3 research outputs found

    Manajemen Individu dengan Resiko Self-Harm: Mengelola Resiko dan Bahayanya pada Diri Sendiri

    Get PDF
    Self-harm merupakan suatu bentuk perilaku menyakiti diri sendiri tanpa adanya atensi untuk bunuh diri. Meskipun tidak berniat  untuk  bunuh  diri,  terdapat banyak kasus self-harm yang  berujung  pada  kematian. Meskipun tingginya prevalensi perilaku self-harm namun pengetahuan yang diperlukan untuk mencegah perilaku tersebut dan memberikan intervensi yang efektif masih kurang di antara sebagian besar layanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi bagaimana  manajemen individu yang memiliki risiko self-harm dalam mengelola risiko dan bahayanya. Metode penelitian ini kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Wawancara mendalam dilakukan kepada pasien ruang UPIP RSJD Dr. Amino Gondhoutomo Semarang yang memiliki pengalaman melakukan self-harm  serta keluarga. Manajemen partisipan dalam penelitian ini yang memiliki riwayat perilaku self-harm dalam mengelola risiko dan bahayanya adalah dengan menghabiskan waktu dengan keluarga dan bercerita kekhawatiran yang mereka rasakan kepada keluarga, berdoa dan beribadah, melakukan hobi mereka, hingga memeriksakan diri ke tenaga professional. Mengingat pentingnya dukungan keluarga dan kegiatan spiritulitas sebagai pencegahan perilaku self-harm diharapkan stakeholder, tenaga kesehatan, masyarakat, dan keluarga dapat bersama membantu individu dengan resiko perilaku self-harm mengelola resiko dan bahaya pada diri mereka

    EFIKASI TERAPI TRANSKRANIAL MAGNETIK STIMULASI(TMS) TERHADAP PERBAIKAN KLINIS PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG (Studi pada mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang)

    Get PDF
    Latar Belakang : Terdapat berbagai macam terapi dalam menurunkan intensitas nyeri punggung bawah, seperti terapi farmakologis, fisioterapi, bedah dan TMS (Transkranial Magnetik Stimulasi). Namun seberapa besar pengaruh TMS terhadap perbaikan klinis nyeri punggung bawah masih belum diketahui. Tujuan : Untuk mengetahui efektifitas terapi TMS terhadap perbaikan klinis nyeri punggung bawah. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kohort (prosfektif). Responden penelitian ini berjumlah 34 responden dan di bagi menjadi 2 kelompok yaitu TMS dan Non TMS. Responden di wawancarai sebanyak 2 kali yaitu sebelum terapi dan sesudah terapi yang meliputi kekuatan otot, gangguan fungsional, dan intensitas nyeri. Dilakukan analisa deskritif, univariat dan bivariat. Hasil di nyatakan bermakna apabila nilai p <0,05. Hasil : Dari penelitian didapatkan penurunan kualitas nyeri sebelum – sesudah terapi TMS sebesar 6.76 – 4.11, Sedangkan rata - rata penurunan kualitas nyeri Non TMS sebelum - sesudah 6.47 – 5.11 ini menunjukkan adanya perbedaan rata – rata penurunan kualitas nyeri pasien NPB pada kedua kelompok sebelum dilakukan terapi. Namun setelah dilakukan penghitungan mann-whitney untuk menguji tingkat keefektifitasan terapi TMS lebih efektif dalam menurunkan kualitas nyeri. Simpulan : Terapi TMS dan Non TMS sama sama dapat menurunkan intensitas nyeri. Namun terapi TMS lebih efektif dalam menurunkan kualitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah. Kata Kunci : Intensitas nyeri, TMS, Non TMS

    PENGARUH BERJEMUR TERHADAP REGULASI EMOSI PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO

    No full text
    Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien skizofrenia adalah perilaku kekerasan, yaitu suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Berjemur sendiri seperti yang telah lama diketahui menjadi sumber utama vitamin D, dimana Vitamin D juga dihubungkan dengan regulasi&nbsp; hormon serotonin dan melatonin yang mempengaruhi emosi dan tidur. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh berjemur terhadap regulasi emosi pada pasien resiko perilaku kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah quasi eksperiment, dengan bentuk rancangan pre-test dan post-test menggunakan grup kontrol.&nbsp; Sampel penelitian ini adalah 50 responden yang terdiri dari 25 responden kelompok kontrol dan 25 reponden kelompok intervensi. Dengan penerapan intervensi berjemur antara pukul 09.00-10.00 pada hari ke 1 hingga ke 10 selama 5-10 menit pada kelompok intervensi. Hasil analisa menunjukkan bahwa berjemur berpengaruh dalam meningkatkan regulasi emosi pasien dengan resiko perilaku kekerasan pada kelompok intervensi. Sinar matahari membantu menurunkan kadar kortisol serum dan mempengaruhi sekresi serotonin. Kemampuan regulasi emosi yang baik akan meningkatnya kemampuan mengontrol emosi dengan cara menghambat respon emosi negatif. Kegiatan berjemur harapannya dapat disusun menjadi standar pelayanan holistik yang terintergrasi dengan asuhan layanan lain untuk meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada pasien bukan hanya dengan gangguan kesehatan jiwa namun juga pasien dengan gangguan kesehatan fisik
    corecore