13 research outputs found

    PENGOLAHAN DAN OPTIMALISASI BIOPLASTIK BERBAHAN DASAR PATI SINGKONG

    Get PDF
    Biodegradable plastic is a type of plastic that can be broken down by microorganisms into water and carbon dioxide gas as its final products after it has been used and disposed of in the environment, without leaving behind any toxic residue. Due to its ability to return to nature, biodegradable plastic is considered an environmentally friendly material. Cassava peel, obtained from cassava plant products (Manihot Esculenta Cranz), is a major food waste in developing countries. As the cassava cultivation area expands, it is expected that the production of cassava tubers will increase, resulting in a higher amount of cassava peel waste. Typically, every kilogram of cassava can produce approximately 20% cassava peel waste. The relatively high starch content in cassava peel makes it suitable for the production of biodegradable plastic films.Keywords: Bioplastic, Biodegradable, Cassava Starch, Biotechnology. ABSTRAK Plastik biodegradabel adalah plastik yang dapat terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil akhir berupa air dan gas karbondioksida, setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan tanpa meninggalkan sisa yang beracun. Karena sifatnya yang dapat kembali ke alam, plastik biodegradabel merupakanbahan plastik yang ramah terhadap lingkungan. Kulit umbi singkong yang diperoleh dari produk tanaman singkong (Manihot Esculenta Cranz) merupakan limbah utama pangan di negara-negaraberkembang. Semakin luas areal tanaman singkong diharapkan produksi umbi yang dihasilkan semakin tinggi yang pada gilirannya semakin tinggi pula limbah kulit yang dihasilkan. Setiap kilogram singkong biasanya dapat menghasilkan 20% kulit umbi. Kandungan pati kulit singkong yang cukup tinggi, memungkinkan digunakan sebagai pembuatan film plastik biodegradasi. Kata kunci: Bioplastik, Biodegradabel, Pati Singkong, Bioteknolog

    STUDI ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA PADA PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA GUNUNG KUPANG BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

    Get PDF
    Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi timbulan, komposisi dan pengelolaan sampah berupa pengangkutan sampah, operasional alat berat, pengolahan sampah di TPA Gunung Kupang, mengestimasi emisi gas rumah kaca (GRK) pada kondisi pengelolaan sampah sekarang. Timbulan sampah didapatkan dari pencatatan sampah masuk di jembatan timbang dan komposisi sampah berdasarkan IPCC didapatkan dari pengukuran sampel 8 hari sebanyak 1m3. Emisi GRK pada pengelolaan sampah di TPA menggunakan metode  perhitungan IPCC dan kegiatan daur ulang dibantu Waste Reduction Model (WARM). Timbulan sampah yang masuk ke TPA Gunung Kupang adalah 39.491 Ton/tahun. Komposisi sampah terbanyak adalah sampah sisa makanan yaitu 49,42%. Perkiraan emisi GRK dari kondisi sekarang pengelolaan sampah di TPA Gunung Kupang sebesar 1.061.116,93 TCO2E/tahun emisi tersebut dihasilkan dari jumlah sampah yang masuk 39.491 ton/tahun, pengomposan sampah sisa makanan 56,66 Ton/tahun, daur ulang sampah plastik sebanyak 62,20 Ton/tahun, sampah tidak diolah atau ditimbun sebanyak 39.371 Ton/tahun dan penggunaan bahan bakar minyak diesel untuk pengangkutan sampah dan operasional alat berat sebanyak 391.645 Liter/tahun

    KAJIAN FAKTOR PENDORONG KEAKTIFAN KINERJA ORGANISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN BANK SAMPAH KOTA BANJARBARU

    Get PDF
    Bank sampah adalah tempat untuk menabung sampah yang telah dipilah terlebih dahulu sebelum disetorkan. Perkembangan bank sampah tidak terlepas dari adanya kegiatan organisasi dan peran serta masyarakat sebagai komponen terpenting dalam keberlanjutan pengelolaan bank sampah. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji faktor prioritas yang menjadi pendorong keaktifan organisasi dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan bank sampah. Empat bank sampah terbaik dalam penelitian ini yaitu bank sampah Gemilang, Kelurahan Guntung Manggis, bank sampah Sumber Rejeki, Kelurahan Syamsyudin noor, bank sampah Barokah, Kelurahan Landasan Ulin Timur dan bank sampah Cempaka putih, Kelurahan Sungai Ulin di Kota Banjarbaru. Hasil analisis dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) menunjukkan bahwa faktor prioritas pada bank sampah terbaik adalah partisipasi masyarakat (59%), sub faktor prioritas partisipasi masyarakat yaitu kepedulian terhadap lingkungan (29%) dan sub faktor organisasi prioritas adalah manajemen tata kelola bank sampah (32%)

    STUDI POLA PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BANJAR WILAYAH TIMUR (KECAMATAN MARTAPURA)

    Get PDF
    Aktivitas rumah tangga menghasilkan sampah yang beragam yaitu berupa sampah organik, anorganik hingga sampah B3. Umumnya masyarakat masih membuang sampah tersebut secara bercampur. Untuk sampah B3 yang dibuang tanpa pengelolaan berpotensi menimbulkan dampak bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis timbulan dan komposisi timbulan sampah B3 rumah tangga, menganalisis hubungan tingkat pendapatan dengan jumlah sampah perkomposisi, serta mengkaji kondisi eksisting pola pengelolaan sampah B3 rumah tangga di Kabupaten Banjar wilayah Timur (Kecamatan Martapura). Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi lapangan dan sampling. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan timbulan sampah B3 rumah tangga sebesar 0,070 kg/orang/hari atau 1,017 liter/orang/hari dengan komposisi paling besar terdapat pada produk perawatan diri berupa pampers. Hasil uji korelasi spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah sampah B3 perkomposisi. Hingga saat ini sampah B3 rumah tangga ditangani layaknya sampah domestik. Sampah yang bernilai ekonomis dijual ke pengepul dan sisanya langsung dibuang ke TPA

    PEMANFAATAN LARVA BLACK SOLDIER FLY (HERMETIA ILLUCENS) SEBAGAI PEREDUKSI SAMPAH ORGANIK RESTORAN DENGAN VARIASI JENIS SAMPAH DAN KUANTITAS FEEDING

    Get PDF
    Permasalahan pengelolaan sampah selalu ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Sampah yang mendominasi di Indonesia adalah sampah organik, sehingga sering menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Alternatif yang bisa dilakukan utuk pemanfaatan limbah sampah organik adalah dengan menggunakan larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens). Sampah organik yang digunakan sebagai sampel adalah sampah sayur/buah dan sampah nasi/lauk dari restoran. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis besar persentase kemampuan larva BSF dalam mereduksi sampah organik buah/sayur dan sampah nasi/lauk. Metode yang digunakan pada penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 kali pengulangan. Analisis data yang digunakan adalah ANOVA Two Way. Larva yang digunakan pada penelitian ini adalah 350 ekor dengan kuantitas feeding 1,5 kg dan 3 kg. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase terbesar reduksi sampah oleh larva BSF untuk reduksi sampah adalah sampah buah/sayur dengan kuantitas feeding 1,5 kg dengan persentase 58%. Hasil analisis data ANOVA menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antar jenis sampah dan kuantitas feeding dengan persentase reduksi sampah.Waste management problems are always found in all parts of Indonesia. Garbage that dominates in Indonesia is organic waste, so it often causes enviromental pollution problems. An alternative that can be done to utilize organic waste is to use Black Soldier Fly (Hermetia illucens) larvae. Organic waste used as sample is vegetable/fruit waste and rice/side dishes. The purpose of this study was to analyze the percentage of BSF larvae’s ability to reduce fruit/vegetable organic waste and rice/side dish waste. The method used in this study was Complete Randomized Design (RAL) with 2 repetitions. Analysis of the data used is Two Way ANOVA. The larvae use in this study were 350 tails wuth feeding quantity of 1,5 kg and 3kg. The results of this study indicate that the largest percentage of waste reduction by BSF larvae for waste reduction is fruit//vegetable waste with a feeding quantity of 1.5 kg. The results of the ANOVA data analysis showed that there was no interaction between the type of waste and the quantity of feeding with the percentage of waste reduction

    PERBEDAAN RASIO C/N KOMPOS SAMPAH ORGANIK DAN DEDAUNAN SEGAR AKIBAT VARIASI LAMA WAKTU PEMBALIKAN DENGAN METODE RAK BOX DI TPS 3R ALDI LESTARI BANJARMASIN

    Get PDF
    Sampah masih menjadixpermasalahan penting dalam pengelolaan sampah di Kota Banjarmasin. Untuk memecahkan permasalahan tersebut pemerintah mempunyai alternatif yang dapat melibatkanxperan serta masyarakat serta meningkatkan upaya daur ulang sampah yaitu dengan adanya TPS 3R atau Tempat Pengelolaan Sampah (reuse, reduce, recycle) berbasis masyarakat. Salah satu upaya TPS 3R yaitu composting yang terdapat di TPS 3R Aldi Lestari. Metode composting yang digunakan yaitu open windrow rak box dimana metode ini merupakanxmetode baru dalam proses composting. Dalam penelitian ini dilakukan analisis tentang kualitas kompos dan rasio C/N terhadap variasi lama waktu pembalikan 3 hari, 5 hari dan 7 hari dengan menggunakanxbahan dasar sampahxorganik dan daun segar. Tumpukan akan dibangun sebanyak 6 tumpukan dengan ukuran panjang 110 cm, lebar 30 cm, tinggi 30 cm dan berat tumpukan 30 kg. Analisis rasio C/N dilakukan setiap 3 hari, 5 hari dan 7 hari sesuai jadwal pembalikan selama 30 hari. Hasil penelitian menunjukkan pada pengambilan sampel pertama masing-masing variasi telah menunjukkan Rasio C/N 19; 15,6; 16,2 yang berarti telah sesuai dengan SNI 19-7030-2004. Namun rasio C/N tanah yang baik berkisar 10-12, sehingga yang memenuhi kategori ini ditunjukkan pada ditunjukkan pada hari ke-15 variasi pembalikan 3 hari yaitu 10,86, hari ke-15 variasi pembalikan 5 hari yaitu 12,93 dan hari ke-21 variasi pembalikan 7 hari yaitu 10,6

    STUDI TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH RUMAH TANGGA KOTA BANJARMASIN

    Get PDF
    Salah satu bidang yang akan diintegrasikan dalam Metropolitan Banjar Bakula adalah pengelolaan sampah berupa TPA regional. Kota Banjarmasin akan menjadi penyumbang terbesar sampah yang masuk ke TPA regional karena jumlah penduduknya yang paling banyak dan termasuk kota besar. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pengelolaan untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA regional tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, diperlukan penelitian mengenai timbulan dan komposisi sampah rumah tangga di Kota Banjarmasin. Identifikasi kondisi eksisting pengelolaan sampah berkaitan dengan usaha reduksi sampah dilakukan dengan metode observasi lapangan dan wawancara. Analisis timbulan dan komposisi sampah rumah tangga mengacu pada SNI 19-3964-1994. Kondisi eksisting pengelolaan sampah berkaitan dengan usaha reduksi sampah di Kota Banjarmasin berupa pengomposan di beberapa lingkungan rumah tangga, TPS 3R dan rumah kompos. Pemilahan sampah dilakukan oleh petugas di TPS 3R dan pemulung di TPA untuk mengambil sampah yang masih bernilai ekonomis. Selain itu Kota Banjarmasin juga melakukan pengelolaan sampah berkaitan dengan usaha reduksi sampah dalam bentuk Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 18 Tahun 2016. Timbulan sampah rumah tangga Kota Banjarmasin adalah 0,26 kg/o/h dan 2,08 l/o/h. Komposisi sampah didominasi oleh sampah organik (55,89%) kemudian sampah kain/tekstil (14,93%) dan plastik (12,77%)

    STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KOTA BANJARBARU

    Get PDF
    Sampah. rumah. tangga di perkotaan pada umumnya. dibuang. tercampur. dengan komponen. sampah B3. Sampahi B3i rumah. tangga. merupakan. sampah, kegiatani rumah tangga yang. mengandung.bahan berbahaya dan beracun, sehinggai harus dikelolai agar tidaki menimbulkani dampaki buruki terhadapi lingkungan dan kesehatani manusia. Saat ini belum ada alur pengelolaani sampah B3 rumahi tangga di kota Banjarbaru yangi sesuai dengan peraturani yangi berlaku. Dalam studi pengelolaan sampah B3 di kota Banjarbaru, dilakukani pengukurani timbulani dan kompoisii sampah B3 dengani samplingi sampah B3 dari masing-masingi sampeli berdasarkani tingkati pendapatani tinggi, sedang, dan rendah. Pengukurani timbulani meliputi berati dan volumei sampah B3, sedangkani pengukuran komposisii dilakukan dengan cara pemilahani sampah berdasarkani sumberidan karakteristiki sampah B3. Rata-rata timbulani sampah B3irumahitangga KotaiBanjarbaru sebesari 0.029 kg/orang/hari dalam satuani berati atau 0.53 liter/orang/hari dalami satuani volume. Semakin tinggii tingkat pendapatani masyarakat maka timbulani sampah B3 untuk produk perawatan diri yang dihasilkan juga semakin besar, sedangkan komposisi produk sampah B3 rumah tangga yang lain tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat.  Komposisii sampahi B3 rumah tanggai Kota Banjarbaru berdasarkani jenis penggunaannyai terbesar adalah produk perawatani diri sebesar 76.13% dan produk eletronik sebesar 18.20%

    STUDI POLA PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BANJAR WILAYAH BARAT ( KECAMATAN SUNGAI TABUK, KERTAK HANYAR DAN GAMBUT )

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis timbulan dan komposisi, menganalisis hubungan tingkat pendapatan dengan jumlah sampah B3 serta mengkaji kondisi eksisting pola pengelolaan sampah B3 rumah tangga di wilayah Kabupaten Banjar wilayah barat (Kecamatan Sungai Tabuk, Kertak Hanyar dan Gambut). Metode yang digunakan pada penelitian ini antara lain observasi lapangan, sampling dan wawancara. Berdasarakan hasil pengukuran diketahui timbulan sampah B3 rumah tangga di Kecamatan Sungai Tabuk, Kertak Hanyar dan Gambut sebesar 0,048 kg/orang/hari atau 1,481 liter/orang/hari. Komposisi yang paling banyak ditemukan adalah produk perawatan diri seperti pampers. Berdasarkan uji korelasi spearman, hanya komposisi produk otomotif yang berhubungan dengan tingkat pendapatan. Sedangkan pada sampah B3 rumah tangga tidak ada pola pengelolaan khusus terhadap sampah B3 rumah tangga

    KAJIAN PERAN PEMULUNG DALAM PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH YANG BERKELANJUTAN: STUDI KASUS TPA BASIRIH BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

    Get PDF
    Meningkatnya jumlah sampah karena pertambahan jumlah penduduk, gaya hidup dan pola konsumsi menyebabkan pengelolaan Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah banyak mengalami hambatan. Sementara itu Dinas Kebersihan Kota belum melaksanakan pengelolaan TPA secara sanitary landfill. Walaupun pemulung berperan dalam mereduksi sampah di TPA, peran pemulung belum dijadikan pertimbangan oleh penentu kebijakan dalam mengelola sampah di TPA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi pengelolaan sampah di TPA Basirih Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, menganalisis peran pemulung terhadap pengelolaan TPA, menganalisis kontribusi pemulung dalam usaha reduksi sampah di TPA, dan menganalisis skenario pengelolaan TPA dengan melibatkan pemulung menggunakan pendekatan LCA (Life Cycle Assessment) terhadap dampak pemanasan global. Tipe penelitian ini adalah eksplanatori dengan memaparkan ruang lingkup penelitian yaitu dari aspek TPA (profil, evaluasi pengelolaan, jumlah dan komposisi sampah yang masuk untuk melihat potensi pengolahannya), yang kedua dari aspek pemulung (profil, jumlah sampah yang mampu direduksi, jenis sampah yang direduksi, pendapatan pemulung dan faktor yang mempengaruhinya), serta yang ketiga adalah aspek beban lingkungan yang dapat dikurangi dari reduksi sampah oleh pemulung berupa emisi gas rumah kaca menggunakan LCA. Penelitian ini menemukan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan TPA Basirih Banjarmasin Kalimantan Selatan adalah kurangnya usaha dalam mereduksi sampah yang ada di TPA dan kurangnya dukungan pemerintah untuk mendayagunakan pemulung. Persentase sampah anorganik yang ada di TPA Basirih adalah 40% (26,02 % sampah anorganik mempunyai potensi daur ulang, sisanya yaitu 13.98% tidak dapat dimanfaatkan oleh pemulung). Faktor yang paling mempengaruhi pendapatan pemulung adalah jenis kelamin dan jam kerja. Sampah anorganik yang mampu direduksi oleh pemulung adalah sebesar 3,45% jika dibandingkan dengan seluruh total sampah, dan 8,5% jika dibandingkan dengan total sampah anorganik, dengan tingkat recovery tertinggi adalah plastik jenis PET (Polyethylene terephthalate) dan jenis terbanyak yang dapat diperoleh pemulung yaitu plastik putihan dan kresek berwarna. Total sampah yang mampu direduksi pemulung adalah 414 ton per bulan. Dari hasil persentase komposisi sampah yang masuk ke TPA Basirih, pilihan daur ulang yang dikombinasikan dengan pengomposan adalah yang paling tepat untuk mengurangi secara signifikan emisi GRK yang dihasilkan. Aktivitas pemulung setiap bulannya dapat mengurangi emisi GRK sebesar 432 MTCO2E. Rekomendasi yang diajukan adalah pengelolaan TPA harus difokuskan pada usaha memilah dan mereduksi sampah. Aktivitas pemulung di TPA Basirih dapat ditingkatkan dengan cara melakukan intervensi pada tingkatan pemulung, pengepul dan pabrik daur ulang. Selain itu diperlukan pendekatan baru dalam formulasi kebijakan pengelolaan TPA berbasis pendekatan partisipasi dengan meningkatkan peran pemulung. Memandang pemulung sebagai komponen penting pengelolaan TPA adalah perwujudan konsep manajemen ekosentris. Kata kunci: sampah, tempat pemprosesan akhir, peran pemulung, life cycle assessment, gas rumah kaca. The increased amount of waste due to population growth, life style and consumption patterns causing many obstacles for managing a landfill. Meanwhile the municipal sanitation office is not managing a landfill by sanitary landfill method. Although the scavengers play a role in reducing waste in landfill, their role have not been taken into account by decision maker in managing waste in landfill. This study is aimed to analyze the condition of waste management in Basirih landfill Banjarmasin South Kalimantan Province, to identify the role of scavengers in landfill management, to analyze scavengers contribution in landfill waste reduction, and to analyze landfill management scenarios by involving scavengers using the LCA (Life Cycle Assessment) approach to global warming. The type of research is explanatory research. The scope of research include: landfill (profile, landfill management evaluation, waste amount and composition), scavengers (profile, the amount of waste reduction by scavengers, the types of waste, scavenger’s income and influencing factor of scavenger’s income), and enviromental burden that can be reduced from scavengers activity (greenhousegases) using Life Cycle Assessment. This study found that the problems faced in Basirih landfill management is lack of effort in reducing waste in landfill and lack of government support to utilize the role of scavengers. Unorganic waste in Basirih landfill amounted to ± 40% (26,02% of unorganic waste can still be used, while 13.98% of waste can not be utilized by the scavengers). 3.45% unorganic waste is reduced by scavengers compared to the total waste, and 8.5% compared to total unorganic waste, with the highest recovery rate is PET (Polyethylene terephthalate) and the highest types of waste can be obtained by scavengers are white and coloured plastic bags. The amount of waste that can be reduced by scavengers is 414 tons per month. From the results of the percentage composition of landfill waste, recycling and composting is the most appropriate to reduce the amount of garbage and greenhousegases (GHG) emissions significantly. Scavenging activities each month can reduce 432 MTCO2E GHG emissions. The recommendations proposed that landfill management should be focused on sorting and reducing waste. Scavenging activities in Basirih landfill can be improved by intervening at the level of scavengers, collectors and recycling industry. In addition, it is required to develop a new approach in the formulation of landfill management based on participatory approach by improving the role of scavengers. Considering scavengers as an important component of landfill management is an expression of ecocentric management. Keywords: waste, landfill, the role of scavengers, life cycle assessment, greenhousegases
    corecore