24 research outputs found

    DIVERSITY OF FERNS (PTERIDOPHYTA) IN THE SEVERAL MOUNTAINS OF WEST JAVA

    Get PDF
    The diversity of ferns (Pteridophyta) in the five mountainous in West Java (Mt. of Patuha, Papandayan, Tangkuban Perahu, Pangrango, and Guntur) has not been widely reported. The aim of this research was to obtain data on diversity and similarity of fern species in the five mountains in West Java. This research was conducted by exploring and descriptive analysis method. Comparison of species diversity among all reseach field were calculated by the index of species similarity according to Sorenson. The diversity of ferns in Mt. Patuha, Papandayan, Tangkuban Perahu, Pangrango, and Guntur were 27, 14, 26, 40 and 5 species, respectively. The total number of ferns species in five locations are 83 species from 25 families. Comparison of species diversity among fileds based on the Sorenson similarity index is low ( 50%)

    Perbandingan Struktur dan Komposisi Vegetasi Kawasan Rajamantri dan Batumeja Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

    Get PDF
    Abstrak,Cagar Alam Pananjung Pangandaran merupakan kawasan konservasi, kawasan tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian Barat (Rajamantri) merupakan hutan wisata sedangkan bagian Timur (Batumeja) merupakan area yang tertutup bagi wisatawan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui  perbandingan struktur dan komposisi vegetasi pada transek Rajamantri dan Batumeja Cagar Alam Pananjung Pangandaran.Tumbuhan yang ditemukan di transek Batumeja yaitu 36 jenis dari 25 famili, transek Rajamantri ditemukan 38 jenis dari 31 famili. Indeks Nilai Penting tertinggi pada transek Batumeja kategori pohon Buchanania arborescens (84,07%), kategori tiang Buchanania arborescens (73,49%), kategori pancang Dyospiros oblonga (53,93%) dan kategori anakan Syzigium lineatum (38,24%). Pada transek Rajamantri, Indeks Nilai Penting tertinggi pada kategori pohon yaitu Syzygium densiflora (82,36%), kategori tiang Psycotria palentonic(52,99%). Kategori pancang Dyospiros oblonga (53,93%), dan kategori anakan Psycotria palentonic (115,98%). Penelitian struktur dan komposisi vegetasi, pada transek Batumeja Indek Nilai Penting tertinggi yaitu pada kategori pohon. Pada transek Rajamantri Indek Nilai Penting tertinggi yaitu kategori anakan. Perbandingan struktur dan komposisi vegetasi pada kedua transek tidak begitu berbeda nyata atau komposisi jenisnya hampir sama.

    THE LICHENS DIVERSITY IN TRIANGULATION OF ALAS PURWO NATIONAL PARK, EAST JAVA

    Get PDF
    The lichen flora of tropical areas is still much underworked Java in general and Alas Purwo in East Java for specially is no exception. Alas Purwo National Park is representative of a typical lowland tropical rain forest ecosystem in Java. . It is famous with peculiar and endemic species of plant include sawo kecik (Manilkara kauki) and manggong bamboo (Gigantochloa manggong). , beside among the other plants also ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), and keben (Barringtonia asiatica). Moreover, in lowland tropical rain forest ecosystem have reported the lichens species diversity is very high and may include over 200 species in 1 ha. There is no reported have found concerning the lichens richness in Alas Purwo. Recently preliminary study of Lichens diversity have been done at triangulation Zone Alas Purwo National Park , East Java. The lichens of the study area have not been treated comprehensively. We explored the lichenological characteristics of putative”tropical lowland cloud forest” (LCF) in a lowland area (0–20ma.s.l.) near Triangulation using macrolichens (cortocoulous species) as indicator taxa We analyzed lichen diversity on 20 trees in two 0,25 ha plots. In tropical lowland forests, corticolous green algal lichens are abundant and highly diverse. This may be related to adaptation to prevailing microenvironmental conditions including, for example, high precipitation and low light intensities. In the understory of a tropical lowland rain forest in Alas Purwo , we studied the morphology and anatomy of corticolous lichens and microcristal test. We found that from Tetrasigma sp , Serbella otodans, Hemandia feltata Baringtonia aciatika Pandanaceae Manilcara cauci Swetinia mahagoni trees there are 30 species of lichens, dominated by Dyorigma sp Graphis and Glyphis from familia of Graphidaceae and Dirinaria Physcia Pyxine Ramalina from familia of Parmeliaceae. The thallus calour was variety from Green-grey, Green-bllue, green, light green, grey, brown, dark green to orange. They have vegetative as wel as generative reproduction such as isidia, soralia, soredia, chypellae, histerothecia, perithecia,and apothecia. The lichenic acids contain such as gyrophoric acid, barbatic acid, usnic acid, atranorin, acid, divaricatic acid and lecanoric acid, Keywords: Alas Purwo, lichens and lichenic acid

    Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Urin Kelinci Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Caisim (Brassica juncea L.) Varietas Tosakan

    No full text
    Urin kelinci mempunyai jumlah hara nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi dibandingkan pada urin sapi ataudomba. Penelitian mengenai pengaruh konsentrasi dan inteval pemberian urin kelinci terhadap pertumbuhan caisim(Brassica juncea L.) dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi dan interval waktu pemberian urin kelinci yangterbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim. Metode yang dilakukan adalah metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola 2 faktorial 5 x 4 dengan 4 kali ulangan, sebagai faktor pertama adalah konsentrasi urin kelinci yang terdiri dari 4 taraf, yaitu kontrol (p0), 100 ml/L (p1), 300 ml/L (p),700 ml/L (p). Faktor kedua yaitu interval pemberian urin kelinci yang terdiri dari 4 taraf yaitu 3 hari, 5 hari,7 hari dan 9 hari. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2013 yang berlokasi di ArboretumUnpad Jatinangor, Sumedang. Pemberian konsentrasi pupuk organik cair (POC) urin kelinci (p) dan interval waktupemberian (t) memberi pengaruh nyata terhadap tanaman caisim dan memperlihatkan adanya interaksi. Perlakuanterbaik untuk tinggi tanaman caisim yaitu POC urin kelinci 500ml/L interval 9 hari (p43t). Perlakuan terbaik untukjumlah helai daun yaitu POC urin kelinci 300 ml/L interval 3 hari (p2t14). Perlakuan terbaik untuk luas daun yaituPOC urin kelinci 700 ml/L interval 3 hari (p4t). Perlakuan terbaik untuk berat basah yaitu POC urin kelinci 100ml/L dengan interval 5 hari (p1t21) dan perlakuan terbaik untuk berat kering yaitu Pemberian POC urin kelinci 100ml/L dengan interval 5 hari (p1t)

    Struktur Vegetasi dan Asosiasi Tumbuhan di Kawasan Ekoton antara Padang Rumput Cikamal dan Hutan Dataran Rendah Cagar Alam Pananjung Pangandaran

    No full text
    Penelitian struktur vegetasi dan asosiasi tumbuhan ekoton antara padang rumput Cikamal dan hutan dataranrendah di Cagar Alam Pananjung Pangandaran telah dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan guna mendapatkaninformasi mengenai kaitan antara struktur vegetasi dengan asosiasi yang terjadi di suatu vegetasi ekoton. Asosiasiterjadi karena adanya hubungan antar spesies yang saling memberikan pengaruh satu sama lain dalam kehadiran dan ketidakhadiran suatu spesies. Asosiasi yang terjadi antar spesies tumbuhan akan membentuk suatu vegetasi tumbuhan di suatu kawasan. Metode pengumpulan data menggunakan metode kuadrat bertingkat dengan transeksepanjang 150 meter yang dibagi menjadi 15 plot. Transek yang dibuat sebanyak lima transek. Setiap garis transekdibagi ke dalam 15 plot dengan ukuran per plot 10x10 meter. Asosiasi tumbuhan dihitung dengan tabel kontingensi2x2. Dari kelima garis transek yang dibuat didapatkan sebanyak 88 spesies tumbuhan dengan jati (Tectona grandisL.) sebagai tumbuhan yang paling dominan dengan INP tertinggi di empat garis transek dari lima garis transekyang dibuat. Asosiasi tumbuhan pada sampling unit menunjukkan adanya asosiasi positif pada 170 pasangan (4,44%), asosiasi negatif pada 1375 pasangan (35,92 %), dan sisanya (59,64 %) berasosiasi tidak jelas. Hasil tersebutmenunjukkan adanya kompetisi dan kecenderungan untuk hidup bersama-sama antar tumbuhan yang sangat kecilpada kawasan ekoton tersebut

    KEANEKARAGAMAN DAN KEKERABATAN KULTIVAR BAWANG MERAH DI JAWA BARAT

    No full text
    Taxonomic study of Allium cepa L. (Amaryllidaceae) in West Java had been conducted based on morphological and anatomical characters. Eight cultivars were obtained from the study, comprising one cultivar (‘Bombay’) from cultivar group Common Onion, six cultivars (‘Bima Brebes’, ‘Maja’, ‘Menteng’ ‘Sumenep’, ‘Kuning’, and ‘Kuning Gombong’) from cultivar group Aggregatum, and one cultivar (‘Batu’) proposed to be a new cultivar group (Common-Aggregatum). An identification key is available to identify cultivars of Allium cepa L. in West Java. Phenetical analysis was conducted by using NTSYSpc version 2.0. Result of phenetical analysis indicated that relationship of A.cepa L. cultivars divided into 2 branches, first branch is cultivar group Common Onion and cultivar group Common-Aggregatum, second branch is cultivar group Aggregatum

    KONDISI VEGETASI HUTAN HUJAN TROPIS PEGUNUNGAN DI BLOK BARU BEUREUM GUNUNG MANGLAYANG SUMEDANG JAWA BARAT

    No full text
    Studi vegetasi hutan hujan tropis pegunungan di Blok Baru Beureum Gunung Manglayang. Pada penelitian initelah ditemukan sebanyak 99 jenis, 68 marga, dari 42 suku tumbuhan dari kelompok vegetasi pohon, semak danherba. Secara umum vegetasi hutan Gunung Manglayang menggunakan ruang hutan secara vertikal dengan empatstrata vegetasi dan tidak ada pohon emergent seperti yang ditemukan di hutan hujan tropis dataran rendah. Padakelompok pohon dewasa, Castanopsis argentea merupakan jenis yang paling dominan, sedangkan tiang didominasi Schima walichii, dan anakan oleh Pinanga coronata. Kelompok semak dan herba tinggi didominasi Chromolaena odorata dan kelompok herba rendah didominasi jenis Eupatorium riparium. Semua jenis dominan ini memilikitipe penyebaran berkelompok. Pada hutan hujan tropis pegunungan Gunung Manglayang terdapat perbedaankomposisi jenis dan struktur vegetasi berdasarkan zonasi ketinggian. Vegetasi hutan pada subzona montana (>1.500 m dpl) keanekaan jenisnya lebih rendah dengan kecenderungan penggunaan ruang secara vertikal yang lebih kompleks dibandingkan vegetasi hutan pada subzona submontana (1.200 – 1.500 m dpl). Perbedaan struktur ruangdari vegetasi disebabkan ada

    OPTIMASI MEDIA BIBIT INDUK (CAMPURAN JAGUNG DAN AMPAS TAHU) JAMUR TIRAM MERAH MUDA (Pleurotus flabellatus (Berk & Br) Sacc)

    No full text
    Jamur tiram merah muda merupakan jamur edible yang mempunyai prospek, selain sebagai sumber proteinnabati juga berkhasiat sebagai obat, Namun dari aspek budidaya belum banyak diungkapkan. Bibit yangberkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya jamur, untuk menghasilkan bibit yang berkualitasdiperlukan jenis dan komposisi media yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan takaran yangoptimal media bibit induk (campuran jagung dan ampas tahu) jamur tiram merah muda. Metode yang digunakandalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, terdiridari enam taraf perlakuan dan diulang empat kali. Parameter yang diukur yaitu kecepatan miselium mencapai100%( HIS (hari setelah inokulasi ) dan Bobot bibit induk (g (gram). Hasil penelitian menunjukkan pemakaiantakaran media bibit induk yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kecepatan miseliummencapai 100 % dan bobot bibit induk jamur tiram merah muda. Kesimpulan perlakuan Penggunaan campuranjagung 100% + ampas tahu 2% (A1) merupakan perlakuan terbaik untuk parameter pertumbuhan miceliummencapai 100% ( 14 HSI).dan untuk parameter bobot bibit induk (376.62 gram)

    PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL, ANTOSIANIN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L. cv. Simeera)

    No full text
    Penelitian mengenai pengaruh pupuk organik cair terhadap kandungan klorofil, antosianin dan pertumbuhantanaman bayam merah (Amaranthus tricolor L. cv Simeera) telah dilakukan di Ciparanje Universitas Padjadjaranpada bulan Juni hingga September 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dosis dan waktupemberian pupuk organik cair yang efektif untuk pertumbuhan, kandungan klorofil dan antosianin bayam merah(Amaranthus tricolor L. cv Simeera). Penenelitian ini menggunakan desain eksperimental, dilakukan denganRancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial dengan dua faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktorpertama adalah perlakuan dosis yang terdiri atas empat taraf yaitu 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml pupuk organikcair. Faktor ke dua adalah perlakuan interval waktu pemberian pupuk organik cair yang terdiri atas tiga tarafyaitu sehari sekali, seminggu sekali, dua minggu hari sekali. Parameter yang diukur adalah tinggi, jumlah daun,luas daun, berat basah, berat kering, kadar klorofil dan kadar antosianin. Hasil uji statistik menunjukkan bahwaperlakuan dosis yang efektif untuk pertumbuhan bayam merah untuk tinggi pada 5 ml/tanaman, jumlah daun15 ml/tanaman, luas daun, berat basah dan berat kering 20 ml/tanaman, kandungan klorofil 20 ml/tanaman dankandungan antosianin 15 ml/tanaman. Ada pengaruh nyata perlakuan interval waktu pemberian pupuk organik cairdan perlakuan interaksi dosis dan interval waktu pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan, kandunganklorofil dan kandungan antosianin bayam merah

    PENGARUH PUPUK NPK DAN INOKULASI ENDOMIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR GULA TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni M.)

    No full text
    Penelitian mengenai pengaruh pupuk NPK dan inokulasi endomikoriza terhadap pertumbuhan dan kadar gulatanaman stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.) ini telah dilaksanakan di perkebunan teh di Cikajang Garut, JawaBarat dan analisis kandungan gula dilakukan di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia, FMIPA UNPAD. Penelitianini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 2 x 5 dengan 4kali ulangan. Faktor pertama adalah pemberian inokulasi endomikoriza (M) yang terdiri dari 2 taraf, yaitu tanpainokulasi (m0) dan dengan inokulasi (m1). Faktor kedua adalah dosis pupuk NPK (P) yang terdiri dari 5 taraf, yaitu 0 g/L (p0), 1.25 g/l (p1), 2.5 g/l (p2), 3.75 g/l (p3), 5 g/l (p4). Parameter yang diamati meliputi parameter pertumbuhan yang terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, berat basah daun, berat keringdaun,dan parameter kualitas tanaman yang meliputi kadar gula total dan infeksi akar tanaman stevia. Sedangkananalisis yang dilakukan meliputi analisis kandungan gula pada daun tanaman stevia dengan Metode Fenol. Hasilpenelitian ini selanjutnya dianalisis dengan uji statistik sidik ragam (ANAVA). Hasil penelitian menunjukan bahwainokulasi endomikoriza dan pemberian pupuk NPK pada konsentrasi 5 g/l (p4) memberikan hasil terbaik untukmeningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, berat basah daun, berat kering daun,serta bkadar gula total tertinggi yaitu 15,34 % dan infeksi akar tertinggi yaitu 93,33 %
    corecore