6 research outputs found

    Big data implementation for agriculture commodity knowledge management

    Get PDF
    Big data in the era of the industrial revolution can be an important source of information in various fields including agriculture. Agricultural commodity data from upstream to downstream becomes important information that will become knowledge in increasing productivity. Knowledge management can be an option in managing various agricultural commodity information. This study aims to describe the big data of agriculture which is the source of knowledge management in agricultural commodities. Agricultural commodities that can be managed big data in accordance with the Echelon I unit that oversees it can be in the form of food crops, horticultural crops, livestock and plantations. Bigdata management requires technology support and human resources management. Through knowledge management of agricultural commodities, various knowledge both tacit and explicit from within the institution itself will be well documented and beneficial to the institution. The implementation of knowledge management for agricultural commodities will go through a process of creating, storing knowledge, sharing knowledge and applying knowledge. The implementation of knowledge management must be supported by human resources (people), processes (processes) and technology (technology). Through the implementation of knowledge management in agricultural commodities will increase the role of libraries within the Indonesian Ministry of Agriculture in supporting agricultural development. If so far the role of the library has not been taken into account, through knowledge management will become a reference in the development of agricultural commodities.Big data di era revolusi industri dapat menjadi sumber informasi penting dalam berbagai bidang termasuk pertanian. Berbagai data komoditas pertanian dari hulu sampai hilir menjadi informasi penting yang akan menjadi pengetahuan dalam meningkatkan produktivitasnya. Manajemen pengetahuan dapat menjadi pilihan dalam pengelolaan berbagai informasi komoditas pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan big data pertanian yang menjadi sumber manajemen pengetahuan pada komoditas pertanian. Komoditas pertanian yang dapat dikelola big datanya sesuai dengan unit Eselon I yang membawahinya dapat berupa tanaman pangan, tanaman hortikultura, peternakan dan perkebunan. Pengelolaan bigdata membutuhkan dukungan teknologi dan SDM pengelolanya.  Melalui manajemen pengetahuan komoditas pertanian, berbagai pengetahuan baik tacit maupun explicit dari dalam lembaga sendiri akan terdokumentasikan dengan baik dan bermanfaat bagi lembaga. Implementasi manajemen pengetahuan untuk komoditas pertanian akan melalui proses penciptaan, penyimpanan pengetahuan, berbagi pengetahuan dan aplikasi pengetahuan. Implementasi manajemen pengetahuan harus didukung oleh sumber daya manusia (people), proses (process) dan teknologi (technologi). Melalui implementasi manajemen pengetahuan komoditas pertanian akan meningkatkan peran serta perpustakaan lingkup Kementan RI dalam mendukung pembangunan pertanian. Jika selama ini perpustakaan perannya belum diperhitungkan, melalui manajemen pengetahuan akan menjadi rujukan dalam pengembangan komoditas pertania

    POTENSI PUSTAKAWAN TINGKAT AHLI DALAM PENGKAJIAN PERPUSTAKAAN, DOKUMENTASI, DAN INFORMASI

    Get PDF
    Hal yang membedakan pustakawan tingkat ahli dari pustakawan tingkat terampil adalah tugas pokoknya, yaitu pengkajian perpusdokinfo. Ruang lingkup pengkajian perpusdokinfo sangat luas dan hal ini merupakan peluang bagi pustakawan untuk memanfaatkannya secara optimal. Sebenarnya pustakawan tingkat ahli memiliki potensi untuk melakukan pengkajian, namun belum banyak yang melakukannya karena kurangnya motivasi serta adanya hambatan internal dan eksternal. Potensi yang dimiliki pustakawan tingkat ahli untuk melakukan pengkajian perpusdokinfo yaitu pendidikan, cakupan kajian, kemampuan penelusuran informasi, dan pustakawan sebagai sumber daya pengelola perpustakaan. Faktor internal yang menghambat pustakawan dalam pengkajian yaitu tidak percaya diri, minimnya pengetahuan, dan kesulitan dalam menemukan ide, sedangkan faktor eksternal di antaranya adalah tidak ada rekan untuk melakukan pengkajian dan sistem yang kurang kondusif. Upaya untuk mendorong pustakawan tingkat ahli dalam pengkajian yaitu (1) melibatkan pustakawan dalam kegiatan forum kepustakawanan; (2) pembinaan dari institusi pengembangan pustakawan; (3) menyediakan anggaran; dan (4) memberikan penghargaan (apresiasi) kepada pustakawan. Pustakawan perlu memotivasi diri untuk melakukan pengkajian karena: (1) pengkajian merupakan tugas pokok pustakawan tingkat ahli; (2) pengkajian sebagai sarana memperoleh angka kredit; dan (3) hasil pengkajian sebagai bahan penyusunan karya tulis ilmiah

    The Utilization of Internet By Extension Specialist in Efforts to Accelerate Agriculture Information Disemination

    Get PDF
    One of the internet utilization inagricultural developmentby the Ministry Agriculture is to disseminate information of technology innovations to the agricultural extension specialist as intermediary users. This paper discusses the use of the internet by agricultural extension specialist in an effort to accelerate the dissemination of agricultural information. Several internet application used in the dissemination of agricultural information such as the IAARD(Indonesia Agency of Agricultural Research dan Development) website, cyber extension, agricultural digital libraries and social media.The intensity of using the internet by agricultural extension specialist for dissemination of agricultural informastion is still low with the frequency of 2-3 times a day and the duration of 1-2 hours a day because the task of agricultural extension in the field. The used of the internet by agricultural extension are depend on individual characteristic (age, length of work, media ownershipand education), perception on the internet, information needs, motivation and support of agencies. The agricultural extension used the internet for reports, content creation, and extension methods designed. Low internet acces capability and limited access facilities become obstacles on using the internet to obtain the necessary information. The ability of extension specialist to access the internet can meet the needs of agricultural information users and improve the competence of extension specialist themselves.Keyword: Internet, dissemination, agricultural technology, extension. AbstrakPEMANFAATAN MEDIA INTERNET OLEH PENYULUH DALAM UPAYAPERCEPATAN DISEMINASI INFORMASI PERTANIANSalah satu pemanfaatan internet di Kementerian Pertanian adalah untuk diseminasi informasi teknologi pertanian kepada penyuluh sebagai pengguna perantara sebelum disampaikan ke petani dengan bahasa yang mudah dicerna. Tulisan ini membahas pemanfaatan internet oleh penyuluh dalam upaya percepatan diseminasi informasi pertanian. Beberapa aplikasi internet untuk diseminasi informasi pertanian diantaranya web Balitbangtan, cyber extension, perpustakaan digital pertanian, dan media sosial. Intensitas penggunaan internet oleh penyuluh untuk diseminasi informasi pertanian masih rendah dengan frekuensi 2-3 kali sehari dan durasi 1-2 jam sehari karena mereka lebih banyak berada di lapangan untuk tugas penyuluhan kepada petani. Penggunaan internet oleh penyuluh antara lain dipengaruhi oleh karakteristik individu (usia, lama bekerja, kepemilikan media, dan pendidikan), persepsi terhadap internet, kebutuhan informasi, motivasi dan dukungan lingkungan. Bagi penyuluh, internet digunakan untuk penyusunan laporan, pembuatan materi, program, dan mendesain metode penyuluhan. Kemampuan akses yang rendah dan keterbatasan sarana parasarana menjadi hambatan dalam pemanfaatan internet untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Kemampuan penyuluh mengakses internet berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pengguna informasi pertanian dan meningkatkan kompetensi penyuluh itu sendiri.Kata kunci: Internet, diseminasi, teknologi pertanian, penyuluh

    Layanan online bahan perpustakaan nondigital di Pustaka

    No full text
    Pustaka sebagai perpustakaan penyebar informasi pertanian memiliki kendala dalam melakukan layanan bahan perpustakaan nondigital untuk pemustakanya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dampak dari perkembangan teknologi informasi adalah munculnya kebutuhan pemustaka untuk mendapatkan informasi dengan cepat tanpa harus datang langsung ke perpustakaan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan layanan online untuk bahan perpustakaan nondigital yang sebelumnya hanya bisa diakses melalui kunjungan langsung ke perpustakaan. Pengembangan layanan bahan perpustakaan nondigital membutuhkan tiga aspek utama yaitu kompetensi pustakawan, sarana prasarana dan peningkatan promosi. Proses layanan online bahan perpustakaan nondigital terdiri dari lima tahap utama, yaitu (1) permintaan informasi, (2) temu kembali informasi, (3) penyeleksian informasi, (4) alih media digital, (5) pengiriman informasi
    corecore