4 research outputs found

    Geologi Daerah Kuniran dan Sekitarnya, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan – Pati, Propinsi Jawa Tengah

    Get PDF
    Daerah pemetaan berada di selatan Pegunungan Kapur Utara, yang termasuk ke dalam Zona Antiklinorium Rembang yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Timur Bagian Utara. Pada daerah pemetaan secara umum terbagi menjadi bentuklahan kars, struktural, dan denudasional, yang memiliki pola pengaliran paralel dan multi-basinal. Satuan litologi dibagi menjadi empat, yaitu Satuan Batugamping Berfosil, Batugamping Kalkarenit, Batulanau, dan Batupasir Karbonatan. Awalnya terbentuk Satuan Batupasir Karbonatan yang termasuk ke dalam Formasi Ngrayong (Tmn) berumur Miosen Tengah yang terbentuk pada lingkungan laut dangkal. Kemudian terjadi regresi sehingga terendapkan Satuan Batulanau yang tergolong ke dalam Formasi Ngrayong dan terbentuk pada Kala Miosen Tengah pada lingkungan transisi. Selanjutnya, terjadi transgresi sehingga lingkungan berubah menjadi laut dangkal (fore reef facies hingga zona batial atas), dan terbentuklah Batugamping Kalkarenit yang termasuk ke dalam Formasi Bulu (Tmb) bagian bawah yang tersusun oleh fosil Nodosaria sp., Bathysiphon rufescens, Miogypsina, dan Miogypsinoides yang berumur Miosen Tengah. Pada bagian atas Formasi Bulu yang terbentuk di sekitar fasies terumbu (reef-flat dan reef-crest facies), dijumpai Batugamping Berfosil dengan fosil Lepidocyclina, Discocyclina, Miogypsina, Miogypsinoides, Nummulites, Pelecypoda, alga, koral, Gastropoda yang juga berumur Miosen Tengah. Pada Pliosen Akhir, terjadi beberapa kali deformasi tektonik. Awalnya, terbentuk struktur lipatan (Sinklin Dokoro dan Antiklin Grenggeng) dengan arah gaya relatif utara-selatan. Kemudian terjadi deformasi tektonik yang membentuk kekar gerus (Brubulan) dan sesar naik dengan arah gaya utama pembentuk relatif timur-barat. Sesar Grenggeng dan Sesar Tegalrejo tersebut menyebabkan Formasi Ngrayong tersingkap ke permukaan. Setelah itu, terjadi gaya tektonik yang membentuk Sesar Sawahan yang menggeser Satuan Batupasir Karbonatan dan Sinklin Dokoro pada daerah pemetaan di bagian utara. Selanjutnya, terbentuk deformasi sesar normal (Sesar Kuniran, Sesar Blimbing, dan Sesar Dempel) dengan arah gaya pembentuk sesar yaitu berarah timurlaut – baratdaya, dengan gawir yang memanjang baratlaut – tenggara. Pada Kala Holosen, didominasi oleh proses eksogenik seperti pelarutan batugamping, pelapukan, erosi, transportasi, deposisi, dan gerakan massa. Sehingga terbentuklah bentuklahan denudasional yang melampar cukup luas. Pelarutan air pada batugamping dapat menjadikan batugamping sebagai akuifer airtanah yang cukup baik pada Batugamping Berfosil Formasi Bulu. Hal itu dikarenakan batugamping memiliki struktur perlapisan sehingga mudah dilalui air dan larut, serta memiliki porositas primer, porositas sekunder, dan porositas tersier yang disebabkan oleh aktivitas akar tumbuhan yang menerobos batuan

    Hydrogeochemical Characterization of GeothermalWater in Arjuno-Welirang, East Java, Indonesia

    Get PDF
    Arjuno-Welirang Volcanic Complex (AWVC) is one of geothermal fields whichlocated in East Java province, Indonesia. It belongs to a Quarternary volcanic arc and has potential for development of electricity. The field is situated in a steep volcanic terrain and there are only few geothermal manifestations, i.e., hot springs, fumaroles, solfataras, steaming ground and hydrothermal alteration. This study aims to classify the type and source of geothermal fluid and to estimate the reservoir condition of Arjuno- Welirang geothermal system. Data are obtained from collecting water samples including hot springs, cold springs, river waters and rain water, then they are analyzed using ICP-AES, titration and ion chromatography.All thermal waters have temperatures from 39.5–53Β°C and weakly acidic pH (5.2–6.5). Cangar and Padusanhot springs show bicarbonate water, formed by steam condensing or groundwater mixing. On the other hand, Songgoriti shows Cl-HCO3 type, formed by dilution of chloride fluid by either groundwater or bicarbonate water during lateral flow. All of the waters represent immature waters, indicating no strong outflow of neutral Cl-rich deep waters in AWVC. Cl/B ratios show that all water samples have a similar mixing ratio, showing they are from common fluid sources. However, Padusan and Songgoriti have higher Cl/B ratios than Cangar, suggesting that geothermal fluids possibly have reacted with sedimentary rocks before ascending to the surface. All waters were possibly mixed with shallow groundwater and they underwent rock-water reactions at depth before ascending to the surface. An estimated temperatures reservoir calculated using CO2 geothermometer yielded temperatures of 262–263 Β°C based on collecting of fumarole gas at Mt. Welirang crater. According to their characteristics, Cangar and Padusan are associated with AWVC, while Songgoriti is associated with Mt. Kawi

    Karakteristik Profil Endapan Nikel Laterit di Blok X, Desa Korowou, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah

    Get PDF
    Nikel merupakan unsur logam yang bermanfaat untuk berbagai industri. Salah satu kabupaten penghasil bijih nikel yaitu Kabupaten Morowali Utara yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah. Pada tahun 2020, Morowali Utara memiliki sumberdaya bijih nikel sebesar 487 juta ton. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi geologi seperti geomorfologi, litologi, struktur geologi, serta distribusi dan karakteristik profil endapan nikel laterit pada daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pemetaan geologi permukaan, pemerian inti bor, analisis sayatan tipis, dan analisis X-ray Fluoroscence (XRF). Daerah penelitian tersusun atas Satuan Harzburgit, Satuan Dunit, dan Endapan Aluvial. Geomorfologi terbagi menjadi 3 satuan bentuklahan yaitu Satuan Bentuklahan Struktural, Satuan Bentuklahan Denudasional, dan Satuan Bentuklahan Fluvial. Karakteristik zona tanah penutup (top soil) berwarna merah kecoklatan, banyak terdapat akar tanaman, dan berkadar Ni antara 0,619 – 1,028%. Zona limonit berwarna coklat kemerahan dan berkadar Ni antara 0,426 – 1,186%. Zona saprolit berwarna coklat kekuningan dan berkadar Ni antara 0,204 – 1,631%. Zona batuan dasar berwarna hitam kehijauan dengan kadar Ni antara 0,162 – 0,583%

    Estimasi Cadangan Batugamping sebagai Bahan Baku Utama Semen pada Kuari Batugamping, PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk., Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah

    No full text
    Pertambangan batugamping merupakan salah satu industri yang strategis bagi kebutuhan bahan baku utama industri semen. Untuk itu, perlu dilakukan kegiatan eksplorasi terhadap kawasan yang memiliki potensi cadangan batugamping. Penelitian ini berada pada kuari batugamping, area tambang dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) batugamping PT Semen Indonesia (Persero), Tbk. Tambang batugamping yang terletak di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengahini,memiliki kapasitas sebesar 3,5 juta ton/tahun dengan berat jenis batugamping 2,5 gr/cm3. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas batugamping, jumlah cadangan batugamping, dan umur tambang daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu observasi lapangan dananalisis laboratorium, yaitu meliputianalisis sayatan tipis sertaanalisis X-Ray Fluorescence (XRF).Selanjutnya, dilakukan perhitungan estimasi cadangan dengan menggunakan perangkat lunak 3DMine. Pada pengolahan perangkat lunak diperolehkadar rata-rata kandungan kimia pada kuari batugamping, yaitu CaO 53.52%, MgO 2.27%, SiO 0.36%, Alβ‚‚O₃ 0.42%, dan Feβ‚‚O₃ 0.14%. Perhitungan estimasi cadangan batugamping didapatkan volume sebesar 25.133.812,50 mΒ³ dan tonase sebesar 62.834.531.25 ton, serta sisa umur tambang batugamping, yaitu 17 tahun 11 bulan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), kualitas batugamping pada daerah penelitian layak untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan semen
    corecore