60 research outputs found
HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG PENYAKIT HIPERTENSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN DI RSUDZA BANDA ACEH
Penyakit the silent killer yang masih menjadi masalah saat ini adalah penyakit hipertensi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara hipertensi dengan kecemasan. Hubungan tersebut bisa dipengaruhi dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Hubungan melalui dalam tubuh yaitu secara hormonal, sedangkan hubungan yang diperoleh dari luar tubuh salah satunya adalah melalui tingkat pengetahuan yang dimiliki penderita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit hipertensi dengan tingkat kecemasan. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2017. Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling dengan metode consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden, lalu dianalisis dengan menggunakan uji spearman. Dari 100 responden, terdapat 75 responden yang berpengetahuan baik dengan tingkat kecemasan tertinggi yaitu pada cemas ringan dengan persentase 49,3% dan 25 responden yang pengetahuannya kurang memiliki tingkat kecemasan tertinggi yaitu pada kecemasan berat dengan persentase 36%, kesimpulan penelitian ini adalah terdapatnya hubungan antara tingkat pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit hipertensi dengan tingkat kecemasan di RSUDZA Banda Aceh dengan nilai probabilitas p-value = 0,009 (
Prevalence of Child Marriage and Its Determinants Among Young Women in Indonesia
In Indonesia, child marriage (marriage prior to the age of 18 years) has already discussed from various perspectives but little empirical research has been published due to its severe causes and effects that link to them. Through this study, we aim to calculate the prevalence of child marriage using SUSENAS 2010 data as a nationally representative data for Indonesia in 2010. Later on, we use cohort analysis to capture the child marriage profile in Indonesia. Using logistic regression we examine the determinant factor of being child marriage in woman aged 20-24 years old, whose still living with origin household as children. We find several variable that negative and positively affect the possibility of child marriage incidence. We found that child marriage in Indonesia is determined more by social and economic characteristics both within and surrounding the girls. Thus, the policy should focuses on how to create an enabling environment that evolve alternatives to child marriage
Teaching Simple Past Tense by Using Grammar Translation Method (a Field Research at Elementary Level Lpia Rawasari)
The objectives of this research is to know the effectiveness of teaching Simple Present Tense using Grammar Translation Method and the problem that the writer finds out in the teaching-learning process. The data were collected through libraries, internet, observation and test. The research was concluded at elementary level LPIA Rawasari. The result of this research indicated that : (1) the writer applied grammar translation method in teaching simple past tense by using cue card. The writer also always uses both English as target languange and Indonesian as source languange or mother tongue (2) the problems tha are found in teaching-learning process are the students are difficult to pay attention to the material that the writer explained and some students have less vocabulary
Verifikasi Lapangan Peta Kemiskinan Indonesia 2010
Laporan studi verifikasi lapangan ini merupakan salah satu bagian dari studi peta kemiskinan dan penghidupan Indonesia. studi ini bertujuan untuk membuat estimasi angka kemiskinan di wilayah kecil, hingga tingkat kecamatan dan desa/kelurahan, serta menyusun peta kemiskinan dan penghidupan masyarakat. estimasi angka kemiskinan dibuat untuk seluruh Indonesia berdasarkan pendekatan pengeluaran rumah tangga dengan menggunakan data-data dari survey sosial-ekonomi nasional (susenas) 2010, potensi desa (podes) 2011, dan sensus penduduk (sp) 2010.
studi verifikasi lapangan peta kemiskinan Indonesia 2010 ini dilakukan untuk mengetahui apakah estimasi kemiskinan yang telah dilakukan sesuai dengan kondisi kemiskinan masyarakat sebenarnya. studi ini dilakukan di tiga provinsi (Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan bangka belitung) dan dilaksanakan pada tiga kabupaten/kota di setiap provinsi sebagai sampel (kota parepare, kabupaten sumbawa barat dan kabupaten bangka barat). pengumpulan data dilakukan melalui focus group discussion (fgd) di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa untuk mengetahui gambaran kondisi kemiskinan di masing-masing wilayah. selain itu, juga dilakukan wawancara dengan aparat pemerintah, tokoh masyarakat dan penduduk desa/kelurahan untuk memperkaya informasi kondisi kemiskinan masyarakat. analisis data dilakukan dengan menggunakan rank correlation dan pairwaise correlation sebagai alat untuk mengetahui kesesuian antara hasil estimasi kemiskinan dengang hasil fgd dan wawancara.
secara rata-rata, lebih dari 55% ranking antardaerah berdasarkan estimasi kemiskinan 2010 sesuai dengan hasil fgd untuk kondisi tahun 2010 dan 2013. tingkat kesesuaian ranking 2010 lebih baik dari pada tahun 2013. di kabupaten yang sama, kecamatan yang memiliki nilai relative standard error (rse) yang tinggi memiliki rank correlation dan tingkat kesesuaian (match) yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kecamatan yang memiliki rse rendah. perbandingan antara kondisi kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional (gkn) dengan garis kemiskinan 2ppp daripada proporsi penduduk di bawah gkn. oleh karena itu, estimasi angka kemiskinan 2010 di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan ini perlu digunakan dengan kehati-hatian, dengan memperhatikan nilai rse, Perubahan kondisi saat ini dibandingkan dengan kondisi 2010 dan karakteristik lokal yang ada.
kata kunci: peta kemiskinan, verifikasi, fgd, rank correlation, pairwaise correlatio
Neo-petik Laut: Local Wisdom in Environmental Conservation and Improvement of Coastal Community Economic Blue Spring Malang
Petik laut is a tradition routinely done by people around the beach area Sendang Biru for seven days. This tradition is carried out as a form of gratitude to the yields obtained within one year. Most of the crops used as offerings below to sea and drowned. Petik laut is a local wisdom that is ingrained and believed to be a respect for nature. However, it would be better if the culture can work together and in harmony with nature that has provided many benefits. So that local knowledge can provide added value to the environment, particularly the marine environment that will have a positive impact. Therefore, the necessary insertion of several activities in the tradition of sea quotation. Implementation of the activities discussed in this proposal is to transplant coral reefs, Restocking Groupers and clean beach. Hopefully this program can be a benchmark for the success of environment l conservation in the marine waters buadaya integration and local knowledge, as well as an example for the ceremony Pick Sea in all regions in Indonesia
Keterbatasan Gerak sebagai Faktor Pertimbangan dalam Desain Sistem Evakuasi Kebakaran pada Apartemen Sudirman Suites Bandung.
Keterbatasan Gerak Sebagai Faktor Pertimbangan Dalam Desain Sistem Evakuasi Kebakaran Pada Apartemen Sudirman Suites Bandung Studi Kasus : Apartemen Sudirman Suites Shirley wahadamaputera, NAUFAL RIZQY ARMANSYAH, mEGA KARTIKA MEILITA, hIMAWAN TAUFIQ, rIZKY DWIANA Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Email : [email protected] Abstrak Salah satu jenis bangunan vertikal yang mengalami percepatan pembangunan dalam lima tahun terakhir dikota Bandung adalah apartemen. Apartemen sudah menjadi salah satu pilihan tempat tinggal tetap keluarga di Kota Bandung, dimana penghuni di dalamnya pun beragam, termasuk penghuni keterbatasan gerak seperti penghuni lansia, cacat fisik atau ‘diffable people' dan ibu hamil. Apartemen sebagai bangunan hunian sudah seharusnya memberi perlindungan pada pengguna apartemen terhadap bahaya, salah satunya adalah bahaya kebakaran. Permasalahan evakuasipun tidak lagi hanya sebatas jumlah lantai, tinggi bangunan, keterbatasan jangkauan tangga mobil pemadam kebakaran dan jumlah penghuni saja, namun juga bagaimana mengevakuasi penghuni keterbatasan gerak. Apartemen Sudirman Suite dengan 23 lantai dibangun pada tahun 2014 yang didukung dengan peraturan yang lebih baik dipilih sebagai studi kasus. Metode analisis deskriptif digunakan untuk membandingkan kondisi nyata desain koridor yang meliputi dimensi, pemilihan bahan, kemiringan dan kelengkapan sarana dengan ketentuan yang berlaku.Temuan menunjukkan bahwa sistem bertahan di tempat dibutuhkan untuk memberi pilihan bagi penghuni apartemen keterbatasan gerak untuk menyelamatkan diri. Sarana evakuasi penghuni keterbatasan gerak digunakan bersamaan dengan penghuni lainnya. Desain ruang tunggu diperlukan untuk memuat penempatan sementara alat bantu. Desain sirkulasi evakuasi keluar bangunan perlu dirancang dengan tidak terputus hingga mencapai titik kumpul bagi penghuni keterbatasan gerak dengan aman. Kata kunci : Sistem evakuasi kebakaran, keterbatasan gerak. ABSTRACT Vertical buildings that experienced accelerated development in the last five years in Bandung is apartments. Apartments has become the family permanent residences option in Bandung, where the residents were diverse including residents with limited mobility such as the elderly, physical disabilities or diffable people and pregnant women. Apartments as residential or dwelling are supposed to provide security to residents from all the risks, are risk of fire. The evacuation problem is not only the number of floors, building height, fire truck's ladder limitation and number of residents, but also how to evacuate the residents with mobility impairments. Sudirman Suite Apartment with 23 floors has been built in 2014 and supported by better regulations are chosen to be the case study. Descriptive analysis method is used to compare the real condition of design corridor that include dimension, material election, tilt, and facilities completeness with applicable. This research discovered that stay in the place system are need to give the mobility impairments occupants choice to rescue themselves. Means of evacuation for occupants with mobility impairments used at the same time with another occupants. The waiting room designs are prepared to accommodate temporary placement tools. Circulation of exit evacuation design for occupants need to be design to be continued until evacuation point for mobility impairment occupants to be save
- …