5 research outputs found

    CREDIT FOR MSMES, PRIVATE CREDIT, AND REGIONAL ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA: A PANEL VECTOR AUTOREGRESSIVE ANALYSIS

    Get PDF
    This study aims to analyse the dynamic between credit to micro, small, and medium enterprises (MSMEs), private credit, and regional economic growth in Indonesia. A panel vector autoregression model is employed to understand the dynamic in the model. Unlike previous cross-country studies, this paper is using provincial panel data. The relationship between variables in the model are connected under the same regulation, monetary authority, and fiscal institution. Thus, there will be no effects that appear from the differences of institutions. The results suggest that the interaction between credit to MSMEs and private credit is bi-directional. Also, credit to MSMEs and private credit does affect regional economic growth. However, the result does not provide strong evidence for causality from regional economic growth to credit for MSMEs or private credit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dinamis antara kredit kepada UMKM, kredit kepada sektor privat, dan pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia. Untuk memahami hubungan ketiga variable tersebut, penelitian ini menggunakan panel vector autoregression (Panel VAR). Penelitian ini berbeda dengan penelitian antar negara yang telah ada sebelumnya karena penelitian ini menggunakan data pada level provinsi. Data pada level provinsi memiliki keunggulan karena berada pada sistem regulasi perbankan dan regulasi fiskal yang sama sehingga tidak terdapat efek dari adanya perbedaan institusional. Dari penelitian ini diketahui bahwa interaksi antara kredit kepada UMKM dan kredit kepada sektor privat adalah dua arah. Kredit kepada UMKM dan kredit kepada sektor privat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional, namun tidak terdapat bukti kuat yang menjelaskan hubungan sebaliknya

    PELATIHAN PENGOLAHAN FORMULA TEMPE GENERASI DUA BAGI IBU BALITA GIZI KURANG

    Get PDF
    Until now, the prevalence of malnutrition in children under five is still high. Tempe is an affordable local food, contains high protein, and is easy to digest by the human body. A collection of tempeh recipes for undernourished children, designed based on recipes from local communities, has been successfully developed through previous research. These recipes are assigned as the second generation of tempeh to distinguish them from conventional tempe products. This current community service aimed to provide training on how to cook tempe formulas using standard recipes from the preceding research. The participants of the community service activities were mothers who have under-five malnourished children and Posyandu cadres of Arjowinangun Health Center, Malang City, with a total of 15 mothers. The program was carried out for three non-consecutive days. The methods used during activities included lectures, discussions, cooking demonstrations, and cooking independently at the participants' own homes. The home activities were done twice, with two recipes for each practice. The results of the community activity showed that the participant's pretest and post-test scores were 68.70 and 84.00, respectively. The distribution of post-test scores was more homogeneous than the pretest scores. These indicate that at the end of the activity, the comprehensive understanding of the participants on the material that has been presented is not only better but also relatively uniform. The post-test score is higher than the passing grade level set for the program, which is 75%. The qualities of the tempe formula prepared by the participants, based on taste, appearance, texture, and aroma sensory attributes, have been notably increased from home activities one and two. Again, this indicates that the participant's skills at preparing second-generation tempe products have increased. --- Sampai saat ini prevalensi gizi kurang pada anak balita tinggi. Tempe merupakan makanan lokal yang mudah didapatkan, mengandung protein tinggi, dan mudah dicerna oleh tubuh. Kumpulan resep olahan tempe untuk balita gizi kurang, yang dirancang berdasarkan resep dari masyarakat setempat, telah berhasil dibuat oleh penelitian terdahulu. Resep-resep tersebut diberi nama olahan tempe generasi dua untuk membedakan dengan resep olahan tempe konvensional. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatihan cara memasak olahan tempe dengan menggunakan resep standar yang dihasilkan dari penelitian tersebut. Sasaran kegiatan pengabdian adalah ibu-ibu yang memiliki balita gizi kurang dan kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Arjowinangun, Kota Malang dengan jumlah total 15 orang. Kegiatan dilakukan dalam waktu 3 hari secara berselang. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, demo memasak dan praktik masak olahan tempe secara mandiri di rumah peserta masing-masing. Kegiatan praktik mandiri dilaksanakan sebanyak dua kali dengan jumlah dua resep untuk setiap kali praktik. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa nilai tes awal dan tes akhir peserta berturut-turut adalah 68,70 dan 84,00. Sebaran nilai tes akhir lebih homogen dibandingkan dengan nilai tes awal. Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa di akhir kegiatan, tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan selain lebih baik juga relatif lebih seragam. Dibandingkan dengan indikator keberhasilan kegiatan, yaitu 75%, maka nilai tes akhir lebih tinggi. Mutu makanan olahan tempe yang dihasilkan peserta, ditinjau dari parameter rasa, penampilan, tekstur, dan aroma pada praktik kedua lebih baik dibanding pada praktik yang pertama. Hal ini juga menunjukkan bahwa keterampilan menyiapkan olahan produk tempe peserta mengalami peningkatan

    ANALISA PROSES BISNIS DAN RANCANGAN ARSITEKTUR PERFORMANCE & FAULT MANAGEMENT PADA CALLCENTER TELKOMSEL

    Get PDF
    ANALISA PROSES BISNIS DAN RANCANGAN ARSITEKTUR PERFORMANCE & FAULT MANAGEMENT PADA CALLCENTER TELKOMSEL

    Faktor Determinan Pemilihan Makanan Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar

    Get PDF
    Makanan jajanan pada siswa sekolah masih banyak yang bermutu rendah sehingga keterampilan anak dalam memilih memegang peran penting dalam mendapatkan jajanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai mutu jajanan siswa sekolah dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pemilihan jajanan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional pada 120 siswa sekolah dasar di Kota Batu yang dipilih secara purposif pada bulan September hingga Desember 2009. Mutu jajanan sekolah diperiksa di laboratorium. Siswa diminta untuk menjawab 28 pertanyaan tentang pemilihan jajanan. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan uji analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya jajanan pada siswa seko-lah mengandung energi di bawah standar (300 Kkal/ orsi). Komposisi bahan penyusun jajanan kurang bervariasi. Sebagian besar jajanan (71,4%) mengandung formalin. Faktor utama yang menentukan pemilihan jajanan di sekolah mencakup variabel harga, hadiah, ukuran porsi, aroma, dan kebebasan menentukan pilihan sendiri. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan gizi dan keamanan jajanan anak sekolah perlu ditingkatkan. Determinan utama pemilihan jajanan didominasi aspek harga, hadiah, dan cita rasa. Untuk membuat jajanan yang bergizi dan aman disarankan pembuatan dilakukan dengan menggunakan bahan pangan dan teknologi lokal. Selain itu, juga diperlukan penegakan hukum terkait dengan penggunaan bahan berbahaya dalam jajanan siswa sekolah. Snacks of poor qualities which still predominate foods sold in school high-lights the importance of skill in choosing healthy foods. This research was aimed to examine the quality of snack and determine factors that contribute to children’s food choice. The study was conducted using cross sectional design on purposefully selected 120 school children from four elementary schools in Kota Batu in September to December 2009. School snacks were collected for laboratory analyses. The children were asked to the extent they agree or disagree with 28 questions on snack choice. The collected data were analysed using factor analysis test. The study revealed that the energy content of the snacks was generally below standard (300 Kcal/serving). The snacks were in most cases made of less diverse food ingredients while 71.4% samples contained formaldehyde. The children choice to snacks were primarily determined by factor including price, gimmick, serving size, flavor, and freedom to choose their own snacks. It is concluded that both snack quality and safety should be improved. Determining factors to snack choice mainly cover price, gimmick, and food sensory qualities. Snacks made of local mixed-ingredients should be promoted to decrease the price while regulations on providing better and safer foods should be seriously enforced

    Faktor Determinan Pemilihan Makanan Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar

    Get PDF
    Makanan jajanan pada siswa sekolah masih banyak yang bermutu rendah sehingga keterampilan anak dalam memilih memegang peran penting dalam mendapatkan jajanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai mutu jajanan siswa sekolah dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pemilihan jajanan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional pada 120 siswa sekolah dasar di Kota Batu yang dipilih secara purposif pada bulan September hingga Desember 2009. Mutu jajanan sekolah diperiksa di laboratorium. Siswa diminta untuk menjawab 28 pertanyaan tentang pemilihan jajanan. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan uji analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya jajanan pada siswa seko-lah mengandung energi di bawah standar (300 Kkal/ orsi). Komposisi bahan penyusun jajanan kurang bervariasi. Sebagian besar jajanan (71,4%) mengandung formalin. Faktor utama yang menentukan pemilihan jajanan di sekolah mencakup variabel harga, hadiah, ukuran porsi, aroma, dan kebebasan menentukan pilihan sendiri. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan gizi dan keamanan jajanan anak sekolah perlu ditingkatkan. Determinan utama pemilihan jajanan didominasi aspek harga, hadiah, dan cita rasa. Untuk membuat jajanan yang bergizi dan aman disarankan pembuatan dilakukan dengan menggunakan bahan pangan dan teknologi lokal. Selain itu, juga diperlukan penegakan hukum terkait dengan penggunaan bahan berbahaya dalam jajanan siswa sekolah. Snacks of poor qualities which still predominate foods sold in school high-lights the importance of skill in choosing healthy foods. This research was aimed to examine the quality of snack and determine factors that contribute to children’s food choice. The study was conducted using cross sectional design on purposefully selected 120 school children from four elementary schools in Kota Batu in September to December 2009. School snacks were collected for laboratory analyses. The children were asked to the extent they agree or disagree with 28 questions on snack choice. The collected data were analysed using factor analysis test. The study revealed that the energy content of the snacks was generally below standard (300 Kcal/serving). The snacks were in most cases made of less diverse food ingredients while 71.4% samples contained formaldehyde. The children choice to snacks were primarily determined by factor including price, gimmick, serving size, flavor, and freedom to choose their own snacks. It is concluded that both snack quality and safety should be improved. Determining factors to snack choice mainly cover price, gimmick, and food sensory qualities. Snacks made of local mixed-ingredients should be promoted to decrease the price while regulations on providing better and safer foods should be seriously enforced
    corecore