Jurnal Perpustakaan Pertanian
Not a member yet
80 research outputs found
Sort by
ANALISIS INFORMASI PATEN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TERSERTIFIKASI TAHUN 1991-2018
Kekayaan intelektual merupakan aset berharga yang perlu dikelola secara terencana dan si stematis agar dapat terl indungi dan bermanfaat bagi masyarakat, salah satunya ialah melalui paten. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan salah satu lembaga penelitian yang menghasilkan paten. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui (1) jumlah paten LIPI yang tersertifikasi, (2) jenis/kategori paten, (3) satuan kerja LIPI yang paling banyak menghasil kan paten terserti fikasi , (4) jumlah inventor paten tersertifikasi, (5) perbandingan jumlah paten tersertifikasi dan inventor, dan (6) jumlah rata-rata klaim per paten. Objek pengkajian adalah paten LIPI yang tersertifikasi pada tahun 1991-2018. Data paten diperoleh secara online melalui pangkalan data Information Tracer of Intellectual Property and Document Accountability Inquiry (INTIP DAQU). Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa LIPI memiliki 158 judul paten tersertifikasi pada tahun 19912018 dengan jenis paten terbanyak berupa proses/metode, yakni 69 judul. Paten tersertifikasi terbanyak dihasilkan pada tahun 2010 dan Pusat Penelitian Fisika merupakan satuan kerja LIPI penghasil paten tersertifikasi terbanyak dengan 30 paten. Berdasarkan gender, inventor laki-laki sebanyak 416 orang dan inventor perempuan 229 orang. Jumlah klaim setiap paten terbanyak terdapat pada tahun 2018 yaitu 200 klaim, sedangkan jumlah klaim paling sedikit pada tahun 1994 dan 1996 yaitu 0 klaim. Jumlah rata-rata klaim per paten tertinggi terdapat pada tahun 2018 (28,5 klaim per paten) dan terendah pada tahun 1994,1995,1996, dan 1997 yaitu 0 klaim per paten
PENGEMBANGAN LITERASI PEMUSTAKA DI TAMAN BACA PUSTAKA
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) terus melakukan perbaikan dan pengembangan layanan, salah satunya dengan mengembangkan taman baca sebagai perpustakaan berbasis inklusi sosial. Pengkajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan di Taman Baca Pustaka dan faktor yang memengaruhi pemustaka untuk berkunjung ke taman baca tersebut. Pengkajian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk memahami gejala atau pengalaman yang dirasakan pemustaka. Hasil pengkajian menunjukkan Taman Baca Pustaka yang berlokasi di perkampungan dan dekat dengan fasilitas pendidikan memudahkan pemustaka untuk mengaksesnya. Jejaring dengan sekolah dan mahasiswa mampu menjadikan Taman Baca Pustaka sebagai ruang publik bagi anak-anak di sekitarnya. Pengembangan minat baca dan literasi bagi anak-anak melalui kegiatan edukatif dapat meningkatkan intelektual dan keterampilan mereka. Kegiatan edukatif seperti membaca, menonton audiovisual, menggambar, mendongeng, membuat kerajinan keterampilan, dan kesenian dapat meningkatkan intelektual dan keterampilan anak-anak. Praktik pertanian dalam merawat ternak dan bertanam secara hidroponik membuat anak cinta pada pertanian. Layanan dan fasilitas yang tersedia membuat anak-anak betah belajar di taman baca. Kegiatan taman baca juga bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya
Persepsi Pemustaka Terhadap Layanan Perpustakaan Pusat Penelitian Geoteknologi
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap staf layanan, koleksi yang terkandung dalam layanan, dan fasilitas layanan perpustakaan Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI, Bandung. Pengkajian menggunakan metode survei deskriptif dengan jumlah sampel 42 responden. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan distribusi frekuensi, sedangkan untuk mengetahui tingkat persepsi pemustaka digunakan penghitungan rentang data. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa persepsi pemustaka terhadap staf perpustakaan adalah baik, persepsi pemustaka terhadap koleksi perpustakaan baik, sementara persepsi pemustaka terhadap fasilitas perpustakaan cukup baik
Dukungan Perpustakaan Digital dalam Invensi dan Inovasi Pertanian
Invensi dan inovasi merupakan dua hal yang berbeda namun saling berkaitan. Invensi memberikan hasil penelitian, sedangkan inovasi merupakan hilirisasi hasil penelitian yang berakhir sebagai produk yang dikomersialkan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan unit eselon I Kementerian Pertanian yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan invensi dan menghasilkan inovasi. Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan telah menghasilkan invensi pertanian, dalam bentuk penciptaan varietas/klon unggul baru, teknologi peningkatan produksi pertanian, model sistem kelembagaan, dan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian. Penghargaan kepada para inventor dalam bentuk hak atas kekayaan intelektual (HAKI) juga telah diberikan dalam bentuk paten, hak cipta, merek, dan perlindungan varietas tanaman. Enam ratus inovasi teknologi pertanian juga telah dipublikasikan kepada masyarakat. Perpustakaan digital Kementerian Pertanian berperan penting dalam memberikan dukungan terhadap invensi dan inovasi pertanian melalui penyediaan sumber informasi digital kepada peneliti, perekayasa, penyuluh, dan pemustaka lainnya. Dukungan perpustakaan digital tersebut termasuk dari pangkalan data Science Direct yang menyediakan artikel-artikel dari jurnal-jurnal Q1 Ranking Jurnal Scimag
Esensi Keterlibatan Pustakawan dalam Keredaksian Jurnal Ilmiah
Jurnal ilmiah berperan penting dalam pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Bagi peneliti, terutama yang bernaung di bawah unit kerja penelitian kementerian/ pemerintah, jurnal ilmiah tidak hanya diperlukan sebagai media pertanggungjawaban profesi dalam bentuk karya tulis ilmiah (KTI) tetapi juga menentukan profesionalisme peneliti itu sendiri. KTI adalah cerminan dari penerapan kaidah ilmiah dalam pelaksanaan dan penyajian hasil penelitian. Dalam upaya peningkatan mutu jurnal ilmiah, pemerintah telah memberikan kewenangan kepada LIPI untuk melakukan akreditasi terhadap majalah ilmiah secara nasional, terutama yang diterbitkan oleh lembaga penelitian pemerintah. Salah satu aspek penting yang dinilai dalam proses akreditasi jurnal ilmiah adalah rujukan literatur pada KTI yang diterbitkan. Hasil pengkajian menunjukkan belum semua jurnal ilmiah terakreditasi memiliki nilai yang baik, terutama ditinjau dari segi sumber dan tingkat kebaruan rujukan. Oleh karena itu, pustakawan sebagai pengelola informasi sudah selayaknya terlibat dalam keredaksian jurnal ilmiah, terutama yang diterbitkan oleh lembaga penelitian yang menjadi institusi induk perpustakaan tempat pustakawan bernaung. Tugas utama pustakawan dalam keredaksian jurnal ilmiah adalah menelisik sumber dan kemutakhiran literatur rujukan, memberi bantuan penelusuran literatur bagi penulis, dan konsistensi penulisan rujukan di daftar pustaka disesuaikan dengan gaya selingkung jurnal yang bersangkutan. Pustakawan yang terlibat dalam keredaksian jurnal ilmiah penelitian dituntut untuk senantiasa mengikuti perkembangan informasi Iptek, menguasai teknologi informasi, dan memiliki kemampuan literasi informasi
Tanggapan Peserta Workshop Literasi Informasi Terhadap Penggunaan
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan peserta Workshop Literasi Informasi terhadap situs web Cyber Extension (Cybext) yang mencakup kemudahan pencarian situs Cybext, proses penelusuran informasi pada Cybext, kualitas informasi, dan kegunaan informasi. Pengkajian menggunakan metode kualitatif dengan responden adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor yang mengikuti Workshop Literasi Informasi pada tanggal 21 November 2017 di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA). Responden berjumlah 63 orang dan 8 orang diambil sebagai sampel untuk wawancara mendalam. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa proses pencarian situs Cybext di internet dan penelusuran informasi Cybext mudah. Responden telah menguasai keterampilan dalam pengoperasian komputer sehingga memperlancar proses penelusuran. Responden menilai informasi di Cybext akurat, mutakhir, dan relevan dengan proses pembelajaran. Seluruh responden menyetujui bahwa informasi dalam Cybext sangat membantu dalam menyelesaikan tugas dari dosen, bisa menjadi referensi untuk penulisan makalah, dan sangat menunjang bahan perkuliahan
Library Class: Model Pembelajaran Literasi Informasi Tingkat Sekolah Dasar (Studi Kasus SD Madania)
Literasi Informasi merupakan komponen keterampilan yang sangat penting dalam pembelajaran seumur hidup bagi siswa. Sekolah Dasar Madania Parung Bogor merupakan salah satu sekolah di Indonesia yang menerapkan pembelajaran literasi informasi sejak tingkat sekolah dasar. Pengkajian bertujuan untuk merancang desain pembelajaran literasi informasi sejak sekolah dasar. Pengkajian ini merupakan studi kasus tentang karakteristik model pembelajaran literasi informasi di Sekolah Dasar Madania. Hasil kajian memperlihatkan bahwa keterampilan literasi informasi perlu diberikan bagi siswa sejak tingkat sekolah dasar agar menjadi bekal keterampilan pembelajar mandiri. Pembelajaran literasi informasi di SD Madania berbentuk kelas klasikal yang disebut dengan Library Class. Library Class memiliki peranan dalam meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa. Hasil lainnya adalah tersusunnya ruang lingkup utama yang menjadi dasar pengembangan topik lain yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Keenam ruang lingkup utama tersebut adalah (1) Orientasi dan nilai-nilai kepustakaan atau library values;(2) Sumbersumber informasi atau resource literacy; (3) Penelusuran informasi atau research literacy; (4) Pengolahan dan pemanfaatan informasi atau organization of information; (5) Evaluasi informasi atau critical literacy; dan (6) Penyajian informasi atau publishing literacy. Keenam ruang lingkup utama tersebut dituangkan dalam bentuk silabus yang dapat menjadi rekomendasi bagi para pengelola perpustakaan sekolah, guru, dan kepala sekolah untuk mengintegrasikan literasi informasi dalam proses pengajaran dan pembelajaran di kelas sehingga tercapai keterpaduan dan kolaborasi antar berbagai pihak di sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
Analisis Literasi Informasi Pustakawan Kementerian Pertanian di Jawa Barat dan DKI Jakarta
Kemampuan literasi informasi pustakawan lingkup Kementerian Pertanian perlu terus ditingkatkan terutama dalam mengevaluasi dan memanfaatkan informasi serta cara mengomunikasikan informasi kepada pengguna perpustakaan. Pustakawan lingkup Kementerian Pertanian perlu memiliki kemampuan literasi informasi karena pustakawan memegang peranan penting dalam penyebaran informasi terbaru guna memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Namun, kenyataannya pustakawan lingkup Kementerian Pertanian masih memiliki keterbatasan dalam literasi informasi dan terdapat perbedaan kompetensi literasi informasi antara pustakawan ahli dan pustakawan terampil. Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan literasi informasi pustakawan ahli dan pustakawan terampil di lingkup Kementerian Pertanian. Pengkajian dilakukan terhadap 72 pustakawan dengan menggunakan analisis deskriptif dan uji beda. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kemampuan literasi informasi pustakawan ahli lebih baik dibandingkan dengan pustakawan terampil dalam hal mengenali informasi, mengidentifikasi informasi, mengorganisir informasi, serta menggabungkan dan membangun informasi. Sementara kemampuan literasi informasi pustakawan terampil lebih baik daripada pustakawan ahli dalam hal membangun strategi untuk menemukan informasi, mencari dan mengakses informasi, serta membandingkan dan mengevaluasi informasi
Studi Bibliometrik Artikel Jurnal Perpustakaan Pertanian Periode 2013–2017
Kajian bibliometrik terhadap artikel Jurnal Perpustakaan Pertanian periode 2013-2017 dilakukan untuk mengetahui distribusi artikel berdasarkan tahun, nomor terbitan, pola dan tingkat kolaborasi, panjang artikel, rata-rata penulis per artikel, geografi referensi, dan institusi tempat penulis bekerja. Artikel jurnal tersebut diunduh dari http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jpp. Data diolah menggunakan Microsoft Exel 2010 kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa artikel Jurnal Perpustakaan Pertanian 2013- 2017 berjumlah 50 judul dengan jumlah artikel konstan setiap tahun yakni 10 judul. Penulis tunggal lebih banyak dibandingkan dengan penulis berkolaborasi, yang ditunjukkan oleh nilai tingkat kolaborasi sebesar 0,46. Artikel terbanyak ditulis dengan panjang 7 dan 8 halaman, yaitu masing–masing 13 judul (26%). Rata-rata penulis per artikel setiap tahun sebesar1,60. Referensi dari dalam negeri lebih banyak digunakan dibandingkan dengan referensi dari luar negeri. Kementerian Pertanian merupakan institusi yang paling banyak menyumbang artikel, yakni 25 judul (50%)
ANALISIS PETA JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN KEMENTERIAN PERTANIAN
Jumlah dan kualitas pustakawan Kementerian Pertanian yangberagam menimbulkan ketimpangan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan. Di sisi lain, peta jabatan pustakawan belum mencerminkan kebutuhan pustakawan pada masa mendatang dan belum memerhatikan SNI 7496:2009 dan SNP 006:2011 tentang Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keberadaan perpustakaan lingkup Kementerian Pertanian, (2) ketersediaan SDM perpustakaan sesuai dengan SNI Nomor 7496:2009, (3) beban kerja perpustakaan, (4) kebutuhan jabatan fungsional pustakawan, dan (5) hambatan dalam pengangkatan pustakawan. Hasil pengkajian menunjukkan hampir seluruh (98,49%) UK/UPT Kementerian Pertanian memiliki perpustakaan dan 93,75% UK/ UPT memiliki tupoksi pengelolaan perpustakaan. Sebanyak 61,54% perpustakaan tidak memiliki petugas perpustakaan, 30,8% perpustakaan memiliki pustakawan keterampilan, dan 38,5% mempunyai pustakawan keahlian. Hambatan dalam pengangkatan pustakawan ialah tidak ada peta jabatan (41,67%), kurang peminat (29,17%), keterbatasan SDM (20,83%), dan tidak ada izin untuk alih jabatan dan tidak tersedia anggaran untuk tenaga kontrak (8,34%). Unit kerja dengan kebutuhan pustakawan tertinggi yaitu Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), rata-rata membutuhkan 11 pustakawan keterampilan dan 10 pustakawan keahlian, sementara yang terendah adalah Loka Penelitian (1 pustakawan keterampilan). Dari hasil kajian dapat direkomendasikan peta jabatan pustakawan Kementerian Pertanian sebagai berikut: (1) Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian 8 pustakawan keterampilan dan 24 pustakawan keahlian, (2) Puslit/Puslitbang, Sekretariat Badan/Biro/Direktorat/Balai Besar 1 pustakawan keterampilan dan 1 pustakawan keahlian, (3) PPMKP 2 pustakawan keterampilan dan 2 pustakawan keahlian, dan (4) Polbangtan 3 pustakawan keterampilan dan 3 pustakawan keahlian.