10 research outputs found

    APLIKASI SANITASI BERWAWASAN LINGKUNGAN SEBAGAI RENEWABLE GROUNDWATER UNTUK MEMBENTUK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

    Get PDF
    Penduduk Desa Sukamantri Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya, buruh tani 2.260 orang dan tidak/belum bekerja 1.572 orang artinya 3.832 orang atau 73,81% penduduk Desa Sukamantri berpenghasilan di bawah UMK Kabupaten Tasikmalaya (Tahun 2016 Rp. 1.632.360). Kondisi ini berpengaruh pada pendidikan dan pengetahuan tentang sanitasi yang berwawasan lingkungan yang berujung pada rendahnya perilaku hidup dan sehat. Penggunaan jamban yang tidak sehat, septic tank yang dekat dengan sumur, kandang hewan di samping rumah merupakan perilaku yang jumpai pada masyarakat di Desa Sukamantri. Hasil analisis situasi di Desa Sukamantri Kecamatan Ciawi ditemukan prioritas masalah adalah ketidaktahuan masyarakat tentang teknik sanitasi untuk renewable ground water dan rendahnya pengetahuan tentang PHBS. Pengabdian Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam melakukan pengelolaan sanitasi yang berwawasan lingkungan sebagai upaya meningkatkan renewable groundwater yang berdampak pada peningkatan prilaku hidup bersih dan sehat. Sasaran kegiatan Pengabdian ITGbM ini adalah anggota lembaga dan aparat pemerintah desa, perwakilan dasawisma dan kader pos yandu yang berjumlah 67 orang. Kegiatan yang dilaksanakan berupa penyuluhan serta pelatihan pengelolaan sanitasi berwawasan lingkungan (sanitary engennering) dan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Target dan luaran pengabdian Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat ini adalah terkelola dan tersedianya air bersih dari renewable groundwater sebagai hasil pengelolaan sanitasi yang berwawasan lingkungan sehingga meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

    PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SERTA SANITASI BERWAWASAN LINGKUNGAN PARA SANTRI

    Get PDF
    Kabupaten Tasikmalaya dikenal dengan “Kota Santri” karena jumlah pesantren baik sebagai lembaga pendidikan non formal maupun formal cukup banyak, tersebar ke seluruh wilayah termasuk di Kecamatan Ciawi dan Pagerageung. Masalah kesehatan yang sering terjadi di pesantren adalah penyakit yang disebabkan oleh hyigienetas dan sanitasi lingkungan, seperti scabies, diare, dan ISPA. Rendahnya Prilaku Hidup Bersih dan Sehat para santri bisa disebabkan karena kurang pengetahuan tentang PHBS serta sarana dan prasarasa sanitasi yang buruk. Hasil analisis situasi di Pesantren Miftahul Huda 17 yang beralamat di Kecamatan Pagerageung dan Pesantren Darruzahra di Kecamatan Ciawi ditemukan prioritas masalah kesehatan disebabkan oleh masih rendahnya PHBS para santri dan sanitasi lingkungan pesantren yang kurang baik. Pengabdian Ipteks bagi Pesantren ini bertujuan untuk meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat para santri melalui pengelolaan sanitasi yang berwawasan lingkungan. Sasaran kegiatan Pengabdian IbP ini adalah seluruh santri yang mukim serta pengurus dan staff pengajar di Pesantren Miftahul Huda 17 dan Darruzahra sebanyak 199 orang. Kegiatan yang dilaksanakan berupa penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan penyuluhan serta pelatihan pengelolaan sanitasi berwawasan lingkungan (sanitary engennering)

    HUBUNGAN ANTARA POLA CURAH HUJAN DENGAN KEJADIAN DBD DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2006 - 2015 (Kajian Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan)

    Get PDF
    Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akut, bersifat endemik dan secara berkala dapat membawa Kejadian Luar Biasa (KLB). Pemanasan global dapat menyebabkan perubahan iklim, faktor perubahan iklim bisa menjadi salah satu faktor penyumbang penyebaran virus DBD secara luas. Beberapa faktor iklim yang mempengaruhi parasit dan vektor meliputi suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan kecepatan angin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola curah hujan (curah hujan dan hujan) dengan kejadian DBD di Kota Tasikmalaya 2006 - 2015. Penelitian ini bersifat retrospektif dan merupakan penelitian deskriptif. Data curah hujan dan jumlah hari hujan diambil dari rata-rata 6 data stasiun curah hujan, yaitu Cigede, Cimulu, Singaparna, Padawaras, dan Karangnunggal. Data kejadian demam berdarah bulanan pada tahun 2006 - 2015 diambil dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.  Curah hujan harian dan jumlah hari hujan di Kota Tasikmalaya tahun 2006 – 2015 menunjukkan angka yang relatif stabil. Curah hujan harian di Kota Tasikmalaya pada tahun 2006 – 2015 berada pada rentang 5,28 – 12,04 mm, sedangkan jumlah hari hujan ada pada rentang 10,39 – 15,95 hari. Pada tahun 2006 – 2008 menunjukkan adanya penurunan kasus tetapi melonjak pada tahun 2009 dan kasus tertinggi pada kurun waktu tersebut terjadi pada tahun 2010 sebanyak 91,33 kasus. Kasus DBD pada tahun 2011 menurun drastris tetapi kembali naik sampai tahun 2013 dan menurun kembali sampai tahun 2015. Curah hujan dan jumlah hari pada setiap tahun kecuali pada tahun 2010 (sig. 0,05) mempengaruhi insiden DBD di Kota Tasikmalaya (sig. 0,05). Curah hujan harian dan jumlah hari hujan mempengaruhi insiden DBD di Kota Tasikmalaya selama 10 tahun terakhir (2006 – 2015)

    FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS REMAJA (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun 2016)

    Get PDF
    Adanya kecenderungan meningkatnya kejadian berat badan lebih atau obesitas, di negara maju maupun negara sedang berkembang khususnya di kota besar, menunjukkan bahwa obesitas sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Bukti empirik menunjukkan bahwa obesitas menimbulkan resiko serius bagi kesehatan, baik anak maupun orang dewasa, yang perlu diantisipasi agar tidak mengganggu ketersediaan SDM Indonesia yang berkualitas di masa depan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan obesitas pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan kasus kontrol, dari populasi 368 mahasiswa dipilih 56 orang  mahasiswa berrisiko obesitas dan obesitas. Sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 112 orang. Faktor risko yang diteliti adalah jenis kelamin, asupan energi (Kal/hari), asupan protein (gram/hari) dan aktivitas fisik. Asupan energi dan protein diukur dengan menggunakan Food Frequency Semi Quantitative dan aktivitas fisik menggunakan Activity Recall 24 Hour. Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin bukan faktor risiko obesitas. Asupan energi merupakan faktor risiko obesitas dimana  asupan energi tinggi 7,471 kali berisiko obesitas dibandingkan dengan asupan rendah.  Asupan protein merupakan faktor risiko obesitas dimana  asupan protein tinggi 7,588 kali berisiko obesitas dibandingkan dengan asupan rendah. Aktivitas fisik rendah merupakan faktor risiko obesitas dimana  aktivitas fisik rendah 6,833 kali berisiko obesitas dibandingkan dengan aktivits fisik cukup. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar mahasiswa diberi penyuluhan tentang pola makan dan pola hidup sehat serta bahaya obesitas.Kata kunci : Obesitas, Asupan Energi, Aktivitas Fisik, Mahasiswa

    HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM, AKTIVITAS FISIK, PARITAS, INDEKS MASSA TUBUH DAN KEPADATAN TULANG PADA WANITA PASCAMENOPAUSE ASSOCIATION BETWEEN CALCIUM INTAKE, PHYSICAL ACTIVITY, PARITY, BODY MASS INDEX AND BONE DENSITY ON POSTMENOPAUSAL WOMEN

    Get PDF
    Latar Belakang : Osteoporosis pada wanita pascamenopause merupakan risiko dari menurunnya kepadatan tulang yang dapat disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium, aktivitas fisik, indeks massa tubuh dan besarnya paritas, selain karena disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen yang menyebabkan meningkatnya resorpsi tulang. Tujuan : Menjelaskan hubungan antara asupan kalsium, aktivitas fisik, paritas, indeks massa tubuh dengan kepadatan tulang pada wanita pascamenopause. Metode : Metode penelitian ini adalah survey dengan pendekatan crosssectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik nonprobabilitas sampel kuota sebanyak 97 orang. Data yang diteliti meliputi asupan kalsium aktivitas fisik, paritas, indeks massa tubuh dan kepadatan tulang. Analisis korelasi bivariat ditentukan dengan dengan menggunakan uji Product Moment dari Pearson. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kepadatan tulang dianalisis dengan regresi linier ganda. Hasil : Sebanyak 50,52 % wanita pascamenopause masih beraktivitas fisik ringan dengan rata-rata 717 (±122,4) kkal/hari. Sebanyak 63,9 % wanita pascamenopause yang indeks massa tubuhnya normal dengan rata-rata 22,3 (± 3,42). Rata-rata asupan kalsium 783 (± 185,7) mg/hari, rata-rata paritas 3 (± 2) kali, dan rata-rata kepadatan tulang yang kecil yaitu 0,7 (± 0,15) g/cm2. Hasil penelitian menunjukkan kepadatan tulang 84,7 % disebabkan oleh asupan kalsium, aktivitas fisik dan paritas, sedangkan 15,3 % dapat dijelaskan oleh sebab lain, dengan model regresi : Kepadatan Tulang = 0,156 + 4,7.10-4 (asupan kalsium) + 3,1.10-4 (aktivitas fisik) - 1,5.10-2 (paritas). Kesimpulan : Terdapat hubungan positif antara asupan kalsium, aktivitas fisik, dan hubungan negatif antara paritas dan kepadatan tulang pada wanita pascamenopause. Background : Osteoporotic on postmenopause women are risk from bone density decrease because no adequate calcium intake, the low of physycal activity, too large parity, and the lom of Body Mass Index. The other risk factor of osteoporotic on postmenopause women is estrogen decrease. Objective : To explore the association of calcium intake, physycal activity, parity, BMI and bone density on postemenopausal women. Method : This cross sectional study was conducted in a survey method. Sample were taken by nonprobability quota. The total number of postmenopausal women involved in this research ware 97. Data on calcium intake were collected by interview using food frequency questionnaire, physical activity data were collected by asking daily activies questionnaire, parity data were collected by questionnaire. Data on bone density were collected by Quantitative Ultrasounds Bone Densitometry. Association between various variable : calcium intake, physycal activity, parity, BMI and bone density, ware analyzed using Pearson Bivariate Correlation Analysis. The impact of the those variables on bone density was further analyzed by Linear Regression Method. Result : 50,5 % of postmenopausal women has adequate physical activity with the average 717 (±122,4) Cal/day. 63,9 % of postmenopausal women has normal Body Mass Index with a mean 22,3 (± 3,41). The mean calcium intake was 783 (± 185,7) mg/day. The mean parity was 4 (± 2), and the mean bone density was 0,7 (± 0.15) g/cm2. The study shownd that 84,7 % bone density variation can be axplained by calcium intake, physycal activity, and parity. The final regression model was bone density = 0.156 + 4.7.10-4 (calcium intake) + 3,1.10-4 (physical activity) - 1,5.10-2 (parity). Conclusion : There was positif association between calcium intake, physycal activity, and negative questionnaire between parity and bone density on postmenopausal women

    CROISSANT SUBTITUSI TEPUNG KEDELAI TINGGI ENERGI DAN PROTEIN SEBAGAI ALTERNATIF SNACK UNTUK REMAJA AKHIR : ANALISIS DAYA TERIMA, KANDUNGAN ENERGI DAN PROTEIN

    No full text
    Peningkatan pertumbuhan fisik, perkembangan serta tingkat aktivitas tinggi yang dialami oleh remaja mengakibatkan kelompok tersebut menjadi kelompok rentan gizi. Pemenuhan kebutuhan gizi remaja menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi pada proses tubuh dan berkembang. Salah satu upaya untuk menambah pemenuhan gizi remaja adalah pemberian makanan padat gizi melalui makanan selingan. Makanan selingan kaya gizi dapat diperoleh dari pengembangan resep makanan berupa modifikasi bahan. Tepung kedelai berpotensi untuk mensubstitusi tepung terigu sebagai bahan pembuatan croissant, karena kandungan gizinya yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan daya terima serta kandungan energi dan protein pada croissant subtitusi tepung kedelai sebagai makanan selingan remaja akhir. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan. Daya terima dilakukan dengan uji organoleptik oleh 5 panelis terlatih dan 15 panelis tidak terlatih. Uji organoleptik meliputi penilaian warna, aroma, tekstur, dan rasa. Analisis statistik daya terima dilakukan menggunakan uji Kruskall wallis. Penentuan formula terpilih dilakukan berdasarkan nilai rata-rata tertinggi pada uji daya terima. Pengujian kandungan energi dan protein formula terpilih dilakukan di SIG Laboratory Bogor. Hasil daya terima croissant pada warna, aroma, tekstur, dan rasa menunjukan tidak ada perbedaan nyata (p>0.05) antara perlakuan. Formula F1 merupakan formula terpilih yang memiliki daya terima tertinggi. Kandungan energi 100 g F1 adalah 490,9 kkal dan protein sebanyak 9,375%. Satu sajian croissant F1 seberat 60 g mengandung energi 294,6 kkal; dan protein 5,6 g. Takaran saji yang dapat memenuhi kebutuhan makanan selingan bagi remaja akhir berdasarkan AKG usia 16-18 tahun adalah satu setengah saji

    Hubungan lama hemodialisis dengan nafsu makan dan status gizi pada pasien penyakit ginjal kronis

    No full text
    Background: Hemodialysis is an alternative therapy to replace kidney function for people with Chronic Kidney Disease (CKD). Proper dialysis procedures must be maintained to maintain nutritional balance. Failure in the dialysis procedure results in loss of nutrients in the dialysate, which can increase catabolism and acid reflux.Objectives: This study aims to analyze the relationship between the length of hemodialysis and appetite and the nutritional status of CKD patients receiving hemodialysis therapy twice a week at UPTDK RSUD Dr. Soekardjo City of Tasikmalaya in 2023.Methods: The research design used cross-sectional with consecutive sampling, namely as many as 69 CKD patients undergoing hemodialysis—statistical analysis using a chi-square test.Results: Most of the respondents (73,9%) had been on hemodialysis for a long time (≥24 months), most of the respondents (76,8%) had less appetite, and the majority of respondents (78,3%) were malnourished. The results of the correlation test showed that there was a relationship between the length of hemodialysis with appetite (p = 0,022 and OR = 4,3; 95% CI = 1,298-14,240) and nutritional status (p = 0,000 and OR = 11,5; 3, 103-42,621).Conclusion: Length of hemodialysis in patients with CKD has a significant relationship with appetite and nutritional status 
    corecore