34 research outputs found
Aplikasi Soft System Methodology (Ssm) Untuk Perencanaan Terintegrasi Biofuel Dalam Sektor Pertanian Dan Sektor Energi
Biofuel sebagai substitusi potensial dari BBM belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk itu, diperlukan desain ulang dari strategi pengembangan biofuel yang komprehensif mencakup sektor energi yang merupakan output dari produk dan sektor pertanian yang merupakan sumber inputnya. Secara keseluruhan, terdapat tiga pendekatan yang berbeda untuk memodelkan biofuel, yaitu pendekatan dari sisi ekonomi dengan model Computable General Equilibrium (CGE), lalu pendekatan dari sisi pertanian dengan model Partial Equilibrium (PE), dan pendekatan dari sisi energi dengan model Long-range Energy Alternatives Planning (LEAP). Tujuan utama makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran permasalahan atas situasi yang terjadi dalam perencanaan kebijakan biofuel mempertimbangkan penggunaan ketiga pendekatan diatas. Dengan menggunakan Soft System Methodology (SSM), pada makalah ini telah dibangun suatu model konseptual yang menggambarkan hubungan aktivitas antar komponen yang berkait. Melalui penerapan langkah-langkah SSM telah disusun rencana tindakan yang akan dilakukan, yaitu perencanaan terintegrasi dengan LEAP yang telah dimodifikasi untuk mengakomodir sektor pertanian dan sektor energi
Model Kebijakan Pengelolaan Agroindustri Bioenergi dalam Perspektif Kelestarian Lingkungan (Soft System Methodology sebagai suatu Pendekatan)
Sumber daya alam yang terbatas dan diperparah pula oleh peningkatan permintaan akan sumber daya energi, memunculkan dampak lebih lanjut pada aspek lingkungan. Sebagai langkah antisipasi, perlu disusun suatu model kebijakan pengelolaan agroindustri bioenergi yang memperhatikan aspek lingkungan. Tujuan utama kajian ini adalah untuk memperoleh gambaran permasalahan atas situasi yang terjadi dalam praktek pengelolaan agroindustri bioenergi serta dampaknya terhadap lingkungan. Beberapa aktor penting diantaranya adalah para petani penggarap lahan, dan konsumen akhir sebagai penerima manfaat produk bioenergi, agroindustri pangan, agroindustri bioenergi dan lembaga swadaya masyarakat sebagai aktor utama yang memliki kepentingan yang berbeda satu sama lainnya. Pemerintah sebagai lembaga pembuat regulasi dan kebijakan, merupakan aktor kunci yang berperan dalam melaksanakan pengendalian dan pengawasan. Pada kajian ini telah dibangun suatu model konseptual yang menggambarkan hubungan aktivitas antar komponen yang berkait dengan menggunakan pendekatan soft system methodology (SSM). Melalui penerapan langkah-langkah SSM telah disusun rencana tindakan yang akan dilakukan berkait dengan pengelolaan agroindustri bioenergi dalam perspektif kelestarian lingkungan
Model Peningkatan Produksi dan Daya Saing Kedelai Berkelanjutan
Peningkatan daya saing kedelai merupakan hal penting dan prioritas dari pemerintah dalam rangka menekan derasnya impor kedelai sehingga terwujud ketahanan pangan dan kestaabilan sosial politik. Tanpa kebijakan yang memadai, program dan langkah operasional yang handal tujuan tersebut sulit dicapai. Kompleksitas permasalahan produksi kedelai berkaitan dengan peran dan fungsi pemerintah dalam membuat kebijakan, pelaku USAha termasuk petani yang memproduksi kedelai serta akademisi menyediakan inovasi. Pengkajian bertujuan untuk memberikan gambaran permasalahan perkedelaian nasional dan alternatif solusi dalam bentuk model peningkatan produksi dan daya saing kedelai lokal. Pendekatan yang digunakan untuk menjawab tujuan dengan pendekatan soft system methodology (SSM). Pengumpulan data dan informasi terkait sistem produksi diperoleh melalui study literatur dan diskusi mendalam dengan beberapa pakar kedelai dan pelaku USAha kedelai. Hasil kajian menunjukan bahwa Melalui pendekatan soft system methodology (SSM), dapat dibangun model konseptual yang menggambarkan hubungan aktivitas antar komponen yang berkait dalam meningkatkan produksi dan daya saing kedelai. Model dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing kedelai nasional sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri olahan berbahan kedelai serta dapat menekan impor kedelai. Keterkaitan peran dan sinergisme aktor (pelaku) terdiri pemerintah (kementrian terkait, pemda), dunia USAha (pelaku agribisnis kedelai termasuk petani) dan kalangan akademisi (pemulia, peneliti) sangat menentukan keberhasilan tujuan. Sebagai aktor kunci adalah Kementrian Pertanian yang berperan dalam merancang kebijakan dan program sehingga dapat di topang oleh kementrian Perdagangan, Kementrian Riset Teknologi Dikti, Bulog, Pemda, Pelaku USAha dan Petani
Model Prakiraan Harga dan Permintaan pada Rantai Pasok Karet Spesifikasi Teknis Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan
Karet spesifikasi teknis (TSR) merupakan jenis karet alam yang penting, dengan pertumbuhan permintaan yang tinggi dibanding jenis karet alam yang diproduksi dan diekspor oleh Indonesia. TSR paling banyak digunakan sebagai bahan baku untuk industri ban, sehingga dengan tumbuhnya indutri otomotif mendorong peningkatan permintaan terhadap TSR. Namun permasalahan muncul dalam produksi TSR, dimana tingkat fluktuasi baik karena kelebihan maupun kekurangan produksi sangat berpengaruh terhadap Perubahan harga TSR di pasar Internasional. Untuk mengurangi fluktuasi tersebut diperlukan suatu metode untuk memperkirakan tingkat permintaan dan harga. Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu metode prakiraan yang dapat merperkirakan tingkat harga dan volume permintaan untuk TSR 20. Prakiraan dilakukan dengan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dengan algoritma propagasi Balik, menggunakan data perkembangan pasar TSR di bursa berjangka SICOM. Model JST yang dirancang mempertimbangkan pola harga, pola permintaan dan interaksi kedua faktor. Hasil simulasi menunjukkan penggunaan 5 input neuron yaitu: 1) harga tertinggi, 2) harga terendah, 3) harga penutupan, 4) volume permintaan awal, 5) volume permintaan penutupan, 15 neuron pada lapisan tersembunyi dan 2 output yaitu harga dan volume permintaan pada lapisan output. Tingkat akurasi hasil prakiraan harga mencapai 91% dan akurasi prakiraan permintaan 87%. Berdasarkan hasil prakiraan ditentukan status harga dan permintaan. Harga tinggi jika perbedaan antara nilai maksimum dan nilai tengah lebih tinggi dari 47%, harga rendah jika perbedaan antara nilai minimum dan nilai tengah lebih dari 20%. Prakiraan permintaan dinyatakan tinggi atau rendah jika terjadi peningkatan maupun penurunan sebesar 50 % dari rata-rata permintaan
Analisis Situasional Kompetensi Praktisi Sumber Daya Manusia Indonesia Menghadapi MEA 2015
. ASEAN Economic Community (AEC) will be implemented at the early 2016 referred to the agreement signed by all ASEAN countries\u27 leaders. One of the agreement content is the free flow of skilled labor including Human Resources (HR) professional. Indonesia\u27s HR practitioners are not fully ready to face this upcoming more open competition. HR professional competency in Indonesia needs to be examined deeply to find its existence to be seen from HR practitioners\u27 point of view. This research uses descriptive statistic method to map ideas, perceptions, and opinions from HR practitioners pertaining their competencies. Respondents come from Jabodetabek area and the big cities in Java Island due to the main location of private companies. Sampling frame is purposive non random sampling to cover members of Indonesia HR Management Association via online questionnaire study. There are 250 respondents who filled the questionnaries completely. Research findings show that the educational background of Indonesia\u27s HR practitioners is various and dominated by Management, then followed by Psychology, Technic, and Law. HR evolution in Indonesia indicates mostly being exposed in administration dan industrial relations (35%), 21% has been involved in strategic decision making process, and 20% has demonstrated as strategic partner and change agent. HR competency standard and its development and certification programs are perceived very important and urgent to be developed further, although the uqualization of development opportunity is not well distributed across Indonesia areas. Organization/company has already showed significant recognition to HR profession by giving the highest position at director level (34,8%), General Manager (14%), and Manager (32,4%). More than half respondent stated not ready to face the ASEAN Economic Community (AEC), however the acceleration process of HR practitioners\u27 competency development program needs to be done in order to enhance the competitiveness in regional and global competition
Model Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Agroindustri Kopi Gayo dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
. The purpose of this study is to formulate the model of strategy for human resource development (HRD) Gayo coffee agro-industry in the ASEAN Economic Community (AEC) with the approach of soft system methodology (SSM). This research resulted in a conceptual modeling of human resource development strategy for stakeholders agro-industry by increasing productivity in the welfare and sustainability Gayo coffee agro-industry. Human resource development strategy for Gayo coffee agro-industry is a strategic action to deliver the competence and quality of agro-industry actors with high competitiveness, especially in the face of global competition and rivalry in the AEC region through various of HRD capacity building program. The HRD investment is an intellectual investment that has significance for the regional development and improves the welfare of the community in the area of agro-industrial production Gayo coffee
Model Kontribusi Aset Pengetahuan Dalam Memfasilitasi Proses Penciptaan Pengetahuan Pada Koperasi Susu
Given the crucial role of knowledge creation in contemporary business enterprises, a fundamental question arises: what processes are facilitating knowledge creation? This study aims to find the answer.This study investigates the interrelations among four categories of knowledge assets (experiential, conceptual, systemic, and routine) and four categories of SECI model for knowledge creation processes (socialization, externalization, combination , and internalization). In our framework, we argue that different types of knowledge assets may have differing influences on knowledge creation. In order to test the feasibility of this framework, we conducted an empirical research exercise. Data were collected from three dairy cooperations in Java, Indonesia through a survey instrument. A total of 105 USAble responses were analysed. We employed regression analysis, ANOVA and canonical correlation analysis to examine the separate correlations. We identified four responses interrelationhips from this study. Compared to other knowledge assets, conceptual knowledge assets have a greater effect on socialization of knowledge creation process. Experiential knowledge assets have a greater effect on combination. Routine knowledge assets have a greater effect on externalization of knowledge creation process. Systemic knowledge assets have a greater effect on internalization of knowledge creation process