24 research outputs found
PENGOMPOSAN ECENG GONDOK (Eichornia Crassipes SOLMS) DENGAN METODE SEMI ANAEROB DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR EM4
Eceng gondok (Eichornia Crassipes) adalah tumbuhan yang tumbuh di perairan seperti danau, sungai dan rawa-rawa. Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang terlebih dahulu harus dikomposkan. Kompos eceng gondok tidak hanya dapat membantu memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman, tetapi dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur hara di dalam kompos eceng gondok dan memanfaatkan tanaman eceng gondok sebagai alternatif pembuatan kompos untuk media tumbuh tanaman di persemaian serta mengetahui efisiensi penggunaan aktivator EM4 pada proses pengomposan eceng gondok. Pembuatan kompos eceng gondok dengan metode semi anaerob menggunakan aktivator EM4 dilakukan dengan tujuan mempercepat penguraian bahan organik menjadi kompos. Proses pengomposan dilakukan selama 21 hari dan menghasilkan kompos jadi sebanyak 25,4 kg (17,15%) dengan parameter yang diamati meliputi warna, bau, suhu, kelembaban, pH, kadar unsur hara N, P, K ,Ca, Mg dan kadar C-Organik serta C/N bahan. Hasil analisis kualitas kimia kompos yang dihasilkan dari kompos eceng gondok dengan metode semi anaerob menggunakan aktivator EM4, untuk suhu rata-rata = 42,1 °C, Kadar unsur hara N = 2,00%, P = 0,582%, K = 1,87%, CaO = 2,358%, MgO = 0,390%, Kadar C - Organik = 19,29% memenuhi Standar SNI 19-7030-2004 kecuali pH = 7,82 melebihi standar
Pemecahan dormansi benih kemenyan (Styrax sumatranus J.J. SM) dengan perlakuan perendaman dan pemeraman
Kemenyan (Styrax sumatranus J.J. Sm) termasuk salah satu jenis tumbuhan penghasil resin. Getah kemenyan merupakan komoditi khas Sumatra Utara yang bernilai ekonomi tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi perendaman dan pemeraman perkecambahan benih terhadap persentase kecambah, daya kecambah, dan laju perkecambahan kemenyan (Styrax sumatranus J.J. Sm). Penelitian ini menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan perlakuan perendaman (A) yang terdiri dari 4 level yaitu A0 (tidak direndam) A1 (direndam dalam air mengalir), A2 (direndam dalam air kelapa), A3 (direndam dalam air biasa) dan perlakuan pemeraman (B) yang terdiri dari 4 kategori yaitu B0 (tidak diperam), B1 (diperam 1 hari), B2 (diperam 2 hari), B3 (diperam 3 hari). Dua faktor tersebut dikombinasikan sehingga terdapat 16 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan untuk setiap kombinasi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara kombinasi pemeraman dan perendaman terhadap benih kemenyan (Styrax sumatranus J.J. Sm). Benih kemenyan yang direndam dengan air kelapa serta lamanya pemeraman, memberikan pengaruh terhadap beberapa parameter yaitu persentase hidup kecambah sebesar 67%, rataan daya kecambah sebesar 75%, rata-rata hari berkecambah yaitu 82 hari
The Litter Production and Nutrients Return of Teak Plantation Forest at East Kalimantan, Indonesia
The nutrients return through the forest stand litters is substantial mechanism of nutrient cycle in the forest ecosystem. The objectives of this research are to find out the litters production, the nutrient concentration of litters, and the amount of litter nutrient (N,P,K, Ca,Mg ) o
Simpanan karbon tegakan mangrove di Desa Tengin Baru Ibu Kota Nusantara
Fungsi ekologis mangrove sangat penting, terutama di daerah pesisir. Ekosistem mangrove juga berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Kemampuan vegetasi untuk mengambil karbon dari atmosfer melalui proses fotosintesis, mengubahnya menjadi karbohidrat, dan kemudian menyimpannya dalam bentuk biomassa adalah faktor yang menentukan besarnya simpanan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai biomassa dan simpanan karbon vegetasi di Hutan Mangrove di Desa Tengin Baru, Ibu Kota Nusantara. Dalam penelitian ini, dua jalur transek dengan panjang 125 m masing-masing terdiri dari tiga plot lingkaran. Setiap plot memiliki subplot dengan radius 2 m untuk tumbuhan berdiameter kurang dari 5 cm dan 7 m untuk tumbuhan berdiameter lebih dari 5 cm. Dengan menggunakan metode tanpa pemanenan, nilai biomassa dapat dihitung dengan mengukur diameter vegetasi mangrove berdasarkan karakteristik akar vegetasi, pengukuran tinggi, dan nama jenisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa di atas tanah sebesar 243,148 ton/ha dan biomassa di bawah tanah sebesar 89,965 ton/ha, sehingga total biomassa tegakan mangrove sebesar 333,113 ton/ha. Sementara itu, simpanan karbon atas sebesar 114,280 ton/ha dan simpanan karbon bawah sebesar 42,283 ton/ha, sehingga total simpanan karbon tegakan mangrove di Desa Tengin Baru sebesar 156,563 ton/ha.
Perubahan struktur dan komposisi tegakan pada areal bekas tebangan sistem TPTI di Kalimantan Timur
Komposisi jenis permudaan alami dan tegakan tinggal, menganalisis struktur dan volume tegakan tinggal pada areal hutan bekas tebangan umur 6 tahun, 4 tahun dan 2 tahun. Metode pembuatan plot menggunakan metode Purposive Sampling. Plot sampel berukuran 20 m x 125 m untuk pohon, sub plot berukuran 5 m x 5 m untuk pancang dan sub plot berukuran 2 m x 2 m untuk data semai. Hasil perhitungan yang diperoleh, komposisi jenis tingkat semai plot umur 6 tahun 29.500 individu/ha (28 jenis), tingkat pancang 7.360 individu/ha (35 jenis), tingkat pohon 356 individu/ha (46 jenis). Pada umur 4 tahun tingkat semai 77.000 individu/ha (26 jenis), tingkat pancang 8.400 individu/ha (33 jenis), tingkat pohon 360 individu/ha (50 jenis). Pada plot umur 2 tahun tingkat semai 44.500 individu/ha (37 jenis), tingkat pancang 2.400 individu/ha (17 jenis), tingkat pohon 272 individu/ha (43 jenis). Struktur tegakan tinggal di plot penelitian menunjukkan pada fase akhir pertumbuhan pohon memiliki jumlah yang semakin sedikit dan terdapat kesinambungan struktur horizontal dan vertikal. Potensi tegakan penebangan pada plot umur 6 tahun, sebesar 561,7 m3/ha dan 385,5 m3/ha; plot umur 4 tahun 406,3 m3/ha dan 150,3 m3/ha; pada plot umur 2 tahun 472,4 m3/ha dan 248,7 m3/ha; semuanya termasuk jenis komersil
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH-BUAHAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR
Buah-buahan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi manusia. Pada umumnya masyarakat hanya memanfaatkan daging buahnya saja, misalnya dibuat jus, selai, salad, sirup, dll. Sedangkan kulit buahnya hanya dibuang dan menjadi limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pemanfaatan limbah kulit buah-buahan dan mengetahui unsur hara yang terkandung di dalam pupuk organik cair (POC) yang bahan bakunya berasal dari limbah kulit buah-buahan. Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman dengan waktu ± 3 bulan efektif. Pola penelitian menggunakan 2 campuran bahan baku kompos yaitu limbah kulit buah nenas + limbah kulit buah naga (A) dan limbah kulit buah nenas + limbah kulit buah jeruk (B) dengan waktu pengambilan air lindi pada pekan ke-2, ke-4, dan ke-6 setelah kegiatan pengomposan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lindi yang berasal dari campuran kulit buah nenas + buah naga menghasilkan lindi yang lebih banyak (8.960 ml) dibandingkan lindi yang berasal dari campuran kulit buah nenas + kulit buah jeruk (6.551 ml). Kandungan unsur hara P tersedia pada lindi yang berasal dari campuran kulit buah nenas dan kulit buah jeruk hampir 8-10 kali lipat bila dibandingkan dengan standar mutu pupuk organik. pH lindi yang dari campuran kulit buah nenas + buah naga rata-rata 3,63 dan pH campuran kulit buah nenas dan kulit buah jeruk rata-rata 3,71; kedua-duanya masih di bawah angka standar mutu yaitu 4-9. Perlu dilakukan penelitian yang lain untuk mengaplikasikan pupuk organik cair yang dihasilkan.