323 research outputs found

    Pendampingan pembuatan media pembelajaran berbasis video bagi guru pendidikan Agama Buddha

    Get PDF
    Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pendampingan dan pelatihan pembuatan media pembelajaran dengan harapan menambah pengetahuan dan keterampilan guru dalam mebuat media pembelajaran berbasis video. Obyek kegiatan yaitu media pembelajaran berbasis video, sedangkan subyek dalam kegiatan ini adalah guru pendidikan agama Buddha yang tergabung dalam kelompok kerja guru Pendidikan agama buddha kabupaten Pati. Waktu kegiatan dilaksanakan pada tanggal 21 November 2020. Teknik kegiatan dilakukan dengan cara pendampingan. Tahapan kegiatan meliputi (1) pra acara yaitu menyususn materi presentasi, menyiapkan administrasi. (2) meminta dukungan lembaga yakni Kelompok Kerja Guru Agama Buddha kabupaten Pati. (3) pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara pemberian pendampingan pembuatan video pembelajaran berbasis video. (4) evaluasi hasil kegiatan melalui pemberian umpan balik oleh peserta terhadap pelaksana. Hasil PkM menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan teori dan praktik pembuatan media pembelajaran berbasis video. Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil post test dan pre tes serta hasil pembuatan video pembelajaran.Â

    Pengaruh Iod (Indian Ocean Dipole) Terhadap Variabilitas Nilai Serta Distribusi Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-a Pada Periode Upwelling Di Perairan Sekitar Bukit Badung Bali

    Full text link
    Perairan Badung Bali merupakan salah satu perairan dengan sumber daya perikanan yang tinggi. Pemahaman IOD terhadap variabilitas suhu permukaan laut dan klorofil-a dapat digunakan untuk membantu menentukan daerah potensi perikanan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pengaruh IOD terhadap variabilitas nilai serta distribusi suhu permukaan laut dan klorofil-a di perairan Badung Bali. Penelitian ini menggunakan data citra MODIS (Moderate-Resolution Imaging Spektroradiometer) level 3(tiga) berupa data SPL dan klorofil-a periode bulanan, data angin, data arus insitu dan permodelan serta data DMI (Dipole Mode Index) periode upwelling pada bulan Agustus-November setiap tahunnya yang dianalisis tahun 2010-2014. Distribusi parameter diolah menggunakan software ArcGIS 10.0, sedangkan data pendukung disajikan dengan software SMS 10.0. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu studi kasus dan pengambilan data arus insitu menggunakan metode Lagrange. Berdasarkan hasil analisis terjadinya variabilitas nilai SPL dan klorofil-a. SPL mengalami peningkatan pada bulan Agustus-November pada setiap tahun yang dianalisis (2010-2014). Hasil sebaliknya pada konsentrasi klorofil-a yang mengalami penurunan. Nilai SPL tertinggi pada tahun 2010 dan terendah pada tahun 2011. Konsentrasi klorofil-a tertinggi pada tahun 2012 dan terendah pada tahun 2010. SPL tinggi dengan nilai maksimal 33,88⁰C, hal ini berkaitan dengan fenomena IOD negative. SPL rendah dengan nilai minimal 24,00⁰C, hal ini berkaitan dengan fenomena IOD positif. Pada sisi lain, konsentrasi klorofil-a di lokasi kajian tersebar di beberapa daerah, dengan nilai maksimal 4,47 mg/m3. Hal ini juga dipengaruhi transport massa air dari lapisan bawah dengan meningkatnya intensitas upwelling, sehingga memicu pertumbuhan produktivitas primer yang mengakibatkan terjadinya peningkatan klorofil-a. Proses hidrodinamika yang mempengaruhi SPL dan Klorofil-a di perairan Badung Bali secara dominan adalah arus ke barat laut dengan kecepatan berkisar 0,0980-0,2083 m/s

    Kajian Kedalaman Mixed Layer Dan Termoklin Kaitannya Dengan Monsun Di Perairan Selatan Pulau Jawa

    Full text link
    Perairan Selatan Jawa merupakan salah satu perairan yang dipengaruhi oleh beberapa fenomena oseanografi, salah satunya yaitu sistem angin monsun yang menyebabkan adanya dinamika suhu vertikal. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji variabilitas kedalaman mixed layer dan termoklin serta kaitannya dengan monsun di perairan selatan Jawa. Penelitian ini menggunakan data suhu vertikal bulanan yang diperoleh dari data model HYCOM selama bulan Juni 2013 – Mei 2015, data suhu vertikal dari CTD yang diukur oleh Balitbang KP pada tanggal 22 September – 1 Oktober 2013, data angin dari ECMWF dan data arus dari My Ocean selama bulan Juni 2013 – Mei 2015. Pengolahan data kedalaman mixed layer dan termoklin dilakukan dengan merata-ratakan suhu dari data model HYCOM yang dirata-rata setiap musimnya dan dihitung gradien suhunya. Batas bawah mixed layer dan termoklin ditentukan berdasarkan nilai gradien suhu yang lebih dari 0,05 °C/m. Hasil penelitian menunjukkan secara temporal kedalaman batas bawah mixed layer paling dalam terjadi pada musim timur dan kedalaman batas bawah termoklin paling dalam terjadi pada musim barat. Secara melintang, kedalaman batas bawah mixed layer semakin dalam menuju laut lepas terjadi pada musim timur dan peralihan II, sedangkan pada musim barat dan peralihan I kedalaman batas bawah mixed layer semakin dangkal menuju laut lepas. Secara membujur kedalaman batas bawah mixed layer paling dalam terjadi pada transek A (selatan Jawa Barat) dan yang terdangkal pada transek C (selatan Jawa Timur). Kedalaman batas bawah termoklin paling dalam terjadi di transek C (selatan Jawa Timur) pada musim timur dan musim peralihan II, sedangkan yang paling dangkal terjadi di transek A (selatan Jawa Barat) pada musim barat dan peralihan I

    Perbandingan Pola Distribusi Klorofil-A Data Insitu dan Citra Sentinel-3 Serta Keterkaitannya Dengan Kualitas Air di Perairan Muara Sungai Bodri, Kendal

    Get PDF
    Peningkatan pemanfaatan lahan seperti pertanian, pertambakan, perikanan, pemukiman, dan industi terjadi di sepanjang sungai bodri. Peningkatan tersebut mempengaruhi tingkat kesuburan perairan. Tingkat kesuburan pada suatu perairan dapat dilihat dari konsentrasi klorofil-a. Pendugaan konsentrasi klorofil-a di perairan perlu menggunakan metode yang lebih efektif, salah satunya menggunakan citra Sentinel 3. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola kesesuaian dan akurasi klorofil-a citra sentinel 3 dengan data insitu, serta keterkaitannya dengan kualitas air di perairan muara Sungai Bodri. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi klorofil- a berkisar 1,78 mg/m3 – 4,28 mg/m3, dan hasil pengolahan data citra Sentinel 3 menghasilkan konsentrasi klorofil- a berkisar 1,85 mg/m3 – 5,3 mg/m3. Pola distribusi konsentrasi klorofil- a data insitu dan citra Sentinel 3 menunjukkan pola yang relatif sama, yaitu konsentrasi klorofi-a tertinggi di wilayah muara sungai Bodri dan semakin rendah ke arah laut. Konsentrasi klorofil-a citra lebih besar dibandingkan hasil insitu diduga dikarenakan penggunaan algoritma C2RCC yang sangat dipengaruhi oleh data dari simulasi reflektan pancaran air serta radian dari ToA, sehingga dengan kondisi perairan yang keruh, menyebabkan reflektan yang diterima sensor di artikan sebagai fitoplankton oleh algoritma C2RCC, dan menyebabkan tingginya konsentrasi klorofil-a yang didapat. Nilai korelasi konsentrasi klorofil-a insitu dan klorofil-a citra sebesar r = 0,935, menunjukkan bahwa korelasi tersebut memiliki hubungan yang sangat kuat. Hasil uji Root Mean Square Error (RMSE) menunjukkan data citra Sentinel 3 memiliki hasil yang akurat (RMSE = 0,566 mg/m3, R2 = 0.875 dan r = 0.935).Kata kunci : Klorofil- a, Sentinel 3, RMSE, Muara Sungai BodriAbstractIncreased land use such as agriculture, aquaculture, fisheries, settlements, and industry occurred along the Bodri River. This increase affects the level of water fertility. The level of fertility of a waters can be seen from the concentration of chlorophyll-a. Estimating the concentration of chlorophyll-a in waters needs to use a more effective method, one of which uses Sentinel 3 imagery. Bodri. This research uses a quantitative descriptive method. The results showed that the concentration of chlorophyll-a was between 1.78 mg/m3 – 4.28 mg/m3, and the results of image data processing Sentinel 3 produced chlorophyll- a concentrations ranging from 1.85 mg/m3 – 5.3 mg/ m3. The distribution pattern of chlorophyll- a concentration data in situ and Sentinel 3 image shows a relatively similar pattern, the highest chlorophyll-a concentration in the estuary area of the Bodri river and lower towards the sea. The concentration of chlorophyll-a in the image is greater than the in situ results, presumably due to the use of the C2RCC algorithm which is strongly influenced by the simulation data of the reflectance of water jets and radians from ToA, so that the water conditions are cloudy, the reflectance received by the sensor is interpreted as phytoplankton by the C2RCC algorithm, and resulted in the high concentration of chlorophyll-a obtained. The correlation value of in situ chlorophyll-a concentration and chlorophyll-a image is r = 0.935, indicating that the correlation has a very strong relationship. The results of the Root Mean Square Error (RMSE) test show that Sentinel 3 image data has accurate results (RMSE = 0.566 mg/m3, R2 = 0.875 and r = 0.935).Keywords : Chlorophyll- a, Sentinel 3, RMSE, Bodri River Estuar

    Analisa Spasial dan Temporal Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a selama 2 Dekade di Perairan Indonesia

    Get PDF
    Pemahaman pola variabilitas secara spasial dan temporal atas perubahan yang terjadi di lautan sangat penting dilakukan untuk pengelolaan laut. Lautan Indonesia merupakan satu-satunya jalur yang menghubungkan cekungan samudera yang berbeda di daerah tropis, sehingga memainkan peranan penting dalam samudera dan sistem iklim. Suhu permukaan laut (SST) dan Klorofil-a (Chl-a) seringkali digunakan untuk memantau kondisi Lautan terlebih dibawah pengaruh perubahan iklim. Perubahan kedua parameter yang signifikan sangat mempengaruhi produktivitas sumber daya lautan. Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji variabilitas spasio temporal SST dan Chl-a di Laut Indonesia selama 2 dekade (2000-2020) dengan menggunakan data citra MODIS TERRA harian. Penelitian dilakukan dengan menganalisis sebaran spasial dan temporal SST dan Chl-a Laut Indonesia dan analisis temporal tiga daerah bagian, yaitu Laut Cina Selatan, Utara Papua, dan Selatan Jawa. Analisa ini didasarkan pada nilai anomali yang didapat dari pengurangan nilai parameter dengan nilai historis (rerata nilai seluruh data). Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan slope SST 0,024⁰C/tahun dan Chl-a 0,0012 mg-3/tahun di Indonesia. Slope positif juga ditemui pada ketiga daerah studi. Perairan Selatan Jawa memiliki slope yang paling tinggi dari Laut China Selatan dan Utara Papua. Variabilitas SST dan Chl-a Indonesia mengalami perubahan yang sangat variatif sejak 10 tahun terakhir.Kata Kunci: Spatio temporal, Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a, Perubahan Iklim, Indonesi

    Musim Ikan Di Perairan Laut Jawa Kabupaten Jepara dan Prediksi Lokasi Fishing ground-nya

    Get PDF
    Sumberdaya ikan di Kabupaten Jepara cukup besar, namun hingga sekarang para nelayan menangkap ikan masih tradisional, hanya berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya dan feeling semata.Variabilitas musim berpengaruh terhadap variabilitas kesuburan perairan baik secara temporal maupun spasial. Variabilitas kesuburan perairan selanjutnya berpengaruh terhadap waktu musim ikan dan lokasi fishing ground-nya. Pemahaman yang baik tentang waktu musim ikan dan lokasi fishing ground-nya akan membuat usaha penangkapan bisa lebih efektif, efisien waktu dan biaya serta hasilnya lebih optimal. Penelitian ini bertujuan mengkaji waktu musim ikan sekaligus masa pacekliknya di Perairan Laut Jawa Kabupaten Jepara dan membuat prediksi lokasi fishing ground-nya. Metode yang digunakan deskriptif berdasarkan pendekatan analisis data citra satelit, wawancara dengan kelompok nelayan dan survei lapangan. Berdasakan hasil penelitian menunjukkan waktu musim ikan di Perairan Kabupaten Jepara terjadi umumnya pada musim peralihan I (Maret-Mei) dan pada musim peralihan II (September-Nopember). Puncak musim ikan (panen ikan) umumnya pada bulan April atau Mei dan September atau Oktober. Masa Paceklik ikan di perairan Kabupaten Jepara tampak berkaitan dengan angin, ketika puncak angin terkuat (Desember-Januari) maka produktifitas penangkapan ikan menunjukkan nilai terendah (paceklik ikan). Lokasi fishing ground di perairan pesisir Jepara yang utama ada di tiga lokasi pertama di sekitar Pulau Mandalika, kedua yaitu di sekitar Pulau Panjang dan yang ketiga di Sebelah Barat Kecamatan Kedung. Lokasi fishing ground di wilayah perairan Kecamatan Karimunjawa yang utama ada di tiga lokasi pertama yaitu di sebelah barat Pulau Karumunjawa, kedua disebelah barat dan barat laut Pulau Parang dan ketiga yaitu di sebelah tenggara Pulau Nyamuk

    Simulasi Pemodelan Sebaran Suhu Akibat Limbah Air Panas Power Plant PT. Amman Mineral Nusa Tenggara di Teluk Benete, Sumbawa Barat

    Get PDF
    ABSTRACTPower Plant PT. Amman Mineral Nusa Tenggara is a thermal power station (PLTU) that supplies electricity located in West Sumbawa Regency. The power plant utilizes seawater from Benete Bay as cooling water for the condenser, which produces hot water waste (heat) that released back into the water. The hot water waste that generated must pass the cooling stage so the temperature of the hot water waste can close to the normal temperature of the water. The objective of this research is to determine the temperature distribution due to hot water waste released by the power plant and predict the temperature distribution in the event of a cooling system failure. To carry out the study used several data include temperature, currents, bathymetry, tides, and the discharge of heat water. The research method used is advection-dispersion hydrodynamic modeling by Delft3D software. The results of hydrodynamic modelling showed that the distribution of hot water waste in normal conditions and in the cooling system where there is a damage, are leading to the east and west according to the direction of tidal current. Result of measurement to the water around the outlet shows the average temperature in the water coloumn is 28,5oC. The temperature increase due to hot water waste reaches 2,5oC in normal conditions, and 3,5oC in conditions if there is damage to the cooling system. In normal conditions, the dispersion area of hot water waste is 25,39 Ha during spring tide, and 9,31 Ha during neap tide. In the damaged condition of cooling system, the dispersion area during spring tide is 41,95 Ha and 35,61 Ha during neap tide.Keywords: Distribution, Waste Heat, Temperature, Delft3DABSTRAKPower Plant PT. Amman Mineral Nusa Tenggara yang terletak di Kabupaten Sumbawa Barat merupakan PLTU yang mensuplai kebutuhan listrik untuk operasional perusahaan. Power plant memanfaatkan air laut dari Teluk Benete sebagai media pendingin untuk kondensor yang hasil akhirnya berupa limbah air panas (bahang) yang dikeluarkan kembali ke perairan. Limbah air panas yang akan dikeluarkan harus melewati tahap pendinginan sehingga suhu limbah air panas dapat mendekati suhu normal perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran suhu akibat limbah air panas yang dikeluarkan oleh power plant dan memprediksi sebaran suhu apabila terjadi kerusakan sistem pendingin. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data temperatur dan arus laut. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah data batimetri, pasang surut, dan debit limbah air bahang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan hidrodinamika adveksi-dispersi dengan software Delft3D. Hasil penelitian menunjukkan sebaran limbah air panas pada kondisi normal maupun apabila terjadi kerusakan sistem pendingin mengarah ke arah timur dan barat, sesuai dengan arah pergerakan arus. Kenaikan suhu akibat limbah air bahang mencapai 2,5oC pada kondisi normal, dan 3,5oC pada kondisi apabila terjadi kerusakan sistem pendingin dari suhu rata- rata perairan sebesar 28,5 oC. Pada kondisi normal, luas sebaran pada saat pasang purnama sebesar 25,39 Ha dan pada saat pasang perbani sebesar 9,31 Ha, sedangkan pada kondisi apabila terjadi kerusakan sistem pendingin luas sebaran limbah saat pasang purnama sebesar 41,95 Ha dan ketika pasang perbani sebesar 35,61 Ha.Kata Kunci: Sebaran, Limbah Air Panas, Temperatur, Delft3

    Identifikasi Variabiltas Upwelling Berdasarkan Indikator Suhu dan Klorofil-a di Selat Lombok

    Full text link
    Upwelling merupakan proses terangkatnya massa air dalam yang kaya nutrien ke lapisan permukaan. Fenomena upwelling sangat membantu dalam menyediakan nutrien dengan konsentrasi tinggi. Selat Lombok memiliki produktivitas perairan yang tinggi akibat adanya fenomena upwelling yang terjadi secara musiman di Selat Lombok, maka diperlukannya analisa suhu dan klorofil-a sebagai indikator pendugaan daerah upwelling yang dikaitkan dengan pola angin di perairan Selat Lombok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabilitas SPL secara musiman dan pengaruhnya terhadap klorofil-a, mengetahui waktu kejadian upwelling di Selat Lombok serta mengetahui pengaruh angin muson terhadap kejadian upwelling di Selat Lombok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan SPL dan klorofil-a di perairan Selat Lombok yang digunakan untuk menentukan daerah upwelling, kemudian dihubungkan dengan angin dari ECMWF. Survei lapangan dilakukan dengan pengukuran Suhu secara vertikal dengan CTD. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai SPL pada musim timur (Juni-Agustus) dan peralihan II (September-November) lebih dingin (23,380C-29,540C) dibandingkan dengan musim barat (Desember-Februari) dan Musim peralihan I ( Maret-Mei) (25,460C-33,320C). Hal ini tidak mempengaruhi kadar klorofil-a di Selat Lombok yang ditunjukkan dengan korelasi (r) Sebesar 0,19. Upwelling terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan November 2015 dengan puncak terluas terjadi pada bulan Juni. Angin muson tenggara tampak berpengaruh positif terhadap kejadian upwelling dengan indikator korelasi antara kecepatan angin dan SPL sebesar -0,88

    Current Patterns on East Season in The Northern Waters of The Sunda Strait

    Get PDF
    Abstract The northern waters of Sunda Strait is the first Indonesian Archipelagic Sea Lanes. (ALKI I) which is an important and a very crowded shipping lane. The first Indonesias Archipelagic Sea Lanes (ALKI 1) connects the marine traffic from Africa, West Australia to South China Sea, Japan and the other way around. Indonesia in determining the archipelagic sea lanes considers several criterias, one of them is the oceanographic condition which is the ocean currents. The purpose of this research is to examine the characteristic of the ocean current pattern in the northern waters of Sunda Strait. The stages of this research include the measurement of field data, field data processing, and hydrodynamics modeling. The research location was determined by purposive sampling method. The determination of the research location follows the path of bathymethry. The result of field measurement is processed then used as data validation of current simulation result of hydrodinamic model. The result of the hydrodynamics model simulation showing the direction of current in northern waters of Sunda Strait moving back and forth following the tidal periods. The direction of the dominant current in northern waters of Sunda Strait is to Northeast (flood current) and Southwest (ebb current). The current velocity in northern waters of Sunda Strait is approximately between 0,0122 m/s and 2,590 m/s. The maximum velocity of the current belongs to several observation points that located in the seabed. This is to be expected due to the impact of Indonesia Through Flow. Keywords: Characteristic of the ocean current pattern, Mounted ADCP Moving Vessel, Hydrodynamics modeling, Northern Waters of Sunda Strai
    corecore