8 research outputs found

    The Dynamics of Indonesian Banking Competition 2006 – 2013

    Get PDF
    There have been many views and hypothesis regarding the impact of competition on banking performances and stability. In order to find the optimum level of competition, we should start by measuring the level of competition in the industry. This article shows the development of competition level in Indonesian banking, measured with four different methods (Concentration ratio, Herfindahl-Hirschmann Index, H-statistic, and Lerner Index). We found that concentration in deposit and loan markets have become slightly more concentrated, with increasing market power indicated by Lerner Index. We also found that Lerner Index of Indonesian banking have a bimodal distribution, which indicates that Indonesian banking tend to be divided into two clusters based on its market power. On the other hand, development of H-statistic illustrates different tendencies where it indicates that banking market power is diminishing. The different result indicates that, even if the overall assets of Indonesian banking have become more productive, it has become more costly for them to earn new assets. Therefore we recommend Indonesian banking to do consolidations in order to gain economies of scale and scope in earning new assets

    THE ROLE OF INTEREST RATES AND PROVINCIAL MONETARY AGGREGATE IN MAINTAINING REGIONAL INFLATION IN INDONESIA

    Get PDF
    In most countries, monetary policies are implemented in order to maintain economic stability. The policy may employ interest rate or money supply to derive the assigned national inflation target. Most studies investigate the relationship between monetary policy and inflation use national data. Based on the idea that inflation is a regional phenomenon, the application of provincial data might be more appropriate explaining the relationship between monetary policy and inflation. The study elaborate the impact of changes in provincial money supply, BI Rate (interest rates of central bank), and PUAB (money market interest rates) to regional inflation in the framework Hybrid New Keynesian Phillips Curve (HNKPC). The study employs Generalized Method of Moments (GMM) techniques on panel data of 32 provinces from 2005-III to 2014-IV. The data is classified into 4 groups, which are Jawa-Bali (W1), Sumatera (W2), Kalimantan-Sulawesi (W3), and Papua-Maluku-Nusa Tenggara (W4). The estimation result shows that provincial monetary aggregate influence inflation significantly only in Sumatera. Furthermore, inflation is also effect by BI Rate in Sumatera and Kalimantan-Sulawesi. The study also found that PUAB is significantly affecting inflation in almost all Indonesian regions, except Kalimantan-Sulawesi. This study concludes that interest rates, BI rate and PUAB, is more appropriate than change in provincial money supply to control provincial inflation.Keywords: monetary policy, regional inflation, hybrid NKPCJEL Classification Numbers: E31, E52, R1

    THE ROLE OF INTEREST RATES AND PROVINCIAL MONETARY AGGREGATE IN MAINTAINING REGIONAL INFLATION IN INDONESIA

    Get PDF
    In most countries, monetary policies are implemented in order to maintain economic stability. The policy may employ interest rate or money supply to derive the assigned national inflation target. Most studies investigate the relationship between monetary policy and inflation use national data. Based on the idea that inflation is a regional phenomenon, the application of provincial data might be more appropriate explaining the relationship between monetary policy and inflation. The study elaborate the impact of changes in provincial money supply, BI Rate (interest rates of central bank), and PUAB (money market interest rates) to regional inflation in the framework Hybrid New Keynesian Phillips Curve (HNKPC). The study employs Generalized Method of Moments (GMM) techniques on panel data of 32 provinces from 2005-III to 2014-IV. The data is classified into 4 groups, which are Jawa-Bali (W1), Sumatera (W2), Kalimantan-Sulawesi (W3), and Papua-Maluku-Nusa Tenggara (W4). The estimation result shows that provincial monetary aggregate influence inflation significantly only in Sumatera. Furthermore, inflation is also effect by BI Rate in Sumatera and Kalimantan-Sulawesi. The study also found that PUAB is significantly affecting inflation in almost all Indonesian regions, except Kalimantan-Sulawesi. This study concludes that interest rates, BI rate and PUAB, is more appropriate than change in provincial money supply to control provincial inflation.Keywords: monetary policy, regional inflation, hybrid NKPCJEL Classification Numbers: E31, E52, R1

    Risiko Sistemik Perbankan Indonesia

    Full text link
    Studi ini menelaah penggunaan Altman Z-score sebagai sebuah indikator untuk menggambarkan kesehatan bank secara individual dalam konteks stabilitas industri perbankan. Terhadap 77 bank umum di Indonesia, masing-masing dengan 96 periode waktu (bulanan 2006 - 2013), dihitung nilai Altman Z-score (ZSCORE). Rasio simpanan suatu bank di bank lain dalam portofolio asset bank tersebut dipakai sebagai indikator keterkaitan bank tersebut dengan bank lain (GIRO), sedangkan rasio simpanan masyarakat di suatu bank dibandingkan dengan total kewajiban bank tersebut menjadi indikator ketergantungan bank dengan pasar input (DPK). Uji stasioneritas terhadap data runtut waktu menghasilkan dua kelompok bank: bank dengan ZSCORE stasioner dan bank dengan ZSCORE tidak stasioner. Rata-rata ZSCORE bank dengan ZSCORE tidak stasioner lebih tinggi dari rata-rata ZSCORE bank dengan ZSCORE stasioner. Dari regresi atas data panel ditemukan bahwa ZSCORE meningkat baik karena GIRO meningkat atau karena DPK turun pada 1 atau 2 bulan sebelumnya. Pengaruh Perubahan GIRO terhadap ZSCORE lebih besar di kelompok bank dengan ZSCORE tidak stasioner. ZSCORE dapat menangkap Perubahan tingkat kesehatan atau keamanan bank yang diakibatkan oleh Perubahan keterkaitan bank dengan bank lainnya dan kerentanan bank di pasar input. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menemukan indikator individual bank dalam konteks stabilitas industri perbankan

    RISIKO SISTEMIK PERBANKAN INDONESIA

    Get PDF
    Studi ini menelaah penggunaan Altman Z-score sebagai sebuah indikator untuk menggambarkan kesehatan bank secara individual dalam konteks stabilitas industri perbankan. Terhadap 77 bank umum di Indonesia, masing-masing dengan 96 periode waktu (bulanan 2006 - 2013), dihitung nilai Altman Z-score (ZSCORE). Rasio simpanan suatu bank di bank lain dalam portofolio asset bank tersebut dipakai sebagai indikator keterkaitan bank tersebut dengan bank lain (GIRO), sedangkan rasio simpanan masyarakat di suatu bank dibandingkan dengan total kewajiban bank tersebut menjadi indikator ketergantungan bank dengan pasar input (DPK). Uji stasioneritas terhadap data runtut waktu menghasilkan dua kelompok bank: bank dengan ZSCORE stasioner dan bank dengan ZSCORE tidak stasioner. Rata-rata ZSCORE bank dengan ZSCORE tidak stasioner lebih tinggi dari rata-rata ZSCORE bank dengan ZSCORE stasioner. Dari regresi atas data panel ditemukan bahwa ZSCORE meningkat baik karena GIRO meningkat atau karena DPK turun pada 1 atau 2 bulan sebelumnya. Pengaruh perubahan GIRO terhadap ZSCORE lebih besar di kelompok bank dengan ZSCORE tidak stasioner. ZSCORE dapat menangkap perubahan tingkat kesehatan atau keamanan bank yang diakibatkan oleh perubahan keterkaitan bank dengan bank lainnya dan kerentanan bank di pasar input. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menemukan indikator individual bank dalam konteks stabilitas industri perbankan.Kata Kunci: Risiko sistemik, Altman Zscore, risiko perbankan Indonesia

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENABUNG MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

    Get PDF
    Definisi tabungan sebagai sisa pendapatan yang tidak dibelanjakan memastikan teori ekonomi yang menyatakan bahwa tabungan sangat dipengaruhi oleh pendapatan. Meskipun demikian, bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), ditemukan bahwa pendapatan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku menabung. MBR juga diketahui menabung bahkan tidak signifikan dipengaruhi oleh pendapatannya. Berawal dari temuan tersebut, penelitian kali ini mencoba mengkaji apa saja yang menjadi motivasi MBR untuk menabung, dan bagaimana pola menabung mereka.Kata Kunci: Perilaku Menabung, Kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah
    corecore