 16 desa, 8 desa di Propinsi Jawa Barat dan 8 desa di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Secara rabdom dibagi menjadi 2 wilayah penelitian yaitu 8 desa pelakuan dan 8 desa kontrol. Di wilayah perlakuan ibu hamil memperoleh supplementasi pil besi 2 x seminggu dan wilayah kontrol ibu hamil memperoleh supplementasi seperti biasa yaitu minum setiap hari. Subjek penelitian adalah ibu hamil dengan umur kehamilan 3-6 bulan. Di wilayah perlakuan diperoleh ibu hamil sebanyak 129 orang dan di wilayah kontrol diperoleh 132 orang. Dosis pil besi yang diberikan adalah pil besi fero sulfat dengan kandungan besi 60 mg dan 0.25 mg asam folat. Supplementasi pil besi diberikan selama 3 bulan (14 minggu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) jumlah pil besi yang diminum ibu hamil di wilayah perlakuan sebanyak 22 pil dan wilayah kontrol 51 pil, 2) supplementasi pil besi dua kali seminggu dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil sebesar 0.4±0.628 g/dl dan dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil (khusus yang anemia) sebesar 0.5±0.802 g/dl 3) supplementasi pil besi setiap hari dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil sebesar 0.5±0.561 g/dl dan dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil (khusus yang anemia) sebesar 0.6±0.541 g/dl, 4) supplementasi pil besi dua kali seminggu dan setiap hari selama 14 minggu belum dapat meningkatkan cadangan besi dalam tubuh, dan 5) dilihat dari kenaikan kadar Hb ibu hamil supplementasi pil besi dua kali seminggu sama efektifnya dengan supplementasi pil besi setiap hari

    Hubungan Antara Zinc Serum Dengan Status Gizi Lansia

    Full text link
    RELATIONSHIP BETWEEN ZINC SERUM AND NUTRITIONAL STATUS OF ELDERLY PEOPLE.Background: The findings of study that 30% in Bogor and 27% in Jakarta of elderly people were undernourished. Malnutrition may occur due to infection and low food intake. Among elderly people, one of the factors that causes low food intake is affected by impairment of taste sensory and teeth function. The impairment of taste sensory is influenced by zinc status in the body.Objective: To collect food consumption pattem data of zinc rich foods, zinc concentration in serum and to analyze association of zinc concentration and nutritional status.Methods: Research design was cross sectional, and conducted in two sub districts in Bogor city. The respondents were women in 60-75 years of age, no suffering from illnesses and chronically disease. The total respondent was 90 people, and divided into three groups of 30 peoples. Data gathered included respondent identity, physical examination, anthropometry, blood biochemical and zinc dietary consumption.Results: Zinc dietary consumption adequacy of underweight group was only 30% of recommended dietary allowance, while for normal and overweight groups were 40% of dietary allowance. Zinc serum concentration of underweight group (82 ug/dl) was not significantly different with normal group (85 ug/dl), however differed significantly (p<0.05) with overweight group (95 ug/dl). Underweight group suffered 40% zinc deficiency, 27% for normal and only 7% for overweight group.Conclusions: Zinc deficiency was more prevalent in underweight group than that of normal and overweight group. [Panel Gizi Makan 2002,25: 26-33)

    EFEK SUPLEMENTASI OMEGA-3 PADA PENDERITA ARTRITIS REUMATOID

    Get PDF
    Effects of Omega-3 Supplementation on Patients With Rheumatoid Arthritis.A study on omega-3 supplementation was conducted to women of 55-90 years old with active rheumatoid arthritis who stay at home for elderly (in six nursing home) in Bogor. The objective of this study is to see the effects of omega-3 supplementation on patients with active rheumatoid arthritis. Sixty subjects (respondents) were devided into two groups. The first group, 30 respondents, were given an omega-3 capsuls (180 mg EPA and 120 mg DHA) every day for two months; the second group, also 30 respondents, were given placebo capsules (equal). Data collected including identity of respondents, anthropometric, clinical status, radiology (rontgen), and blood sample analysis (LED and ARF). The results of this study showed that omega-3 supplementation proportionally decreased the quantity of patients with morning stiffness significantly, decreased the quantity of patients with joint swelling (not significant), failed inreducing the quantity of patients with joint pain, and failed in changing the value of RF (from + to -) of patients. The omega-3 supplementation on patients with active rheumatoid arthritis also failed in decreasing the average of LED of the patients, and failed in changing the result of rontgen.Keywords: rheumatoid arthritis, EPA & DHA omega-3, supplementtaion, elderly

    Hubungan Konsumsi Makanan dengan Kinerja Pekerja Wanita

    Full text link
    Berbagai USAha telah dilakukan produsen untuk meningkatkan mutu dan jumlah produk oleh Perusahaan. Dalam upaya tersebut disamping aspek teknologi, hal lain yang harus diperhatikan adalah kualitas sumberdaya manusia. Salah satu USAha untuk memperoleh pekerja yang berkualitas tinggi adalah perbaikan atau pengaturan konsumsi makanan. Makanan pagi juga makan siang bagi pekerja yang sesuai dengan kecukupan akan dapat mempertahankan kebugaran tubuhnya guna menghasilkan kinerja yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan konsumsi makanan dengan kinerja pekerja. Subjek pada penelitian ini adalah pekerja wanita yang bekerja di bagian produksi (bekerja secara manual), berumur antara 19-40 tahun, masa kerja di atas 5 tahun, tidak menderita penyakit menahun dan tidak anemi. Dari jenis pekerjaan termasuk pekerja ringan dan pekerja sedang. Data utama yang dikumpulkan: 1) Antropometri, 2) Konsumsi makanan dan zat gizi (energi, protein, lemak dan hidrat arang), 3) Glukosa darah: 2 jam setelah makan pagi dan 2 jam setelah makan siang, 4) Pola kegiatan di tempat kerja, 5) Hasil produksi. Penelitian dilakukan di pabrik jamu Air Mancur Solo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) semua pekerja makan pagi sebelum mulai bekerja, namun rata-rata jumlah energi yang dikonsumsi kurang dari 400 Kkal, b) glukosa darah pekerja dengan makan pagi cukup (250 Kkal) tidak berbeda nyata dengan kadar glukosa pekerja dengan makan pagi <200 Kkal, c) tidak ditemukan adanya perbedaan hasil produksi pagi dan siang, d) kelompok pekerja dengan makan pagi cukup (>250 Kkal) mempunyai hasil produksi yang lebih baik daripada kelompok pekerja dengan makan pagi kurang (<200 Kkal), dan e) ada hubungan positif dan nyata antara konsumsi energi sehari dengan jumlah produksi sehari

    HUBUNGAN ANTARA ZINC SERUM DENGAN STATUS GIZI LANSIA

    Get PDF
    RELATIONSHIP BETWEEN ZINC SERUM AND NUTRITIONAL STATUS OF ELDERLY PEOPLE.Background: The findings of study that 30% in Bogor and 27% in Jakarta of elderly people were undernourished. Malnutrition may occur due to infection and low food intake. Among elderly people, one of the factors that causes low food intake is affected by impairment of taste sensory and teeth function. The impairment of taste sensory is influenced by zinc status in the body.Objective: To collect food consumption pattem data of zinc rich foods, zinc concentration in serum and to analyze association of zinc concentration and nutritional status.Methods: Research design was cross sectional, and conducted in two sub districts in Bogor city. The respondents were women in 60-75 years of age, no suffering from illnesses and chronically disease. The total respondent was 90 people, and divided into three groups of 30 peoples. Data gathered included respondent identity, physical examination, anthropometry, blood biochemical and zinc dietary consumption.Results: Zinc dietary consumption adequacy of underweight group was only 30% of recommended dietary allowance, while for normal and overweight groups were 40% of dietary allowance. Zinc serum concentration of underweight group (82 ug/dl) was not significantly different with normal group (85 ug/dl), however differed significantly (p<0.05) with overweight group (95 ug/dl). Underweight group suffered 40% zinc deficiency, 27% for normal and only 7% for overweight group.Conclusions: Zinc deficiency was more prevalent in underweight group than that of normal and overweight group. [Panel Gizi Makan 2002,25: 26-33).Keywords: zinc serum concentration, zinc dietary consumption, underweigh

    Keseimbangan Energi Dan Komposisi Tubuh Pekerja Dengan Jenis Pekerjaan Berbeda

    Full text link
    Background: Energy is a main source for doing daily activities. The energy is balance if the energy intake equal to energy expenditure. However energy expenditure depends on their kind of occupational work and their daily activities. The objective of this study is to assess the energy balance and body composition of male workers (light and heavy worker). Methods: The subjects were 51 sandal workers considered as light level workers and 50 stone as heavy workers whose met criteria 30-55 years old, physically healthy and agreed to involve in this study. Body composition was measured using anthropometry. Anthropometric measurement was applied including body weight, height, MUAC and skin fold thickness. Nutrient intake was collected by combination weighing and 24 hours recall method for 3 consecutive days. Physical activities during working were assess by recording and recall their activities after doing their occupational activities, also for 3 consecutive days. Other data collection include physical examination by a medical doctor and interview was done to identified their characteristic and sosiodemografi. Results: The body fat composition was different significantly between light worker and heavy worker. The average energy and protein intake showed the heavy worker had lower both nutrient intakes compared to light workers. The average energy intake of light worker was 1923 ± 295 Kcal and 41.6 ± 8.99 g protein, while the energy and protein intake heavy worker was 2232 ± 500 Kcal and 46.7 ± 14.7 g protein. The energy expenditure of heavy worker was higher compared to light worker (3548 ± 414 Kcal vs 2408 ± 227 Kcal). There was no significant correlation between energy balance and body composition variables. Conclusions: Heavy male workers as well as light male workers have deficit energy and this no significant correlation with the body composition variable. [Penel Gizi Makan 2005,28(1): 1-8]
    corecore