6 research outputs found

    POLA DISTRIBUSI SPASIAL Ceriops sp. DI HUTAN MANGROVE SEGARA ANAK TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI

    No full text
    Mangrove plays important role in ecology and in economy. This fact pushes us to pay more attention in its management and utilization in order to keep it sustainable. Understanding some information about mangrove such its changes in composition of dominant species and in distribution pattern is very useful when we want to preserve a mangrove forest. This research aimed to determine what species has turned to be a dominant species in Alas Purwo National Park mangrove forest if compared with a couple of years ago and to know the spatial distribution of Ceriops sp and its interaction to environmental factors. The research was executed by observing 14 lines which were located, each at the left and the right side of Segara Anak river (on south and north bank of the river), started from estuary to upstream. In those lines, observation plots were placed continuously in size of 10x10 m for tree leve

    Studi Perbandingan Konstruksi Jaring Insang (Gillnet) Milenium Permukaan di Indramayu Jawa Barat dan Tegal Jawa Tengah

    No full text
    Aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan fungsi dan kualitas kawasan estuari yang memiliki peranan penting dalam menjaga kualitas sumber daya ikan. Sadar akan hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengeluarkan Keputusan Menteri No. 2 tahun 2015 tentang pelarangan penggunaan pukat tarik dan pukat hela. Aturan lain yang diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam rangka mengembalikan fungsi dan kualitas kawasan estuari adalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 18 tahun 2021 tentang Penempatan Alat Penangkapan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Selain mengeluarkan keputusan dan regulasi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga memberikan alternatif alat tangkap pengganti yang mampu menggantikan penggunaan pukat tarik dan pukat hela. Sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi di wilayah pesisir, gillnet milenium perlu untuk dipelajari lebih lanjut. Mempelajari konstruksi gillnet milenium juga perlu dilakukan guna mencapai tingkat selektivitas dan efektifitas yang optimal bagi nelayan maupun bagi sumber daya ikan itu sendiri. Terdapat beberapa macam cara untuk mempelajari konstruksi dari gillnet milenium salah satunya dengan membandingkan konstruksi gillnet milenium pada satu wilayah dengan wilayah lain. Hal ini menjadi penting, mengingat kegiatan perikanan di Indonesia merupakan kegiatan perikanan yang multispecies dan multi-gear, yang memiliki makna bahwa penangkapan target spesies tertentu ditangkap oleh banyak alat tangkap, begitupun sebaliknya alat tangkap tertentu menangkap berbagai spesies. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2022 hingga Mei 2022 di Pelabuhan Perikanan Karangsong, Kabupaten Indramayu; dan Pelabuhan Perikanan Kota Tegal, Kota Tegal. Perbandingan alat tangkap dimulai dengan pengukuran sampel alat tangkap pada lokasi penelitian. Perbandingan konstruksi alat tangkap gillnet milenium permukaan berdasarkan pada standard baku konstruksi gillnet milenium permukaan yang dikeluarkan oleh Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang (2005). Data hasil pengukuran yang telah diambil kemudian diolah dan dianalisis menggunakan 3 cara analisis, sesuai dengan standard baku konstruksi gillnet milenium permukaan. Adapun 3 analisis yang digunakan ialah: analisis tipe jaring dan material jaring, analisis bentuk konstruksi jaring, dan analisis tipe jaring dan konstruksi jaring. Melalui 3 analisis tersebut didapatkan hasil bahwa sampel gillnet milenium permukaan yang ditemukan di Kabupaten Indramayu hanya sesuai pada 1 poin dari 11 poin kesesuaian standard baku konstruksi gillnet milenium permukaan. Sedangkan, sampel gillnet milenium permukaan yang ditemukan di Kota Tegal sesuai pada 2 poin dari 11 poin kesesuaian standard baku konstruksi gillnet milenium permukaan

    A survey on features of allergic rhinitis in children

    No full text
    A number of epidemiologic studies evaluated the prevalence of allergic rhinitis (AR), but few data are available on its different clinical presentations. We addressed this survey to assess the features of AR in children and adolescents. Thirty-five centers in Italy included 2623 pediatric patients with rhinitis, of whom 2319 suffered from AR, while 304 had other kinds of rhinitis. For each patient a standardized questionnaire was filled in, including ARIA classification, the duration of symptoms, the allergen identified as clinically relevant, the co-morbidities, the kind of treatment, the response to treatment, the satisfaction with the treatment, and the feasibility of allergen immunotherapy (AIT). Of the 2319 patients, 597 (25.7%) had mild intermittent, 701 (30.2%) mild persistent, 174 (7.5%) moderate-severe intermittent, and 773 (33.3%) moderate-severe persistent AR. The allergens most relevant were grass pollen and dust mites. The most frequently used drugs were oral antihistamines (83.1%) and topical corticosteroids (63.5%). The response to treatment was judged as excellent in 13.5%, good in 45.1%, fair in 30.8%, poor in 10%, and very bad in 0.6% of cases. The satisfaction with treatment was judged as very satisfactory in 15.2%, satisfactory in 61.8%, unsatisfactory in 22.4%, and very unsatisfactory in 0.5% of cases. AIT was considered indicated in 53.1% of patients with mild intermittent, 79.2% of moderate-severe intermittent, 72.6% of mild persistent, and 82.7% of moderate-severe persistent AR. The limitation of this study is that the population was not unselected and this prevents epidemiological significance. These results offer confirmation of the adequacy of ARIA guidelines in classifying patients with AR and of the association of severe phenotype with lack of success of drug treatment

    Swarming and behaviour in Antarctic krill

    No full text
    corecore