8 research outputs found

    Mapping of Bruise of Oil Palm Fresh Fruit Bunch during Loading and Transportation from Field to Mill

    Get PDF
    The Fresh Fruit Bunch (FFB) integrity need to be maintained so the mill can eficiently reach less than 5% palm oil free fatty acid content. The physical treatments to FFB when loading to truck bin and transportation cause physical injuries. This research was aimed to map the fruit bruises, which can be used as a basis in managing FFB transportation. The physical injuries were indicated by Bruise Index (BI). The experiment was laid out in completely randomized design (CRD) with five replications. Research treatments were truck type (wood bin or steel bin), truck age (more and less than 5 years), and in truck bin FFB position (bottom, middle, top layer, front, center, rear). The result was descripted by graphical method and distinguished by statistical procedure. Data were analysed statistically with one way ANOVA. There were loosen fruit from bunches and bruise increase of more matured fruit loaded to truck bin. There were no bruise different for different FFB position in truck bin,i.e. between 1.97-2.07, but the FFB at middle position tend to bruise more. The fruit bruise tend to be higher when it transported by old truck (> 5years) rather than young truck.i.e. 2.01 compare to 1.8

    PENGGUNAAN PERSAMAAN MATEMATIKA UNTUK PENIMBANG BERBASIS SENSOR JARAK PADA ALAT ANGKUT TBS KELAPA SAWIT

    Get PDF
    Salah satu aspek krusial pada pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dari kebun sampai pabrik adalah keutuhan kuantitas, mengingat jaraknya yang sering jauh dan melewati berbagai kondisi. Saat ini penimbangan TBS hanya dilakukan di titik berangkat dan di titik akhir. Untuk itu diperlukan alat timbang yang terdapat pada alat angkut TBS agar berat buah dapat dipantau kapan pun selama dalam perjalanan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan alat timbang yang terintegrasi di bak angkut. Agar penimbang awet, sensor berat harus tidak secara terus menerus menanggung beban, sehingga dalam penelitian ini digunakan alternatif sensor jarak. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangkan persamaan matematika konversi jarak ke berat yang akan diterapkan pada model timbangan pada alat angkut TBS dengan sensor jarak (ATSJ) tersebut; 2) menetapkan ketepatan (akurasi) timbangan. Metode penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1) membangun model timbangan berbasis mikrokontroler dengan sensor jarak, 2) uji kalibrasi, 3) uji fungsional untuk mendapatkan ketepatan alat. Untuk menguji apakah bacaan ATSJ tidak berbeda dengan berat beban sebenarnya digunakan uji T. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat hubungan linier antara perubahan berat (kg) terhadap jarak (cm) pada objek, dan timbangan hasil rancangan dapat membaca perubahan ini. Pada pengujian tahap pertama terhadap timbangan duduk didapatkan persamaan J = 0,9859xBd - 0,1665; dengan R2 =0,9899. Pembuktian tersebut digunakan untuk mendapatkan persamaan di objek alat angkut, dan didapatkan persamaan: J = -0,004xBb + 9,9372; dengan R2 = 0,9312. Persamaan ini yang dimasukkan ke dalam coding pada mikrokontroler ATSJ. Hasil pengujian pada beban 100-1000 kg menunjukkan ATSJ memberikan akurasi penimbangan sebesar 92,9%. Salah satu aspek krusial pada pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dari kebun sampai pabrik adalah keutuhan kuantitas, mengingat jaraknya yang sering jauh dan melewati berbagai kondisi. Saat ini pnimbangan TBS hanya dilakukan di titip berangkat dan di titik akhir Untuk itu diperlukan alat timbang yang terdapat pada alat angkut TBS agar berat buah dapat dipantau kapan pun selama dalam perjalanan. Ini dapat dilakukan dengan menerapkan alat timbang yang terintegrasi di bak angkut. Agar penimbang awet, sensor berat harus tidak secara terus menerus menanggung beban, sehingga dalam penelitian ini digunakan alternatif sensor  jarak. Penelitian ini bertujuan untuk 1)mengembangkan persamaan matematika konversi jarak ke berat yang akan diterapkan pada model timbangan pada alat angkut TBS dengan sensor jarak (ATSJ) tersebut; 2) menetapkan ketepatan (akurasi) timbangan. Metode penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Membangun model timbangan berbasis mikrokontroler dengan sensor jarak, 2) Uji kalibrasi,  3)Uji fungsional untuk mendapatkan ketepatan alat. Untuk menguji apakah bacaan ATSJ tidak berbeda dengan berat beban sebenarnya digunakan uji T. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat hubungan linier antara perubahan berat (kg) terhadap jarak (cm) pada obyek, dan timbangan hasil rancangan dapat membaca perubahan ini. Pada pengujian tahap pertama terhadap timbangan duduk didapatkan persamaan J=0,9859xBd - 0,1665; dengan R2=0,9899. Pembuktian tersebut digunakan untuk mendapatkan persamaan di obyek alat angkut, dan didapatkan persamaan: J = -0,004xBb + 9,9372; dengan R2 = 0,9312. Persamaan ini yang dimasukkan ke dalam coding pada mikrokontroler ATSJ. Hasil pengujian menunjukkan ATSJ memberikan akurasi penimbangan sebesar 92,9 %

    PENGEMBANGAN UMKM POKDARWIS SEBAGAI PENGRAJIN MAKANAN KHAS UNTUK MENDUKUNG DESA WISATA BOKOHARJO

    Get PDF
    Pokdarwis Bokoharjo merupakan kelompok sadar wisata Prabu Boko yang terletak di kawasan Prambanan, Sleman yang dikelilingi oleh Candi Boko dan Candi Banyunibo. Pokdarwis Prabu Boko aktif dalam kegiatan budaya dimana sebagian besar anggotanya bekerja sebagai tour guide serta bersama dengan Bumdes mengelola Candi Banyunibo. Hasil observasi menunjukkan mitra pernah memiliki UMKM yang memproduksi makanan keripik singkong namun karena pandemic Covid-19, kegiatan UMKM Pokdarwis tersebut terhenti, sehingga perlu dilakukan pemberdayaan kembali UMKM tersebut agar dapat membantu pemulihan pendapatan mitra dengan cara memproduksi makanan khas Bokoharjo. Langkah pendampingan yang dilakukan antara lain melakukan sosialisasi kepada mitra, menentukan produk unggulan yang akan diproduksi, memberikan pelatihan produksi produk inovatif pangan, pelatihan pengemasan serta pelatihan manajemen usaha dan pemasaran. Hasil program ini adalah terbentuknya kembali UMKM Pokdarwis, terciptanya makanan khas Bokoharjo yaitu getuk kimpul dan wedang dupak serta peningkatan pengetahuan mitra terhadap kimpul dan rempah-rempah maupun peningkatan keterampilan mitra dalam pengolahan produksi makanan yang baik maupun manajemen pengolahan usaha dan pemasaran

    Rancang Bangun Sistem Pemantau Volume dan Keasaman Nira Kelapa dalam Penampung di Pohon Secara Realtime

    Get PDF
    Gula kelapa merupakan produk yang memberi nilai ekonomi masyarakat cukup besar dalam membantu keluarga petani menambah pendapatan. Meskipun nilai tambahnya tidak terlalu besar, tetapi rantai produksinya melibatkan banyak keluarga (padat karya). Hasil produksi gula kelapa, termasuk mutunya, sering kurang optimal karena kurangnya edukasi dan masih dilakukan secara tradisional. Mutu gula kelapa diawali dari mutu nira kelapa yang disadap. Proses penyadapan sangat mempengaruhi mutu dan jumlah nira. Saat ini banyak penyadap hanya menggunakan wadah (penampung) seadanya, sehingga nira menjadi kotor karena terkontaminasi bahan lain. Selain itu, masuknya air hujan dalam wadah mengakibatkan kadar gula turun. Sistem pemantau penambahan nira dan perubahan karakter selama dalam tampungan diperlukan untuk mengoptimalkan volume dan mutu hasil sadapan. Penelitian ini melakukan perancangan sistem pemantau volume dan keasaman nira selama proses penyadapan, sehingga dapat digunakan untuk menganalisa perubahan mutu dan tingkat penyadapan dari waktu ke waktu. Metode yang digunakan adalah: (1) mempelajari fungsi dan proses penampungan nira di pohon yang digunakan saat ini, (2) merancang dan memasang sistem pantau volume dan pH dalam penampung dengan mikrokontroler, yang dapat mengirim data ke gawai (HP), (3) menguji hasil rancangan, baik fungsional maupun luaran. Pengujian menunjukkan hasil rancangan bekerja dengan baik, dapat mengukur volume dan pH nira dalam penampung dari waktu ke waktu selama penyadapan. Tingkat ketepatan pembacaan volume sebesar 93%, sedangkan pH sebesar 99%. Perangkat hasil rancangan ini dapat diterapkan pada proses penyadapan nira kelapa sehingga volume dan keasaman nira dalam penampung nira di atas pohon dapat dipantau dari gawai dimana pun secara waktu nyata.Gula kelapa merupakan produk yang memberi nilai ekonomi masyarakat cukup besar dalam membantu keluarga petani menambah pendapatan. Meskipun nilai tambahnya tidak terlalu besar, tetapi rantai produksinya melibatkan banyak keluarga (padat karya). Hasil produksi gula kelapa, termasuk mutunya, sering kurang optimal karena kurangnya edukasi dan masih dilakukan secara tradisional. Mutu gula kelapa diawali dari mutu nira kelapa yang disadap. Proses penyadapan sangat mempengaruhi mutu dan jumlah nira. Saat ini banyak penyadap hanya menggunakan wadah (penampung) seadanya, sehingga nira menjadi kotor karena terkontaminasi bahan lain. Selain itu, masuknya air hujan dalam wadah mengakibatkan kadar gula turun. Sistem pemantau penambahan nira dan perubahan karakter selama dalam tampungan diperlukan untuk mengoptimalkan volume dan mutu hasil sadapan. Penelitian ini melakukan perancangan sistem pemantau volume dan keasaman nira selama proses penyadapan, sehingga dapat digunakan untuk menganalisa perubahan mutu dan tingkat penyadapan dari waktu ke waktu. Metode yang digunakan adalah: (1) mempelajari fungsi dan proses penampungan nira di pohon yang digunakan saat ini, (2) merancang dan memasang sistem pantau volume dan pH dalam penampung dengan mikrokontroler, yang dapat mengirim data ke gawai (HP), (3) menguji hasil rancangan, baik fungsional maupun luaran. Pengujian menunjukkan hasil rancangan bekerja dengan baik, dapat mengukur volume dan pH nira dalam penampung dari waktu ke waktu selama penyadapan. Tingkat ketepatan pembacaan volume sebesar 93%, sedangkan pH sebesar 99%. Perangkat hasil rancangan ini dapat diterapkan pada proses penyadapan nira kelapa sehingga volume dan keasaman nira dalam penampung nira di atas pohon dapat dipantau dari gawai dimana pun secara waktu nyata

    Kajian Keberhasilan Implementasi Kebijakan Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA) di DPMPTSP Kabupaten Ketapang pada Perusahaan Perkebunan

    Get PDF
    Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA) is a risk-based business licensing service system that is carried out online. It is important to know about the application of the OSS-RBA Policy because it relates to the country's national achievements in simplifying the business licensing process and attracting foreign investors. The plantation business sector, especially oil palm, is important to pay attention to. The high contribution of the country's foreign exchange originating from this industry is one of the reasons the government has made the business licensing process smooth. For this reason, this research aims to measure the level of success in implementing the OSS-RBA Policy in the Investment and One-Stop Integrated Services Service (DPMPTSP) Ketapang Regency, especially in plantation companies. This research uses a mixed method with purposive sampling. In this study, respondents were divided into two groups, specifically 4 respondents from the policy implementer and 35 respondents from the oil palm plantation company. The George Edward III Policy Implementation Model used theory, which determined four indicators that influence implementation: communication, resources, disposition, and bureaucratic structure. The research on communication indicators showed that there had been a clear and consistent transmission of information from policymakers to policy implementers and business actors. Meanwhile, equipment and authority resources have been fulfilled in the resource indicators. For disposition, licensing services have been provided optimally. Finally, regarding bureaucratic structure indicators, DPMPTSP Ketapang Regency has done SOPs for services and licensing activities.Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA) is a risk-based business licensing service system that is carried out online. It is important to know about the application of the OSS-RBA Policy because it relates to the country's national achievements in simplifying the business licensing process and attracting foreign investors. The plantation business sector, especially oil palm, is important to pay attention to. The high contribution of the country's foreign exchange originating from this industry is one of the reasons the government has made the business licensing process smooth. For this reason, this research aims to measure the level of success in implementing the OSS-RBA Policy in the Investment and One-Stop Integrated Services Service (DPMPTSP) Ketapang Regency, especially in plantation companies. This research uses a mixed method with purposive sampling. In this study, respondents were divided into two groups, specifically 4 respondents from the policy implementer and 35 respondents from the oil palm plantation company. The George Edward III Policy Implementation Model used theory, which determined four indicators that influence implementation: communication, resources, disposition, and bureaucratic structure. The research on communication indicators showed that there had been a clear and consistent transmission of information from policymakers to policy implementers and business actors. Meanwhile, equipment and authority resources have been fulfilled in the resource indicators. For disposition, licensing services have been provided optimally. Finally, regarding bureaucratic structure indicators, DPMPTSP Ketapang Regency has done SOPs for services and licensing activities

    Optimasi Kualitas Tandan Buah Segar Kelapa Sawit dalam Proses Panen-Angkut Menggunakan Model Dinamis

    Get PDF
    Oil palm fresh fruit bunch (FFB) handling processes, i.e harvesting, loading, and transporting to the Palm Oil Mill are interrelated activities because each of them contributed to the degradation of oil palm fruit quality. This paper presented studied among factors that together in series interfere FFB quality. FFB quality parameter observed was Free Fatty Acid (FFA) content. Experiment was conducted by measuring FFA content of FFB at each step of handling processes, i.e harvesting, transportation in plantation block, loading into truck, and transportation to the palm oil mill. Interrelationship among factors was built using dynamic modelling. Output of dynamic model simulation showed that there was differences of FFA content among different handling conditions. A slight difference on FFA content was observed between harvesting in mineral land and peatland and among different plant heights. Loading into truck was a handling step that had biggest contribution to quality degradation due to FFB bruise. FFBs laid on the base of truck bin suffered more bruise that resulted in higher FFA content. Manual loading of FFB harvested from mineral soil by throwing to the bottom of truck bin resulted in FFA content of bruised fruit by 5.5%, higher compared to those of the top layer which was 4.5%. Model also showed that FFA content increased due to series handling steps, compared with natural degradation. Proportion of good FFB can be used to control the whole FFA content. Without mixing, bruised FFB produced FFA content of 9.95 %, while mixing bruished and good fruit at a ratio 20 % : 80 % resulted in FFA content of 2.82 %. Increasing bruise fruit proportion from 10 % to 20 % resulted in higher FFA content of fruit harvested on mineral land than those harvested on peat land (0.88 % compare to 0.80 %), and resulted in 0.92 % increment for 3rd maturity level fruit harvested compared to 0.72 % for 1st maturity level harvested fruit. Recommendations related to harvesting were: 1) If the road and truck bin was in bad condition, FFB should be harvested at 1st or 2nd level of maturity; 2) The optimum harvesting-transportation condition for FFB quality was at 1st maturity level in peat land and transported by wood bin truck. While recommendations related to transportation were: 1) The manual loading by throwing to truck bin should be avoided; and 2) In order to maintain FFB quality, loading and transportation delay was better than waiting or queing in oil palm mill. ABSTRAKProses penanganan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit, yaitu pemanenan, pemuatan, dan pengangkutan ke pabrik minyak kelapa sawit merupakan kegiatan saling terkait, karena masing-masing berkontribusi terhadap penurunan kualitas. Penelitian ini bertujuan mempelajari keterkaitan antar faktor-faktor yang bersama-sama secara berurutan mempengaruhi kualitas TBS. Parameter kualitas TBS yang diamati adalah kadar Asam Lemak Bebas (ALB). Metode yang digunakan adalah mengukur kadar ALB TBS pada setiap tahap proses penanganan bahan, yaitu pemanenan, pengangkutan di dalam blok kebun, pemuatan ke bak truk, dan pengangkutan ke pabrik minyak kelapa sawit. Keterkaitan antar faktor dibangun dengan model dinamis. Keluaran dari simulasi model dinamis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar ALB antar kondisi penanganan TBS yang berbeda. Terdapat sedikit perbedaan kadar ALB antara TBS yang dipanen pada lahan mineral dan lahan gambut dan antara ketinggian pohon yang berbeda. Tahap penanganan TBS yang berkontribusi paling besar kepada penurunan kualitas akibat memar adalah pemuatan ke bak truk. TBS yang dimuat di dasar bak truk mengalami memar lebih banyak sehingga kadar ALB-nya lebih tinggi. Kadar ALB TBS yang dipanen di lahan mineral dan dimuat pada dasar bak truk 5,5 %, sedangkan yang di lapisan atas 4,5 %. Model menunjukkan bahwa kadar ALB meningkat pada penanganan bahan berurutan, berbeda dengan penurunan kualitas secara alami. Proporsi buah utuh dapat digunakan untuk mengendalikan kadar ALB secara keseluruhan. Bila seluruh buah memar, kadar ALB dapat mencapai 9,95 %, sedangkan campuran 20 % buah memar dan 80 % buah utuh, kadar ALB-nya 2,82 %. Peningkatan proporsi buah memar dari 10 % menjadi 20 % untuk buah yang dipanen dari lahan mineral menyebabkan penambahan kadar ALB lebih besar daripada buah yang dipanen dari lahan gambut, yaitu 0,88 % dibanding 0,80 %. Hal yang sama menyebabkan perbedaan kadar ALB 0,92 % untuk buah yang dipanen pada fraksi 3 dan 0,72 % untuk buah dipanen pada fraksi 1. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah: 1) Pemuatan dengan pelemparan TBS secara manual sebaiknya dihindari; 2) Bila kondisi bak truk dan jalan buruk, sebaiknya TBS dipanen pada fraksi 1 atau 2; 3) Titik optimum kualitas TBS saat panen dan angkut adalah pada fraksi 1 di lahan gambut dan diangkut dengan truk bak kayu, dan 4) Dari sisi kualitas TBS, penundaan pengangkutan lebih menguntungkan daripada menunggu proses (mengantri) di pabrik minyak kelapa sawit (PMKS)

    PENDAMPINGAN PEMBUATAN VERMIKOMPOS DENGAN BAHAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO

    Get PDF
    Abstrak: Dusun Gumawang di desa Putat merupakan salah satu desa penghasil kakao di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun demikian, produktivitas kakao di Gumawang tergolong rendah, antara 200 kg – 820 kg/ha/tahun. Di sisi lain, terdapat limbah kulit buah kakao (bagian eksocarp, mesocarp dan endocarp) yang melimpah dan belum dikelola dengan baik menuju zero waste. Untuk itu dilakukan pengabdian kepada masyarakat pada kelompok tani Sidodadi dalam bentuk pelatihan pembuatan vermikompos dengan memanfaatkan kulit buah kakao sebagai pakan cacing tanah. Vermikompos digunakan sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah Latosol. Tujuan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah agar kelompok tani kakao Sidodadi di Dusun Gumawang memahami manfaat vermikompos, mampu membuat vermikompos dengan bahan kulit buah kakao dan memanfaatkan hasil vermikompos di kebun kakao rakyat. Program pelatihan pembuatan vermikompos ini mampu memberikan dampak pada kelompok tani Sidodadi, 92% petani memahami pengetahuan tentang vermikompos, 92% mempunyai kemampuan membuat vermikompos dengan pakan kulit buah kakao, serta petani memanfaatkan hasil vermikompos sebagai pupuk organik.Abstract: Gumawang in Putat village is one of the cocoa-producing villages in the Special Region of Yogyakarta. However, cocoa productivity in Gumawang is relatively low, between 200 kg/ha/year – 820 kg/ha/year. On the other hand, there is still a lot of cocoa pod waste (part of exocarp,mesocarp and endocarp) that has not been managed properly towards zero waste. For this reason, community service to the Sido Dadi farer group was carried out in training of vermicomposting by utilizing cocoa pods waste as food for earthworms. Vermicompost is used as an organic fertilizer that can increase the fertility of Latosol soil. The purpose of this Community Service is for the Sidodadi cocoa farmer group in Gumawang, 92% farmers understand the benefits of vermicomost, 92% farmers to be able to make vermicompost using cocoa pod waste and farmers use the vermicompost as organic fertilizer in the community cocoa small holder plantation. The vermicompost training program was able to have an impact on the Sidodadi farmer group in the form of knowledge about vermicompost using cocoa pods, and farmers using vermicompost as organic fertilizer to improve the soil structure of Latosol plantation

    Study on Oil Palm Fresh Fruit Bunch Bruise in Harvesting and Transportation to Quality

    No full text
    There are losses of production due to oil palm field’s material handling. Activities that may raise the losses are harvesting and transportation, which may cause bruise and damage to fruit. This research was aimed to learn the bruise of fresh fruit bunch (FFB) phenomenon in harvesting and transportation. Methodused in this research was measuring the bruise area resulted by FFB falling when harvested, loading (throwing up) FFB to truck bin, and transporting using truck. These data, coupled with weight of bruised fruit, were calculated to get FFB bruise index. EachFFB bruise index is related to potential free fatty acid (FFA) value. FFA is one of important quality indicator of crude palm oil. The harvesting was conducted at mineral land and peat land, and the loading and transportation was conducted using wooden board truck and dump (iron board) truck. There was a difference between bruise index and FFA ofFFB fall on mineral and on peat land. FFA of mineral land harvesting was 2.19% while of peat land was 1.27%. It was obvious that fruit quality degradation was higher when FFB positioned at the bottom of bin truck layer rather than at the top. FFA of truck bin bottom layer was 2.79% while of top layerwas 0.64%. It was found that there was a cumulative bruise on FFB within material handling, start from harvesting, loading up to truck bin, and transporting from field to loading ramp
    corecore