58 research outputs found

    Pengaruh Stimulan Etefon terhadap Produksi dan Fisiologi Lateks Berbagai Klon Irr

    Full text link
    Stimulan telah umum digunakan pada Perusahaan perkebunan untuk mengoptimalkan tenaga kerja dan produksi. Aplikasi stimulan dapat meningkatkan lama aliran lateks dan metabolisme sel lateks. Namun aplikasi stimulan etefon seringkali tidak sesuai dengan kemampuan tanaman. Penerapan etefon stimulan dalam sistem eksploitasi hendaknya sesuai dengan tipologi klon. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi stimulan yang optimal pada masing-masing klon dengan memperhatikan kondisi fisiologis dan kesehatan tanaman. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa mulai 2011 hingga 2014, menggunakan klon IRR 24, IRR 41, IRR 100, IRR 105, dan IRR 118, tahun tanam 2002. Penyadapan mulai dilakukan pada panel B0-1 dengan sistem sadap S/2 d3 ET2.5%. Frekuensi stimulan diaplikasikan berbeda-beda pada setiap klon sesuai dengan hasil analisis lateks sebelum perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi stimulan yang optimum untuk tiap klon berbeda-beda. Produksi optimal pada IRR 24 dan IRR 100 dicapai pada kondisi tanpa stimulan, stimulan justru meningkatkan risiko kering alur sadap (KAS). IRR 41, IRR 105, dan IRR 118 respon terhadap stimulan. Kondisi tersebut didukung dengan kapasitas metabolisme dan kadar sukrosa lateks sebelum stimulan. Faktor pembatas peningkatan produksi adalah kadar sukrosa tanpa stimulan dan kemampuan tanaman dalam mengaktifkan metabolisme

    Analisis Keragaman Genetik Isolat Corynespora Cassiicola (Berk & Curt) Wei. Di Indonesia Menggunakan Marker Issr (Inter Simple Sequence Repeat)

    Full text link
    Penyakit Gugur Daun Corynespora (PGDC) yang disebabkan oleh patogen Corynespora cassiicola (Berk & Curt) Wei., merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman karet (Hevea Brasiliensis). Klon-klon karet yang semula bersifat moderat terhadap serangan jamur ini, setelah beberapa tahun menjadi rentan dan terserang hebat. Hal tersebut diduga karena evolusi patogen menghasilkan ras baru yang lebih merusak. Oleh karena itu, informasi yang berkaitan dengan variabilitas patogen sangat diperlukan. Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah isolat Corynespora cassiicola dari 7 daerah sentra perkebunan karet Indoneia yaitu Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Jawa Tengah. Prosedur kerja dalam penelitian ini meliputi penyiapan kultur isolat, ekstraksi DNA Corynespora cassiicola menggunakan metode modifikasi CTAB berdasarkan Situmorang (2002), analisis PCR dengan Inter Simple Sequence Repeat (ISSR), analisis data menggunakan UPGMA dalam program NTSYS, dan uji kelayuan daun menggunakan metode Nghia et al. (2007). Hasil analisis keragaman genetik isolat Corynespora cassiicola asal 7 wilayah sentra karet di Indonesia menggunakan marker ISSR menghasilkan 4 kelompok (4 ras) C. cassiicola, kelompok A (Ras 1) yaitu isolat asal Bengkulu, kelompok B (Ras 2) meliputi isolat asal Lampung dan Sumatera Utara, kelompok C (Ras 3) meliputi isolat asal Kalimantan Barat, Sumatera Selatan dan Jambi, dan kelompok D (Ras 4) yaitu isolat asal Jawa Tengah. Hasil uji kelayuan daun menunjukkan bahwa isolat-isolat Corynespora yang berada pada kelompok yang sama berdasarkan hasil analisis genetik, juga mempunyai tingkat infeksi (patogenitas) yang sama terhadap beberapa daun karet yang diuji. Isolat asal Jawa tengah (CJT) mempunyai rata-rata tingkat infeksi (patogenitas) tertinggi dibandingkan isolat yang lainnya. Tingkat infeksi terendah dari 7 isolat adalah pada klon RRIM 712 dan IRR 5, sedangkan tingkat infeksi 7 isolat Corynespora tertinggi terdapat pada klon BPM 24 dan PR 255. Diterima : 9 Juli 2012; Disetujui : 20 September 2012 How to Cite : Munir, M., Suryaningtyas, H., & Kuswanhadi. (2012). Analisis keragaman genetik isolat corynespora cassiicola (berk & curt) wei. Di Indonesia menggunakan marker ISSR (inter simple sequence repeat). Jurnal Penelitian Karet, 30(2), 86-99. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/12

    Beberapa Sistem Sadap Alternatif pada Klon Bpm 24

    Full text link
    Penyadapan yang tidak benar akan menghasilkan kulit pulihan yang buruk dan rendah produksinya. Beberapa alternatif sistem sadap perlu diteliti antara lain aplikasi stimulan, sistem sadap ganda, dan irisan sadap pendek. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa alternatif sistem sadap terhadap karakter fisiologi, pertumbuhan, dan produksi klon BPM 24. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa, menggunakan klon BPM 24, dan rancangan acak kelompok dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa irisan ganda (S/4 U d3 ET2.5% Ga1 9/y (m) + S/2 d3 dan S/4 U d3 ET 2.5% Ga1 9/y (m) + S/4 d3 ET2.5% 9/y (m)) tidak mampu meningkatkan produksi dibanding sistem konvensional (S/2 d3). Kombinasi antara irisan pendek dan stimulasi justru menurunkan produksi karet kering. Irisan ganda menurunkan kadar karet kering (KKK) dan pertumbuhan lilit batang

    Alternatif Sistem Sadap Klon Rric 100 Mulai Buka Sadap

    Full text link
    Stimulan etefon atau gas telah umum digunakan pada perkebunan, khususnya di perkebunan besar. Penggunaan stimulan harus dikombinasikan dengan penurunan intensitas penyadapan melalui pengurangan panjang irisan sadap. Penelitian bertujuan untuk membandingkan dan mengevaluasi pengaruh berbagai sistem sadap terhadap produksi dan parameter fisiologi sejak buka sadap. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa mulai Maret sampai Desember 2011. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan sistem sadap dan 8 ulangan, menggunakan klon RRIC 100 tahun tanam 2004. Perlakuan antara lain S/2 d3, S/2 d3 ET2.5% Ga1 12/y (m), S/2 d3 ET2.5% Ga1 24/y (2w), Sc20 U d3 ETG 12/y(m), Sc20 U d3 ETG 24/y(2w), dan Sc20 U d3 ET2.5% Ba1 24/y(2w). Hasil penelitian menunjukkan sistem sadap S/2 d3 ET2.5% Ga1 12/y (m) atau Sc20 U d3 ETG 12/y(m) mampu meningkatkan produksi tanpa menimbulkan pengaruh negatif terhadap karakter fisiologi. Namun demikian, penggunaan stimulan gas pada tanaman muda perlu pertimbangan risiko kering alur sadap. Penyadapan ke arah atas memiliki kecenderungan lebih tebal dalam konsumsi kulit dan tumpahnya lateks dari alur sadap, penyadap sebaiknya dilatih dengan baik. Diterima : 10 Mei 2013; Disetujui : 13 September 2013 How to Cite : Herlinawati, E., & Kuswanhadi. (2013). Alternatif sistem sadap klon RRIC 100 mulai buka sadap. Jurnal Penelitian Karet, 31(2), 102-109. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/13

    Involvement of Ethylene in the Latex Metabolism and Tapping Panel Dryness of Hevea brasiliensis

    Get PDF
    Ethephon, an ethylene releaser, is used to stimulate latex production in Hevea brasiliensis. Ethylene induces many functions in latex cells including the production of reactive oxygen species (ROS). The accumulation of ROS is responsible for the coagulation of rubber particles in latex cells, resulting in the partial or complete stoppage of latex flow. This study set out to assess biochemical and histological changes as well as changes in gene expression in latex and phloem tissues from trees grown under various harvesting systems. The Tapping Panel Dryness (TPD) susceptibility of Hevea clones was found to be related to some biochemical parameters, such as low sucrose and high inorganic phosphorus contents. A high tapping frequency and ethephon stimulation induced early TPD occurrence in a high latex metabolism clone and late occurrence in a low latex metabolism clone. TPD-affected trees had smaller number of laticifer vessels compared to healthy trees, suggesting a modification of cambial activity. The differential transcript abundance was observed for twenty-seven candidate genes related to TPD occurrence in latex and phloem tissues for ROS-scavenging, ethylene biosynthesis and signalling genes. The predicted function for some Ethylene Response Factor genes suggested that these candidate genes should play an important role in regulating susceptibility to TPD
    corecore