427 research outputs found

    Pemilihan Lokasi dan Perencanaan Sistem Intake Air Baku di Sungai Jawi Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya

    Get PDF
    Sungai Jawi merupakan salah satu sungai yang berada di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten KubuRaya. Sungai Jawi memiliki dua muara, muara pertama bermuara di muara Kakap yang berhubunganlangsung dengan Laut Natuna dan muara kedua bermuara di Sungai Kapuas, sehingga Sungai Jawidipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sungai Jawi digunakan oleh masyarakat sebagai sumber airbaku dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan dari perencanaan ini adalah untukmendapatkan lokasi intake terbaik dari rambatan salinitas air asin yang masuk ke badan air SungaiJawi agar dapat dimanfaatkan sebagai air bersih oleh masyarakat di Kecamatan Sungai Kakapkhususnya warga Desa Pal XI, Sungai Kakap, Sungai Itik, Jeruju Besar, Sungai Kupah dan SungaiRengas dengan merencanakan sistem intake untuk meminimalisasikan masuknya rambatan salinitaske bangunan pengolahan pengambilan air baku (intake). Tahap pemilihan lokasi dan perencanaansistem intake dimulai dengan pengujian kualitas air terutama parameter salinitas. Dilanjutkandengan analisis kuantitas dan kontinuitas air baku serta perhitungan proyeksi kebutuhan air untuk 20tahun perencanaan. Perhitungan proyeksi kebutuhan air digunakan untuk merencanakan kapasitasintake yang diperlukan. Lokasi terpilih untuk bangunan intake dengan nilai rambatan salinitasterendah berada di lokasi ketiga dengan jarak 10,22 km dari muara Kakap dengan kadar salinitas 0,000/00.Nilai DO pada saat pasang, surut dan hujan berturut turut 4,23; 3,53; 5,42. Nilai Kekeruhan (NTU) pada saatpasang, surut dan hujan berturut-turut 47; 29,93; 70,73. Nilai pH pada saat pasang, surut dan hujan berturut-turut 6,4; 6,3; 5,7. Nilai Suhu (C) pada saat pasang, surut dan hujan berturut-turut 31; 28; 25. Debit airbersih untuk memenuhi kebutuhan hingga tahun 2030 adalah sebesar 306,56 L/detik. Sistem intake yangakan digunakan untuk membendung kebutuhan air baku adalah sistem long storage

    STUDI KELAYAKAN FUNGSI PELABUHAN DWIKORA PONTIANAK PASCA BEROPERASINYA PELABUHAN KIJING KABUPATEN MEMPAWAH

    Get PDF
    Pelabuhan Dwikora Pontianak adalah pelabuhan utama yang terletak di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Namun pada beberapa tahun terakhir kondisi Pelabuhan Dwikora Pontianak dinilai sudah kurang layak untuk beroperasi maksimal dikarenakan memiliki kapasitas yang terbatas untuk kapal besar dan mengalami pendangkalan. Maka dari itu, pemerintah saat ini sedang membangun Pelabuhan Kijing di Kabupaten Mempawah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui operasional di Pelabuhan Dwikora setelah diresmikannya Pelabuhan Kijing dan untuk mengetahui fungsi Pelabuhan Dwikora kedepannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif serta analisa SWOT. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa Pelabuhan Dwikora tidak akan lagi beroperasi penuh seperti sebelumnya, Pelabuhan Dwikora hanya akan melayani arus penumpang serta sebagian arus barang general cargo, pemerintah membangun pelabuhan baru yang diharapkan dapat mengatasi berbagai keterbatasan yang terjadi di Pelabuhan Dwikora, pemindahan fungsi pelabuhan akan berdampak pada kerusakan jalan, berdasarkan hasil dari analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang cocok untuk memaksimalkan fungsi Pelabuhan Dwikora Pontianak adalah dengan strategi SO.Kata kunci:Analisa SWOT, Fungsi Pelabuhan Dwikora Pontianak, Pelabuha

    Management of Periprosthetic Hip and Knee Joint Infections after Lower Limb Arthroplasty

    Get PDF
    INTRODUCTION: Infection after lower limb arthroplasty is a serious complication with significant consequences for both patients and healthcare systems. Management is often challenging and frequently leads to a suboptimal functional outcome. Revision surgery remains a very expensive procedure to the patient and healthcare systems and no matter how much progress in diagnostic and treatment methods are achieved, the cost and morbidity of infected cases suggest that preventative measurements are the single most important factor in managing this problem. On the other hand, tertiary referral centres with well established strategies for treatment of infections may improve the rates of eradicating infection and overall outcomes. Therefore, the hypothesis of this thesis was that preventative and management strategies undertaken will improve the outcome of infection control. Studies included focused on prevention of infection but also explored the strategies and novel approaches implemented at University College London Hospital to improve the outcome of eradicating infection after hip and knee arthroplasties. MATERIALS AND METHODS: A comprehensive review of the current literature was initially conducted. This was followed by a number of studies to investigate prevention and treatment strategies of periprosthetic hip and knee joint infections: a) A randomised controlled trial has been conducted to compare postoperative wound complications of triclosan impregnated sutures and conventional non-coated sutures in patients undergoing primary hip and knee arthroplasties. Triclosan has been shown to reduce bacterial adherence to sutures and to decrease microbial viability both in vitro and in animal models with a high safety profile. However, the majority of evidence comes from case series and trials in other surgical specialties. Hence, the aim of this study was to investigate whether triclosan coated sutures will reduce wound healing complications in hip and knee arthroplasty surgery. b) A meta-analysis of tranexamic acid effect on wound healing complications and infections after primary total hip arthroplasty has been conducted. The role of tranexamic acid in reducing blood loss and allogeneic blood transfusions has been previously investigated. However, taking into account that allogeneic blood transfusions have been linked to an increased rate of wound and systemic infections, I conducted this meta-analysis with the aim of investigating whether tranexamic acid will reduce wound healing complications including infections after primary hip arthroplasties which has not been previously studied. c) Late periprosthetic infections invariably lead to implant removal with a two stage revision strategy being the treatment of choice in most centres whereas early infections and acute haematogenous infections may be managed with implants retention and serial debridements. Accordingly, I have conducted the following studies to investigate the efficacy of strict strategies and novel approaches implemented over the last 10 years at University College London Hospital in treating PJIs: 1) Is Single-stage Revision According to a Strict Protocol Effective in Treatment of Chronic Total Knee Arthroplasty Infections? The aim was to determine infection control rates associated with the single-stage approach when applied in a highly selected group of patients and compare them with results of the two-stage procedure. 2) Periprosthetic Joint Infections after Total Hip Arthroplasty: The Ten Year Outcomes of an Algorithmic Approach. The aim was to present the strategy applied for treatment of various subgroups of periprosthetic joint infection at a centre of excellence and report the outcome of infection rates. RESULTS: Contrary to the evidence from other surgical specialties that triclosan coated sutures are effective in preventing periprosthetic joint infections, no such effect was seen in the randomised controlled trial conducted. In fact, triclosan coated sutures were associated with higher rates of wound complications (P=0.03). Tranexamic acid on the other hand, led to a 3% reduction in the risk of developing wound complications including infections compared to the control group (Risk difference -0.03, 95%, confidence interval CI -0.05 to -0.01, P-value 0.01). This protective effect of tranexamic acid against infections has not been previously reported in the literature. In a highly selected population, none of the 28 patients who underwent a single stage revision developed recurrence of infection whereas five out of 74 patients (7%) in the two-stage revision group developed reinfection. The results of single-stage revision in this retrospective study reflect the strict inclusion criteria, surgical technique and multi-disciplinary approach which were associated with high rates of eradicating infection. However, randomised controlled trials are necessary to confirm those results in comparison to other treatment modalities. The use of a strict strategy driven by an experienced multi-disciplinary team working simultaneously at a centre where infection is being dealt with on a regular basis has resulted in high rates of infection-free survival with 188 out of 204 patients (92%) achieving successful eradication of their infections and returning to their expected functional level with no evidence of recurrence or loosening, wearing away, or malpositioning on follow-up radiographs. This compares well with evidence from the literature confirming that centres of excellence only can achieve as high infection eradication rates as reported in this study. CONCLUSION: The results of the included studies suggest using tranexamic acid but not triclosan coated sutures in routine primary hip and knee arthroplasty surgery to reduce wound healing complications and infection. Treating periprosthetic joint infections requires a multi-disciplinary team approach working at a tertiary centre dealing with infections on a regular basis. Single-stage revision in acute and chronic joint infections is appealing and gaining the momentum but randomised controlled trials are necessary to confirm its efficacy against other treatment modalities

    Kajian Analisa Konsep Penanganan Drainase untuk Kawasan Sungai Serok Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak

    Full text link
    Kawasan Sungai serok yang terletak di kecamatan Pontianak Barat merupakan kawasan yang sedang berkembang, dimana pusat pembangunan pemukiman diprediksikan dilakukan di wilayah ini. Permukaan tanah yang rendah dan pengaruh pasang surut air laut dipertengahan anak sungai nipah kuning dalam, kerap menjadi titik rawan genangan air ketika hujan. Untuk itulah dilakukan kajian analisa konsep agar masalah tersebut dapat ditangani. Dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir, didapatkan curah hujan harian yang menghasilkan hitungan dengan metode normal. Selanjutnya dilakukan analisa hitungan debit lapangan yang hasilnya digunakan untuk perhitungan penampang saluran secara keseluruhan dengan metode manning. Setelah hasil debit keseluruhan didapatkan, dihitung volume rencana yang hasilnya akan digunakan sebagai acuan pembesaran kapasitas volume saluran dan sebagai metode yang digunakan. Dari hasil perencanaan sesuai dengan kebutuhan, maka didapatkan dimensi penampang persegi, dengan Perubahan untuk bagian hulu kawasan (titik 2, gambar long sungai eksisting) dari sebelumnya dimensi saluran sebesar (1,1 x 0,8 m) menjadi (1,5 x 0,8 m), dimensi bagian tengah (titik 25, gambar long sungai eksisting) tetap yaitu (7 x 1,5 m), dan bagian hilir saluran (titik 43, gambar long sungai eksisting) juga tetap yaitu (7 x 2 m). Untuk dimensi kolam retensi sebesar (115 x 155 x 1 m), dengan pintu air otomatis di kolam dan muara sungai

    DAMPAK LIMBAH CAIR RUMAH POTONG HEWAN SAPI TERHADAP KUALITAS AIR DRAINASE DI NIPAH KUNING KOTA PONTIANAK

    Get PDF
    ABSTRAK Seiring bertambahnya kebutuhan daging pada masyarakat maka keberadaan Rumah Potong Hewan (RPH) Sapi yang baik (bersih, sehat, dan halal dikonsumsi) sangat diperlukan. RPH sapi Kota Pontianak terletak di dekat saluran drainase dan badan Sungai Kapuas. Saluran Drainase RPH Sapi merupakan saluran yang dibangun sebagai pembatas antara lahan RPH Sapi dan pemukiman warga yang juga dimanfaatkan warga untuk kegiatan Mandi Cuci Kakus (MCK). RPH Sapi sudah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) namun masih menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitar. Untuk itu perlu dianalisa seberapa besar pencemaran limbah cair dan beban pencemaran terhadap saluran drainase dan badan Sungai Kapuas. Tahapan dalam penelitian ini yakni dengan menghitung kecepatan aliran, perhitungan debit aliran, pengambilan sampel air dan perhitungan beban pencemaran. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metode pengambilan sesaat (grab sample) pada kondisi pasang dan surut di 4 titik pada saluran drainase, 1 effluen, dan 2 bak pengolahan biologi dengan parameter pencemar yaitu BOD, COD, TSS, NH3-N, minyak dan lemak, dan pH yang diuji di laboratorium. Hasil uji laboratorium akan dianalisa dan dibandingkan dengan baku mutu air pada Permen LH NO.05 tahun 2014 untuk air limbah dan PP Nomor 82 tahun 2001 untuk air drainase. Kualitas air limbah dilihat dari bak pengolahan akhir IPAL RPH berada di bawah ambang baku mutu. Konsentrasi kualitas air drainase sebelum RPH pada saat pasang parameter BOD 17,12 mg/l; COD 96 mg/l; TSS 30 mg/l; Amonia 1,43 mg/l; Minyak dan Lemak 0,025 mg/l; Ph 6,62. Saat surut konsentrasi pada parameter BOD 14,98 mg/l; COD 104 mg/l; TSS 56 mg/l; Amonia 8,61 mg/l; Minyak dan Lemak 0,025 mg/l dan pH 6,62. Konsentrasi kualitas air drainase setelah RPH saat pasang pada parameter BOD Pada saat surut BOD 14,98 mg/l; COD 76 mg/l; TSS 40 mg/l; Amonia 2,94 mg/l; Minyak dan Lemak 0,025 mg/l dan pH 6,8. Pada saat surut BOD 21,4 mg/l; COD 168 mg/l; TSS 44 mg/l; Amonia 5,59 mg/l; Minyak dan Lemak 0,025 mg/l dan pH 6,8. Hasil penelitian kualitas air disaluran drainase RPH Sapi Beban Pencemaran pada kondisi pasang yakni BOD 131 kg/hari, COD 588 kg/hari, TSS 508 kg/hari, amonia 8 kg/hari, dan minyak dan lemak 3,67 kg/hari. Pada kondisi surut beban pencemaran adalah sebesar BOD 139 kg/hari, COD 748 kg/hari, TSS 305 kg/hari, amonia 10 kg/hari, dan minyak dan lemak 1,18 kg/hari

    PERUBAHAN MUKA AIR PADA TANAH GAMBUT AKIBAT PENANAMAN KELAPA SAWIT DI DESA MEGA TIMUR KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG

    Get PDF
    Untukmencapai keberhasilan penanaman kelapa pada gambut, selain faktor pemupukan danpembasmian serangga, maka faktor pengaturan tata air menjadi penting. Untukkeperluan tanaman kelapa sawit muka air tanah harus berada didekat dengan zonaperakaran, kelembaban yang tersedia pada tanah harus cukup ideal. Makadiperlukan pengaturan/pengendalian muka air tanah yang sesuai untuk tanamantersebut.Untuk mengetahuinya diperlukan pengamatan tinggi muka air tanah yangterjadi untuk tanaman kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan pada tanamankelapa sawit di daerah bergambut Desa Mega Timur Kecamatan Sungai Ambawang KabupatenKubu Raya. Dalampelaksanaan penelitian ini menggunakan data primer berupa : data tinggi muka air tanah di antara saluran dandata tinggi muka air disaluran. Sedangkan data skunder yang digunakan berupadata curah hujan. Dengan menggunakan metode : Schapery, Brakel dan Aliranmuka air tanah.langsung . Dari hasil pengamatan metode di atas akan mendapatkanperbedaan selisih tinggi muka air tanahnya. Perbedaan yang dihasilkan terhadapdata asli lapangan paling besar - 0.09593597 m ( 9,6 cm ), pada metodebrake di titik pengamatan pipa 7,8,9. Perhitungan ini tanpa pengaruh tanamankelapa sawit. Dengan perhitungan pengaruh akibat kelapa sawit ternyata datalapangan mirip dengan perhitungan tersebutSelisih yang terbesar dari ke tiga metode perhitunganterhadap data lapangan dengan metode brakel dan Schapery dikarenakan tidakmemperhitungkan adanya pengaruh tanaman kelapa sawit. Perhitungan yangmemperhitungkan adanya pengaruh kelapa sawit adalah perhitungan aliran airtanah yang mendekati dengan data lapangan.Kata kunci : Aliran Air tanah dilahan gambut, aliran air tanah pengaruh terhadap tanaman kelapa sawi

    Indicators of physical fitness in school children from the midwest region of Sao Paulo City

    Get PDF
    Article in Portuguese. Title in Portuguese: Indicadores de aptidão física de escolares da região centro-oeste da cidade de São Paulo

    O planejamento das práticas esportivas escolares no ensino fundamental na cidade de Santos

    Get PDF
    Article in Portugese. English title: School sport's planning in elementary school in the Santos’ city. Spanish title: Planificación del deporte escolar en la escuela primaria de la ciudad de Santos
    corecore