3 research outputs found

    Konsep dan Aplikasi Public Relations Politik pada Kontestasi Politik di Era Demokrasi (Pemilihan Langsung)

    Full text link
    Sistem politik yang semakin demokratis di Indonesiayang ditandai dengan pelaksanaan pemilu legislative, pemilihanpresiden dan pemilukada secara langsung dengan melibatkan seluruhrakyat, telah menyebabkan popularitas seseorang atau partai politikmenjadi hal yang mutlak dalam setiap kontestasi. Membangun citrapositif seorang calon legislative, calon presiden, calon gubernur,bupati dan walikota memerlukan strategi komunikasi politik yangtepat. Salah satu konsep dan praktek komunikasi politik yang akhirakhirini berkembang dalam USAha membangun citra positifmenghadapi kontestasi politik adalah Public Relations Politik.Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa citra positif dapatdibangun dengan komunikasi timbal Balik (two ways trafficcommunication). Karenanya dimensi hubungan atau konteks(context) komunikasi menjadi menonjol dibandingkan dengandimensi isi (content) pesan kolaporan munikasi sebagaimana dalampraktek kampanye dan iklan politik yang proses komunikasinyaberjalan satu arah

    Perempuan dalam Pengelolaan Surat Kabar di Sulawesi Tengah (Studi Posisi dan Peran Perempuan dalam Media Cetak)

    Full text link
    Women's presentation in mass media, especially in printed media,is always in a negative sense. They are living as a decoration and sexualobject. We can say that this is hapening due to the patriarchal culturewhich make people who work in a media is dominated by male and theprocess of media is also dominated by them.The main reason of this research is to answer the question, 1. Howmany women is involved in the process of printed media in CentralSulawesi 2. Can women who involved in printed media influence the policyof media related to gender issue 3. Into which many levels mass mediamanagement gives a tolerance to gender issue.The reslut of this study, which is using gender analysis, is takenfrom three biggest printed media in Sulawesi. It shows that the percentageof women journalist is only 15,27 %. Furthermore, we can see how weakwomen journalist is to influence the news management in these printedmedia due to the portion of the job which most of the women in a printedmedia is positioned in a light section, e.g. Entertainment, Technology andScience, Education and Culture. On top of that, the power of capitalismshapes printed media to have no sensitivity in gender issue. Themanagement gives more concern to gain the profit, or even if they doconcern, they only use gender issue as a tool to gain bigger profit

    Identitas Etnik Dalam Komunikasi Politik

    Get PDF
    Identifikasi identitas etnik yang lazim dilakukan pada masyarakat multietnik senantiasa diarahkanpada situasi dan konteks di mana seseorang berada. Dalam konteks politik, terutama pada lembagaseperti Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), identifikasi identitas etnik menjadi hal pentingdalam aktifitas politik. Identitas etnik adalah sesuatu yang problematik ketika dihadapkan dengankomunikasi politik, terutama dalam sistem pemilu yang demokratis. Hal tersebut bisa menjadi pembedaatau ko-identifikasi bagi pihak-pihak yang menggunakannya untuk tujuan meraih dukungan politik.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan dramaturgi dan etniksituasional. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, pengamatandan studi dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa atribut artifisial komunikasi politik anggotaDPRD Palu seperti pakaian yang digunakan, gaya hidup, kendaraan yang dimiliki dan gaya berkomunikasimerupakan bentuk pengelolaan kesan (impression management) dalam panggung politik. Sementarasimbol-simbol identitas etnik yang ditemukan dalam komunikasi politik adalah, klan sebagai identitas,bahasa daerah, logat dan adat istiadat. Beragam simbol tersebut kemudian melahirkan stigma pendatangdan asli sebagai bentuk pembeda dan ko-identifikasi identitas etnik. Istilah pendatang disematkan padaorang yang tidak memiliki ikatan genealogis, perkawinan, tempat lahir dan hubungan erat dengan tokohberetnis Kaili. Etnik pendatang lalu mengkonstruksi identitas baru yang mereka sebut sebagai “orangPalu”. Penggunaan beragam identitas tersebut juga dilakukan sesuai konteks dan waktu yang dianggapdapat memberikan keuntungan politik, penerimaan sosial dan budaya
    corecore