16 research outputs found

    THE RELATIONSHIP BETWEEN SODIUM CONSUMPTION AND BLOOD PRESSURE OF ADOLESCENT GIRLS IN TASIKMALAYA, WEST JAVA

    Get PDF
    The incidence of hypertension in adulthood begins with an increase in blood pressure since adolescence and high blood pressure in adolescents is also associated with an increased risk of Chronic Heart Disease (CHD) as an adult. Consumption of natrium may lead positively associated with an increase in blood pressure in adolescence. The novelty of this study is because it examines the relationship between sodium consumption and blood pressure in adolescent girls. This study aims to analyze the relationship between sodium consumption and blood pressure in adolescent girls in Tasikmalaya, West Java. This research is an observational study with a cross-sectional study design. The population in this study were all female adolescents aged 12-18 years. The independent variables in this study were total sodium consumption, sodium consumption in snacks, sodium consumption in the main menu and sodium contribution from snacks. The natrium intake was measured by non consecutive recall method. The dependent variable was blood pressure measured by sphygmomanometer Omron HEM8712. The data were analyze by Pearson product moment test. The average total sodium consumption is 506.6mg and blood pressure is 113mmH. There was a positive relationship between total daily sodium (p=0.00; r=0.240), sodium in snacks (p=0.002; 0.162), and sodium in daily menus (p=0.001; r-0.182) with  blood pressure. The conclusion natrium intake was correlated with blood pressure in adolescent girls, therefore, they should aware with high sodium food.Keywords : Sodium; Blood pressure; Snacks; Adolescent girls

    Pola Makan Dan Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Pedesaan Dan Perkotaan

    Get PDF
    ABSTRACTBackground: Access to food differs between school-age children in rural and urban areas which is thought to have an impact on differences in the eating patterns and nutritional status of school-age children. The purpose of this study was to analyse differences in food pattern and nutritional status of school-age children in rural and urban areas.Methods: This research is a cross-sectional design. SDN I Benda which is located in Tasikmalaya City represents an urban area and SDN 3 Sukasari in Ciamis represents a rural area. The number of subjects in rural areas is 38 students and in urban areas is 40 students. Differences in eating patterns in rural and urban areas were analysed using independent t-test and Mann-Whitney at significance (p0.05).Results: The average food diversity of school-age children in rural areas (4) is less than in urban areas (4.5). The intake of energy (1636.8 vs 1526.1 kcal), protein (47.2 vs 43 g), fat (71 vs 62.8 g) and carbohydrates (214.1 vs 120.8 g) of school-age children in rural areas is slightly higher than in urban areas. This study showed that there were differences in the food diversity of school-age children in rural and urban areas (p=0.003); but there was no difference in energy (p=0.280), protein (p=0.593), fat (p=0.154), and carbohydrate (p=0.308) intake of school-age children in rural and urban areas.Conclusion: The food diversity of school-age children in rural areas is less than in urban areas, therefore efforts are needed to increase food diversity in rural area

    IPTEKS BAGI MASYARAKAT MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) IKAN MUJAIR

    Get PDF
    Ikan mujair merupakan ikan lokal dari perairan darat yang banyak dibudidayakan di daerah Tasikmalaya. Ikan ini  dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan MP ASI untuk meningkatkan asupan protein baduta. Namun sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum tahu cara pemanfaatan  ikan mujair sebagai MP ASI. Di samping itu, masih adanya mitos yang berkembang di masyarakat bahwa konsumsi ikan pada baduta dapat menyebabkan terjadinya kecacingan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan agar sasaran tahu, mampu dan mau membuat MP ASI berbahan ikan mujair.  Sasaran sebanyak 30 orang ibu yang memiliki anak di bawah umur dua tahun (baduta) serta aktif datang ke posyandu Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Kegiatan pengabdian masyarakat terdiri dari promosi dan demonstrasi, pelatihan, pemantauan dan pendampingan. Hasil menunjukkan bahwa p value uji t test sebesar 0,00 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan sasaran terkait dengan pembuatan MP ASI berbahan ikan mujair sebelum dan sesudah kegiatan promosi yang dilakukan. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa dari 3 perwakilan sasaran dari 3 kelompok yang berbeda menunjukkan bahwa sasaran telah mampu membuat MP ASI berbahan baku ikan mujair. Hasil pendampingan menunjukkan bahwa sasaran telah memberikan MP ASI berbahan ikan mujair kepada badutanya. Disarankan unuk melaksanakan kegiatan ini secara kontiyu secara mandiri di bawah bimbingan tenaga  kesehatan di Puskesmas dan di bawah koordinasi kade

    PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT: PMT PENYULUHAN PANGAN LOKAL DI DESA SUKARAME KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKAMALAYA JAWA BARAT

    Get PDF
    Posyandu dapat berperan sebagai early warning system sehingga balita tidak sampai masuk kategori kurus dan sangat kurus. Salah satu titik lemah yang menyebabkan rendahnya partisipasi di posyandu (D/S) adalah tidak adanya atau tidak beragamnya PMT penyuluhan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan agar sasaran tahu, mampu dan mau membuat PMT penyuluhan lokal menggunakan bahan baku sukun dan ikan mujair untuk meningkatkan D/S.  Mitra sebanyak 30 orang ibu yang menjadi sasaran posyandu Edelweis dan Dahlia Desa Sukarame, Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan berupa Promosi makanan jajanan sehat bergizi berbahan pangan lokal dengan metode emo demo, ToT dan pelatihan pembuatan PMT penyuluhan berbahan sukun dan ikan mujair, manajemen pengadaan PMT penyuluhan melalui pemicuan, sosialisasi  dan pendampingan. Hasil promosi dengan emo demo menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil pre test dan post test (0,00).  Hasil pelatihan menunjukkan bahwa dari 3 perwakilan sasaran dari 3 kelompok yang berbeda menunjukkan sasaran telah mampu membuat PMT penyuluhan. Hasil pemberdayaan menunjukkan sasaran telah memberikan PMT penyuluhan berupa kudapan berbahan sukun dan ikan mujair pada saat hari bukaan posyandu. Kegiatan penyiapan PMT penyuluhan dilakukan secara bergotong royong secara terjadwal setiap hari bukaan posyandu  perlu terus ditingkatkan dengan mengikutsertakan seluruh sasaran di posyandu

    Pengaruh Nutrisi AB Mix Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) secara Hidroponik

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  Pengaruh Nutrisi AB mix Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) secara Hidroponik, pada bulan Juni 2019 sampai Agustus 2019 di Workshop Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian dosis nutrisi AB mix terhadap pertumbuhan tanaman bayam merah (Amaranthus tricolor L.). Metode penelitian adalah eksperimen dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan 5 perlakuan 4 ulangan yaitu P0 (kontrol/tanpa nutrisi), P1 ( 5 ml nutrisi AB mix), P2 (10 ml nutrisi AB mix), P3 (15 ml nutrisi AB mix), P4 (20 ml nutrisi AB mix), dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam (ANSIRA). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis unsur hara AB mix berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah tanaman bayam merah (Amaranthus tricolor  L.). Perlakuan terbaik P3  dengan  dosis 15 ml dengan tinggi tanaman 24,2 cm, jumlah daun 13,25 helai dan berat basah tanaman 18,825 gram, hasil terendah pada perlakuan P0 dengan tinggi tanaman 5.65 cm, jumlah daun 8,5 helai dan berat basah tanaman 0,375 gram

    PERAN ASUPAN MAKRONUTRIEN (KALORI) SIANG HARI TERHADAP KELELAHAN PEKERJA WANITA

    Get PDF
    Wanita yang bekerja mempunyai beban yang lebih berat dari pada wanita tidak bekerja karena peran ganda yang harus dijalankannya. Banyak pekerja wanita tidak memperhatikan asupan makanan dalam kesehariannya.  Kondisi tersebut berimplikasi juga pada kebutuhan energi untuk beraktivitas yang mempengaruhi  kelelahan kerja. Salah satu faktor yang terkait dengan kelelahan adalah jumlah asupan dari zat gizi makronutrien yang menjadi sumber tenaga untuk melakukan aktivitas kerja. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan asupan makronutrien (total kalori) yang dikonsumsi siang hari dengan kelelahan kerja. Sampel sebanyak 73 orang terpilih yang memenuhi syarat dari populasi 135 orang.Asupan makronutrien (total kalori) diukur dengan food recalldan kelelahan diukur dengan metode psychomotor test dengan uji waktu reaksi. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji statistik rank spearman pada taraf signifikasi 0,05. Hasil penelitian menunjukan konsumsi zat gizi makronutrien (total kalori) rata-rata sebesar 470,98 kcal. Tingkat kelelahan rata-rata sebesar 420,85 mldet dengan kategori kelelahan ringan sebesar 60,3%. Hasil analisis statistik diperoleh simpulan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan makronutrien (total kalori) dengan tingkat kelelahan. Rekomendasi untuk pekerja agar memperhatikan kecukupan asupan zat gizi makro terutama kalori pada saat siang hari untuk menjaga kebutuhan energi selama bekerja

    Keragaman pangan dengan kejadian kurang gizi pada anak usia 6-23 bulan

    Get PDF
    Dietary diversity plays a role in meeting nutritional needs to prevent undernutrition in children. This study aims to analyze the relationship between food diversity and the incidence of undernutrition in children aged 6-23 months in Sukarame Village, Sukarame District, Tasikmalaya Regency in 2022. This research method is observational with a cross-sectional design. The research subjects were 74 children who were selected based on the proportional random sampling technique. Data analysis used descriptive statistical tests and Fisher’s tests. The results of the univariate analysis found that the incidence of stunting, underweight, and wasting were 10.8%, 8.1%, and 8.1%, respectively. Most of the subjects in this study consumed various foods (55.4%). Statistical analysis showed that dietary diversity was significantly associated with underweight (p=0,03), but there was no association between dietary diversity and stunting (p=0.725) and wasting (p=0.216) in children aged 6-23 months. Adequate portions and amounts of food must accompany the consumption of food diversity to meet nutritional needs

    PENGETAHUAN DAN PRAKTEK HYGIENE PENJAMAH PADA PEDAGANG MAKANAN JAJANAN DI SEKITAR SEKOLAH DASAR KOTA TASIKMALAYA

    Get PDF
    Anak sekolah merupakan kelompok yang rentan mengalami gangguan kesehatan yang dibawa oleh makanan yang dikelola secara tidak sehat yang berkaitan dengan pengelolaan oleh penjamah makanan. Pengetahuan dan praktek penjamah mengenai hygiene penjamah menjadi hal yang penting. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan praktek hygiene penjamah makanan jajanan di sekitar sekolah dasar kota Tasikmalaya. Penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipillih secara acak dari penjamah makanan dengan jenis kelamin laki-laki yang berjualan di sekitar sekolah dasar sebanyak 65 orang. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara dan observasi, selanjutnya analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p lebih kecil dari 0,05) antara pengetahuan tentang hygiene penjamah dengan praktek hygiene penjamah pada pedagang makanan jajanan di sekitar sekolah dasar. Disarankan kepada pedagang untuk meningkatkan pengetahuan dan praktek hygiene yang baik melalui berbagai media informasi

    Lifestyle Habits Associated to Overweight Among Female Adolescents in Tasikmalaya, West Java, Indonesia

    Get PDF
    Background: Adolescence, specifically among female is a high-risk period for weight gain and the incidence of being overweight. Lifestyle is considered a significant contributing factor to overweight in female adolescents. Objectives: This study aimed to examine the association between lifestyle, particularly daily activity and eating habits with the incidence of being overweight among female adolescents in Tasikmalaya City, West Java. Methods: A cross-sectional design was used with 275 subjects from seven state junior high schools selected by proportional random sampling. The data collected included demographics, lifestyle comprising daily activity, eating habits, as well as the incidence of being overweight, measured using the Body Mass Index-Age-Z score (BAZ). The association between lifestyle and overweight was evaluated using binary logistic regression. Results: The results showed that out of 275 subjects, 51 were overweight (18.5%) and 224 (81.5%) had normal weight. The risk factors for being overweight included sleeping less than seven hours a day (p=0.017; OR=3.020; 95%CI=1.218-7.486), mild physical activity (p=0.008; OR=19.251; 95%CI=2.170-170.790), breakfast frequency less than 3 times a week (p=0.033; OR=2.418; 95% CI=1.074-5.443) and frequent snacking habits (p=0.000; OR=15.022; 95% CI=5.922-43.846). Conclusions: Several lifestyles were found to significantly impact the incidence of being overweight among female adolescents, thus  suggesting the need to make lifestyle  modifications

    HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN MAKAN DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI ANAK UMUR 24 - 36 BULAN (STUDI DI KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemberian makan dan tingkat kecukupan energi-protein dan hubungannya dengan status gizi anak umur 24 –36 bulan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian survai eksplanatory dengan pendekatan Cross Sectional . sampel sebanyak 83 anak. Data dianalisis secra deskriptif dan analitik dengan uji statistik korelasi Porduct moment dari Pearson dan regresi berganda. Hasil analisis univariant menunjukkan bahwa sebagain besar sampel masuk dalam katagori status gizi sedang (41,0%), 27,7% masuk dalam kategori status gizi kurang dan 3,6% masuk dalam status gizi buruk. Sebagian besar anak tingkat kecukupan energi antara 90-110% (63,9%), tingkat kecukupan protein >110%) (95,2%), frekuensi pemberian kelompok makanan 8 – 14 kali (89,2%), jenis kelompok makanan 4 – 5, varians beda jenis makanan 6-9 (63%), skor variasi cara memasakanta hari 9-15 (71,1%). Analisis bivariant menunjukkan ada hubungan antara tingkat kecukupan energi protein, frekuensi pemberian kelompok makanan, jenis kelompok makanan, variasi beda jenis makanan, variasi cara memasak antar hari dengan status gizi anak. Dan tidak ada hubungan antar variasi car memasak dalam hari dengan status gizi anak. Analisis multivariate menunjukkan keenam variabel yang memberikan kemaknaan dalam analisis bivariant menentukan 23,2% terhadap status gizi anak, dan hanya variabel tingkat kecukupan protein yang merupakan determinan bag status gizi anak umur 24-36 bulan. Disimpulkan masih banyak variabel yang menentukan status gizi anak di daerah karanganom di samping keenam variabel yang diteliti. Berdasarkan temuan status gizi anak dapat ditingkatkan dengan penggunaan bahan makanan yang bervairasi. Kata Kunci: POLA MAKAN ANAK, ATATUS GIZI ANAK UMUR 24-36 BULA
    corecore