44 research outputs found

    Analisis Hukum Terhadap Tabanni (Pengangkatan Anak) Menurut Fikih Islam Dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

    Full text link
    Child adoption (tabanni) in Indonesian community has several purposes which among other things to continue descendants if a marriage fails to give offspring. The problem of tabanni (child adoption) practices by the community in general is by removing the status or relationship between the adopted child and his/her biological parents or deliberately, the adopted parents do not tell their adopted child that he/she is not their biological child. Child adoption which removes the blood relationship (nasab) is not allowed in Islamic Law while what is allowed is the child adoption in sense of taking care of the child without removing the child's blood relationship with his/her biological parents. According to Law No. 23/2002 on Child Protection, child adoption is the transfer of the rights of a child from his/her biological parents to his/her adopted parents for the best of the child adopted. The procedure is that child adoption can be done in Religious Court or State Court (for non-Muslim). What is trasferred is only the right of guarduanship of the child. In relation to inheritance, the child adopted based on court decision has the right to receive inheritance from his/her adopted parents under the wajibah will. The protection for the child adopted based on the court decision is that his/her legal guardianship and the distribution of inherited property from his/her adopted perents are guaranteed

    Penggunaan DDGS (Distillers Dried Grain with Solubles) Jagung Sebagai Sumber Protein Nabati Pakan Benih Ikan Gurame Osphronemus Goramy Lac. [the Utilization of Com DDGS (Distillers Dried Grain with Solubles) as Plant Protein Source for Giant Gouramy Osphronemus Goramy Lac. Diets]

    Full text link
    Dua macam penelitian dilakukan untuk mengkaji pengaruh penggunaan distillers dried grain with solubles (DDGS) sebagai sumber protein nabati terhadap pertumbuhan benih ikan gurame Osphronemus goramy Lac. Penelitian ini terdiri atas penelitian kecernaan dan kinerja pertumbuhan. Pada pengukuran kecernaan digunakan motede tidak langsung dengan menggunakan kromium trioksida (Cr2O3) sebagai indikator. Pada penelitian kinerja pertumbuhan digunakan empat macam pakan dengan isoprotein (40%) dan isoenergi (500 kcal GE 100 g-1) dengan kadar DDGS yang berbeda. Pakan A (pakan kontrol, DDGS 0%) sedangkan pakan B, C dan D mengandung DDGS masing-masing sebesar 10, 20 dan 30%. Juwana ikan gurame dengan bobot rata-rata 4,7±0,78 g dipelihara selama 40 hari dalam akuarium berukuran 35 x 40 x 50 cm3 dengan kepadatan 0,2 ekor per liter. Ikan diberi pakan sampai Kenyang dengan frekuensi tiga kali se-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan gurame mampu mencerna protein DDGS sebesar 85,35% dan 70,10% untuk total bahan. Peningkatan DDGS dalam pakan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian dan kelangsungan hidup benih ikan gurame (p>0,05). Ikan yang diberi pakan dengan kandungan DDGS hingga 20% memiliki nilai efisiensi pakan dan retensi protein yang tidak berbeda dibandingkan dengan pakan kontrol; sedangkan pemberian DDGS sebesar 30% dalam pakan menurunkan nilai tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pakan C dengan kadar DDGS 20% dalam pakan memberikan hasil yang terbaik terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan gurame

    Pengaruh Pemberian Vitamin E (A-tokoferol) Terhadap Kinerja Reproduksi Ikan Betutu Oxyeleotris Marmorata Bleeker 1852 [Effect of Dietary Vitamin E (A-tocopherol) on the Reproductive Performance of Marble Goby Oxyeleotris Marmorata Bleeker 1852]

    Full text link
    Vitamin E merupakan antioksidan yang larut dalam lemak dan berperan dalam reproduksi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh dosis yang berbeda pada pakan terhadap kinerja reproduksi ikan betutu betina. Ikan uji di-beri pakan berupa cacing tanah (Eudrilus eugeniae) yang mengandung 0 (A), 200 (B), 400 (C), 800 (D) dan 1600 (E) mg vitamin E kg-1 cacing tanah. Parameter yang dianalisis adalah high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), trigliserida, total kolesterol, konsentrasi estradiol, diameter telur, indeks kematangan gonad (IKG), histologi gonad, dan konsentrasi vitamin E gonad. Konsentrasi total kolesterol darah meningkat pada hari ke-30 bersamaan de-ngan meningkatnya konsentrasi estradiol, HDL, LDL, dan trigliserida. Ukuran diameter telur pada perlakuan D (1,201,39 mm) memiliki frekuensi tertinggi dibandingkan dengan perlakuan A, B, C, dan E. IKG pada percobaan B menun-jukkan hasil yang terendah. Hal ini selaras dengan hasil histologi gonad yang menunjukkan bahwa perkembangan gonad perlakuan B lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan C, D, dan E. Konsentrasi vitamin E gonad pada perlaku-an D menunjukkan hasil tertingi dibandingkan perlakuan A, B, C dan E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis vitamin E sebesar 800 mg kg-1 cacing tanah merupakan dosis terbaik untuk meningkatkan kinerja reproduksi ikan betutu betina

    Kinerja Pertumbuhan dan Status Kesehatan Ikan Lele, Clarias Gariepinus (Burchell 1822) yang Diberi Tambahan Selenium Organik Kadar Berbeda

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh selenium organik terhadap kinerja pertumbuhan dan status kese- hatan ikan lele (Clarias gariepinus). Perlakuan empat dosis selenium organik yang ditambahkan dalam pakan yaitu: 0 (kontrol), 1, 4, dan 8 g kg-1 pakan dengan kadar selenium pakan berturut-turut 0,30; 0,79; 2,26 dan 5,79 mg kg-1 . Ikan lele yang digunakan dengan bobot awal rata-rata 5,97+0,06 g, dipelihara dalam 12 bak beton bervolume 300 liter de- ngan kepadatan 150 ekor per bak selama 56 hari. Ikan diberi pakan 3% dari bobot tubuh dengan frekuensi tiga kali se- hari pada pukul 07.00, 14.00, dan 20.00. Percobaan didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat per- lakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan selenium 2,26 mg kg-1 pakan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada retensi protein, lemak, dan selenium berturut-turut sebesar 34,8±2,9%, 63,9±4,1% dan 28,6±1,9% dibandingkan dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Penambahan selenium dengan dosis yang sama juga dapat meningkatkan jumlah sel darah putih sebesar 1,60±0,13 sel mm3 ×105 dan kadar hemoglobin sebesar 7,93±0,1 g %. Penambahan selenium 2,26 mg kg-1 pakan mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dan status kesehatan ikan lele

    Nisbah Panjang Usus Terhadap Bobot Tubuh Ikan Gurami, Osphronemus Goramy Lac. 1801, Yang Diberi Pakan Berkadar Protein Berbeda Dengan Diperkaya Hormon Pertumbuhan Rekombinan (RGH) [Ratio of Intestine Length to Body Weight of Giant Gourami, Osphronemus Goramy Lac. Feed with Different Protein Levels of the Diets Supplemented with Recombinant Growth Hormone (RGH)]

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pemberian pakan dengan kadar protein berbeda yang diperkaya dengan rGH pada nisbah panjang usus dan bobot tubuh ikan gurami. Pakan dengan kadar protein berbeda (21%, 28%, 34%;isoenergi) dibalut kuning telur yang mengandung rGH. Masing-masing perlakuan memiliki kontrol tanpa penam-bahan rGH. Yuwana ikan gurami (bobot tubuh15,83±0,13 g) diberi pakan mengandung rGH dua kali seminggu. Yuwa-na ikan dipelihara dalam akuarium volume100 L dengan padat tebar 10 ekor per akuarium selama 42 hari. Pada akhir perlakuan dilakukan pengukuran bobot tubuh dan panjang usus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masing-ma-sing taraf perlakuan kadar protein pakan, pemberian rGH berpengaruh nyata (p0,05)

    Dietary Phosphorus Requirement of Giant Gouramy (Osphronemus gouramy Lac.)

    Get PDF
    This experiment was conducted to ditermined phosphorus content in the feed of giant gouramy (Osprhonemus gouramy). Four semipurified diet containing isoprotein (41,0%) and isoenergy (10.0 kcal/g protein) but different in phosphorus content were prepared. Diet containing phosphorus at the level of 0,32, 0,63, 0,89 and 1,06% respectively. Fish weighing 21-25 g/ind was stocked at a density of 4 ind./aquarium. Fish was fed at a satiation level three times daily. Fish were reared for 40 days and sampling was done in every 10 day. Result of this study shows that growth performance of fish were increase with the increasing of phosphorus level in the diet till of level (0,89%). Make up of rate phosphor more than 1,06% in the diet will negating the growth. It can be concluded that giant gouramy require phosporus at the level of 0,63-0,89% for maximal growth. Key words : Phosphor, giant gouramy, Osphronemus goruamy, mineral   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kebutuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy) akan mineral fosfor. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan semimumi dengan kadar protein 41,0% dan rasio energi- protein 10 kkal/g protein. Pakan yang digunakan memiliki kandungan fosfor berturut-turut sebesar 0,32, 0,63, 0,89 dan 1,06%. Ikan gurame yang digunakan berbobot awal antara 21-25 g/ekor dan panjang tubuh awal 8,97-13,45 cm/ekor, dipelihara pada akuarium berukuran 50x40x35 cm dengan kepadatan 4 ekor/akuarium. Ikan diberi pakan 3 kali sehari secara satiation selama 40 hari. Setiap 10 hari sekali dilakukan penimbangan bobot tubuh ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performan pertumbuhan ikan gurame meningkat dengan meningkatknya kadar fosfor dalam makanan sampai pada tingkat 0,89%. Peningkatan kadar fosfor diatas tingkat tersebut berdampak negatif terhadap pertumbuhan. Pertumbuhan maksimal didapat pada ikan yang diberi pakan dengan kadar fosfor 0,63-1,06%. Kata kunci : Fosfor, ikan gurame, Oshpronemus gouramy, mineral

    Growth and Feed Efficiency of Red Tilapia (Oreochromis sp.) Reared in Different Salinities

    Get PDF
    The objective of this research was to know the effect of salinity on the growth and utilized of feed energy by red tilapia, Oreochromis sp.  Four fishes with 4,15-4,42 g initial body weights were cultured in a 50x40x35 cm aquarium for 40 days.  Fish were fed on these diets three times a day at satiation. Dietary growth rate, feed efficiency, protein and lipid retention increased with increasing salinity (

    Pertumbuhan dan Daya Tahan Tubuh Juwana Kerapu Bebek (Cromileptes Altivelis) yang Mendapatkan Tambahan Selenium dan Terpapar Cekaman Lingkungan [Growth And Vitality Of Juvenile Humpback Grouper (Cromileptes Altivelis) Supplemented With Selenium And Exposed To Environmental Stress]

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah penambahan sodium selenite (selenium anorganik) dalam pakan yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh juwana kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang terpapar pada cekaman akibat Perubahan kondisi lingkungan. Percobaan didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan enam perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah penambahan selenium (Se) dalam bentuk sodium selenite (Se anorganik) pada berbagai dosis (0; 0,025; 0,05; 0,1; 0,2; dan 0,4 mg Se kg-1). Juwana kerapu bebek yang di-gunakan berukuran panjang awal rata-rata 5,83+0,28 cm dan bobot tubuh rata-rata 3,47+0,43 g dipelihara dalam akuarium berukuran 90 x 40 x 35 cm3 dan diberi pakan buatan berbentuk pellet frekuensi dua kali sehari (pukul 08.00 dan 16.00) at satiation. Ikan dipelihara selama 42 hari dengan padat penebaran 15 ekor per 100 liter air laut bersalinitas 30-31 ppt dan suhu 28-29 oC. Pada akhir pemeliharaan, ikan direndam di dalam air tawar selama 10 menit untuk mengetahui respons stres akibat Perubahan osmolaritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konsumsi pakan, efisiensi pakan, retensi protein, glikogen hati, glikogen otot, dan semua parameter gambaran darah tidak dipengaruhi oleh penambahan Se. Sebaliknya, penambahan Se meningkatkan retensi lemak, aktivitas enzim GPx plasma, rasio RNA-DNA, dan rasio T3-T4. Penambahan sodium selenite dosis 0,05 mg Se kg-1 mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dan daya tahan tubuh juwana kerapu bebek

    The utilization of different combination and level of corn, tapioca and pollard on the growth performance of black tiger shrimp (Penaeus monodon) juvenile

    Get PDF
    This experiment was conducted to evaluate the effect of carbohydrate level and sources on the growth performance of black tiger shrimp Penaeus monodon juvenile. Four shrimp diet contains isoprotein (35%) and isoenergy-protein ratio (8.2 kkcal/g protein) but different in carbohydrate level were used in this experiment. Diet A and B containing carbohydrate at the level of 34%, while diet C and D contain 40% of carbohydrate.  Diet A and diet C have similar carbohydrate source pollard and corn plus tapioca at the ratio of 1:1, where diet B and D was 2:1:1.  Shrimp with 1.5±0.1 g of average body weight were reared in aquarium at the density of 10 shrimp/aquaria and fed 4 times daily at the level of 8% of body weight. Feed consumption, total and protein digestibility, protein and lipid retention, relative growth rate, feed efficiency, survival rate and feed conversion ratio was used as evaluating parameters. The results showed that all diets  have similar  effect on total and protein digestibility, protein and lipid retention, relative growth rate, feed efficiency, and survival rate (P>0.05). It is concluded that Penaeus monodon juvenile could utilize carbohydrate until the level of 40%, and shrimp could utilize corn and tapioca as good as pollard. Keyword: Peneaus monodon, carbohydrate, pollard, corn, tapioca, growth ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan dua kadar karbohidrat berbeda dari kombinasi tepung tapioka, tepung jagung dan tepung pollard dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan juvenil udang windu Penaeus monodon. Pakan uji yang digunakan mengandung kadar protein (35%) dan rasio energi-protein (8,2 kkal g protein) yang sama, tetapi berbeda kadar karbohidrat. Pakan A dan B mengandung kadar karbohidrat 34%, sedangkan pakan C dan D mengandung karbohidrat 40%. Pakan A dan C mengandung kadar karbohidrat sama dengan sumber pollard, jagung  dan tapioka dengan rasio 1:1:1, sedangkan pakan B dan D dengan rasio 2:1:1. Larva dengan bobot 1,5±0,1 g dipelihara dalam akuarium selama 60 hari dengan kepadatan 10 ekor/akuarium.  larva diberi pakan sebanyak 4 kali sehari sebanyak 8% dari bobot biomassa. Parameter yang diamati adalah tingkat konsumsi pakan, kecernaan total dan protein, retensi protein, retensi lemak, pertumbuhan relatif, efisiensi pakan, kelangsungan hidup dan konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pakan perlakuan memberikan pengaruh yang sama terhadap  tingkat konsumsi pakan, kecernaan total dan protein, retensi protein, retensi lemak, pertumbuhan relatif, efisiensi pakan, konversi pakan dan kelangsungan hidup (P>0,05).  Dengan demikian disimpulkan bahwa juvenil Penaeus monodon mampu memanfaatkan karbohidrat sampai kadar 40%, dan udang mampu memanfaatkan tepung jagung dan tapioka seperti halnya pollard. Kata kunci: Penaeus monodon, karbohidrat, pollard, taioka, jagung, pertumbuha

    GROWTH PERFORMANCE AND HISTOLOGICAL APPEARANCE OF THE HUMPBACK GROUPER JUVENILE (CROMILEPTESALTIVELIS) AFTER TREATED WITH RECOMBINANT GROWTH HORMONE

    Get PDF
    Despite as high price consumption fish, humpback grouper grow out take very long time so its culture considered not efficient. Therefore to accelerate its growth rate and make grow out culture more efficient, recombinant Epinepheluslanceolatus growth hormone (rElGH) was applied by oral route. Daily application of rough rElGH at a dose of 5 mg/100 g commercial diet for 42 days resulted significance increase in growth rate compared to control groups. No specific histological damage on kidney, liver and spleen which was attributable to rElGH administration. These results strongly suggested that growth stimulation following oral administration was due to a specific action of rElGH and recombinant GH as mentioned above save for fish consumption. Keywords: growth, histology, humpback grouper, recombinant growth hormone
    corecore