32 research outputs found

    DESORPSI KADMIUM(II) YANG TERIKAT PADA BIOMASSA Azolla microphylla-SITRAT MENGGUNAKAN LARUTAN HCl

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian desorpsi kadmium(II) yang terikat pada biomassa Azzola microphylla diesterifikasi dengan asam sitrat telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi larutan HCl dan waktu kontak optimum desorpsi kadmium(II). Biomassa A. microphylla sebanyak 5 g dicampur dengan 50 mL larutan asam sitrat 0,8 M dilanjutkan dengan pemanasan selama 3,5 jam pada suhu 120o C. Adsorpsi dilakukan dengan cara mengocok suspensi 0,10 g biosorben dalam 25 mL larutan kadmium(II) 100 mg/L pH 6 selama 60 menit. Desorpsi dilakukan dengan cara mensuspensikan biosorben yang telah mengikat kadmium(II) ke dalam 25 ml larutan HCl dengan variasi konsentrasi 0,01 M; 0,05 M; 0,1 M, 0,5 M; 1,0 M dan dilanjutkan dengan variasi waktu kontak 30, 5, 60, 75, 90 menit menggunakan konsentrasi optimum larutan HCl. Penentuan Konsentrasi kadmium(II) menggunakan spektrofotometer serapan atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi HCl dan waktu kontak berpengaruh terhadap desorpsi kadmium(II) yang terikat oleh biomassa A. microphylla diesterifikasi dengan asam sitrat. Kondisi optimum desorpsi kadmium(II) terjadi pada penggunaan larutan HCl 0,5 M dan waktu kontak 60 menit dengan persentase desorpsi sebesar 97,10 %. Kata kunci : asam sitrat, Azzola microphylla, desorpsi, esterifikasi, kadmium(II

    ADSORPSI TEMBAGA(II) MENGGUNAKAN BIOMASSA Azolla microphylla DIESTERIFIKASI DENGAN ASAM SITRAT

    Get PDF
    The research about adsorption of copper(II) using Azolla microphylla biomass esterified with citric acid has been conducted. The aim of this research was to determine the optimum conditions of copper(II) adsorption by Azolla microphylla biomass esterified with citric acid and adsorption capacity of esterified biomass toward copper(II). Esterification of biomass was conducted by suspending 5 g of biomass in 50 mL of 0.8 M citric acid solution followed by drying the suspension in the oven at 60 oC. Then, the dried suspension was heated at 120 oC for 3.5 hours. Batch experiments were carried out using dry biomass of 120-150 mesh at various pH of 3; 4; 5; and 6, various contact time of 30; 45; 60; 75; 90; and 120 minutes, and various copper(II) concentration of 50; 75; 100; 125; 150 mg/L. The results showed that the optimum conditions for the adsorption of copper(II) by biomass Azolla microphylla esterified with citric acid occurred at pH 5 and contact time 60 minutes. According to the Langmuir adsorption isotherm equation, it was found that the adsorption capacity (Qmax) of esterified biomass (15.625 mg/g) was smaller than that of non-esterified biomass (24.390 mg/g). Keywords: Azolla microphylla, biosorption, citric acid, copper(II), esterification

    DEGRADASI METHYL ORANGE MENGGUNAKAN FOTOKATALIS TiO2-N : KAJIAN PENGARUH SINAR DAN KONSENTRASI TiO2-N

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui degradasi methyl orange menggunakan fotokatalis TiO2-N  dengan mempelajari pengaruh sinar UV dan sinar matahari serta variasi konsentrasi TiO2-N yang digunakan. Sintesis fotokatalis TiO2-N  dilakukan dengan perbandingan mol TiO2:urea 10:0,1 menggunakan metode sonikasi. Karakterisasi fotokatalis dilakukan dengan menggunakan UV-DRS. Untuk mengetahui pengaruh sinar, aktivitas fotokatalis TiO2-N  diuji menggunakan 25 mL larutan methyl orange 10 mg/L dengan TiO2-N sebesar 3,2 g/L pada kondisi gelap, di bawah sinar UV, dan di bawah sinar matahari. Variasi konsentrasi TiO2-N  yang digunakan sebesar 1,6; 3,2; 4,8; 6,4; dan 8,0 g/L pada penyinaran sinar UV  maupun sinar matahari selama 3 jam. Konsentrasi larutan methyl orange setelah penyinaran ditentukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 464,3 nm. Karakterisasi UV-DRS menghasilkan bahwa energi band gap dari TiO2-N  sebesar 3,34 eV. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa penyinaran dengan sinar matahari menghasilkan degradasi lebih besar daripada sinar UV. Berdasarkan hasil uji statistika, konsentrasi TiO2-N  yang paling optimum  untuk degradasi methyl orange adalah sebesar 3,2 g/L dengan persen degradasi sebesar 93,93%

    FOTODEGRADASI ZAT WARNA JINGGA METIL MENGGUNAKAN TIO2-ZEOLIT DENGAN PENAMBAHAN ANION ANORGANIK NO3-

    Get PDF
    Pengaruh NO3- pada proses degradasi larutan methyl orange dipelajari dengan metode fotokatalisis dilakukan dengan menambahkan TiO2-zeolit serta NO3-. Pengaruh nitrat terhadap konstanta laju dilakukan fotodegradasi methyl orange 15mg/L pada pH 2 sebanyak 25 mL dengan jumlah fotokatalis 50 mg dan  NO3- 0; 0,5; 1; 1,5 dan 2 M, dilakukan penyinaran selama 20, 40, 60, 80 dan 100 menit. Pengaruh jumlah fotokatalis dilakukan fotodegradasi methyl orange 15mg/L pada pH 2 sebanyak 25 mL dengan konsentrasi NO3- 2 M dan variasi jumlah fotokatalis 12,5; 25; 50 dan 75 mg dengan lama penyinaran 100 menit. Karakterisasi TiO2-zeolit dengan menggunakan XRD diperoleh jenis zeolit klipnotilolit dan mordenit, struktur TiO2 yaitu anatase. Berdasarkanpenelitian, penambahan NO3- pada 0,5 M dan 1 M mengakibatkan penurunan konstanta laju dan mengalami peningkatan dengan adanya NO3- 2 M. Degradasi methyl orange akan meningkat pada berbagai variasi konsentrasi NO3- dengan lama penyinaran hingga 100 menit. Penambahan jumlah TiO2-zeolit pada 25 mL methyl orange 15 mg/L meningkatkan degradasi zat warna namun tidak signifikan.Kata kunci: fotokatalis, konstanta laju, methyl orange, nitrat, zeoli

    PENGARUH pH DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian pengaruh pH dan lama kontak pada adsorpsi ion logam Cu2+ menggunakan kitin terikat silang glutaraldehid. Penelitian ini diawali dengan pembuatan kitin terikat silang glutaraldehid. Hasil pembuatan kitin terikat silang glutaraldehid diidentifikasi gugus fungsionalnya dengan FT-IR serta dihitung derajat deasetilasinya dan dilakukan SEM-EDX untuk mengetahui morfologi dari kitin terikat silang glutaraldehid. Penentuan kondisi pH dilakukan melalui variasi pH 2, 3, 4, 5, dan 6, dan lama kontak 20, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit. Nilai derajat deasetilasi kitin terikat silang glutaraldehid sebesar 11,85%. Hasil identifikasi dengan SEM-EDX menunjukkan bahwa morfologi kitin terikat silang glutaraldehid lebih tertata rapi dengan pengikat prosentase C dari 33% menjadi sebesar 50%. Kondisi optimum adsorpsi terjadi pada pH 4 dengan prosentase adsorpsi 66,24%, dan lama kontak terjadi pada menit ke-100 dengan prosentase adsorpsi 90,19%. Kata kunci : adsorpsi, Cu2+, derajat deasetilasi, kitin terikat silang glutaraldehi

    ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla microphylla-SITRAT: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT

    Get PDF
    Penelitian tentang desorpsi seng(II) dari biomassa Azolla microphylla diesterifikasi asam sitrat telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi optimum desorpsi seng(II) oleh biomassa Azolla microphylla diesterifikasi asam sitrat. Biomassa diesterifikasi dengan cara mencampurkan 5 g biomassa ke dalam 50 mL larutan asam sitrat 0,8 M dengan pemanasan 120°C selama 3,5 jam. Percobaan adsorpsi - desorpsi dilakukan menggunakan metode batch. Adsorpsi seng(II) 100 mg/L dilakukan pada pH 6 dengan waktu kontak 45 menit. Percobaan desorpsi dilakukan dengan cara mensuspensikan adsorben yang mengikat seng(II) ke dalam 25 mL larutan HNO3 dengan variasi konsentrasi 0,1; 0,5; 1,0; 1,5 dan 2,0 M dan variasi waktu kontak 30; 45; 60; 75 dan 90 menit. Konsentrasi seng(II) yang terdesorpsi ke dalam larutan pendesorpsi ditentukan menggunakan spektrofotometer serapan atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum desorpsi seng(II) terjadi pada penggunaan larutan HNO3 1,0 M dan waktu kontak 60 menit memberikan persen desorpsi sebesar 93,62 %

    UPAYA PENUMBUHAN KRISTAL TUNGGAL KROMIUM(III) ASETILASETON DENGAN METODE GEL METASILIKAT

    Get PDF
    Metoda gel merupakan salah satu metoda penumbuhan kristal tunggal garam sederhana maupun garam kompleks yang telah banyak dikembangkan. Upaya penumbuhan kristal tunggal kromium(III)-asetilaseton dalam gel metasilikat telah dilakukan dengan metoda tabung gelas tunggal dengan variasi pH gel metasilikat 5,0; 5,5 dan 6,0 dan rasio mol kromium(III):asetiaseton adalah 1:3. Sintesis dilakukan dengan menambahkan larutan supernatan CrCl3 dengan variasi konsentrasi 0,5 dan 0,75M ke atas gel metasilikat yang sebelumnya telah ditambahkan dengan asetilaseton. Reaksi dilakukan pada suhu kamar selama 28 hari. Karakterisasi tahap awal dilakukan dengan metoda spektrofotometri inframerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 28 haritidak terdapat kristal tunggal yang tumbuh dalam gel metasilikat pada setiap variasi pH dan konsentrasi supernatan. Diperkirakan dengan penambahan waktu tumbuh yang lebih lama, kristal yang diinginkan akan tumbuh di dalam gel. Kata kunci: kristal tunggal, gel metasilikat, kromium(III), asetilaseto

    Synthesis and Structure of 2D Cobalt(II)-tartrate Hydrate Coordination Polymers Crystallised from Aqueous Solution

    Get PDF
    Cobalt(II)-tartrate hydrate coordination polymer is successfully crystallisedfrom aqueous solution at room temperature. Unlike previous methods, diammonium tartrate was used and reacted directly with an aqueous solution of cobalt(II). Single crystal X-ray and ATR-IR analyses were performed toward the synthesized crystal. The crystal structure displaysa (6,3) 2D sheet which then grow into a 3D hydrogen-bonded network. Tetra- and hexa-dentate dianionic tartaric ligands are observed in the crystal structure, in which the hexadentate ligand connects four different cobalt centres. This method is considered feasible, affordable, and simple for the production of functional polymeric cobalt(II)-tartrate hydrate. Copyright © 2018 BCREC Group. All rights reserved Received: 17th July 2017; Revised: 30th October 2017; Accepted: 30th October 2017; Available online:   11st June 2018; Published regularly: 1st August 2018 How to Cite: Khunur, M.M., Prananto, Y.P. (2018). Synthesis and Structure of 2D Cobalt(II)-tartrate Hydrate Coordination Polymers Crystallised from Aqueous Solution. Bulletin of Chemical Reaction Engineering & Catalysis, 13 (2): 213-219 (doi:10.9767/bcrec.13.2.1342.213-219

    PENGARUH PH PADA REDUKSI AU(III) MENJADI AU DALAM GEL METASILIKAT

    Get PDF
    Kristal tunggal emas dapat disintesis dengan metode gel metasilikat. Gel metasilikat memiliki beberapa kelebihan yaitu sederhana, mudah dilakukan pada suhu kamar dan memiliki kristalinitas yang lebih baik dibandingkan gel lainnya seperti agar, gelatin, lempung dan poliakrilamida. Kristalinitas gel metasilikat memiliki struktur tautan silang (Si-O-Si) yang mampu membentuk polimer dan memiliki rongga-rongga pada gel sebagai ruang yang kondusif untuk pertumbuhan kristal. Penelitian ini dilakukan untuk mensintesis kristal tunggal emas dalam gel metasilikat dan mengetahui pengaruh pH awal larutan gel terhadap kristal hasil sintesis. Hasil sintesis menunjukkan bahwa semakin tinggi pH larutan awal pembentukan gel, semakin besar massa kristal yang diperoleh. pH optimum larutan awal pembentukan gel adalah 5,5 dan efisiensi massa kristal hasil sintesis sebesar 29,78%.Kata kunci: gel metasilikat, kristal tunggal emas, p

    STUDI AWAL SINTESIS KRISTAL TUNGGAL Fe(III)-TARTRAT DARI Fe2O3 DALAM GEL METASILIKAT

    Get PDF
    Kristal tunggal logam tartrat telah banyak disintesis dalam gel metasilikat dan menunjukkan berbagai sifat menarik seperti feroelektrik, dielektrik, piezoelektrik, dan karakteristik optik non-linier, namun untuk logam bervalensi tiga seperti Fe(III) belum banyak dilaporkan  Sintesis kristal tunggal Fe(III)-tartrat dari Fe2O3 dalam gel metasilikat yang dilakukan dengan metoda tabung gelas tunggal dengan variasi pH 3,0; 3,5; 4,0; dan 4,5 Sedangkan karakterisasi kristal hasil sintesis dilakukan dengan spektrofotmetri IR dan XRD. Sintesis dilakukan pada suhu kamar selama 15 hari dengan cara menambahkan larutan supernatan Fe2(SO4)3 yang dibuat dengan mereaksikan Fe2O3 dan H2SO4 ke atas gel metasilikat yang sebelumnya telah ditambahkan dengan larutan asam tartrat. Hasil penelitian menujukkan bahwa kristal tunggal Fe(III)-tartrat dalam gel metasilikat diperoleh pH optimum 3,5 dan rendemen 15,44%. Karakterisasi dengan spektrofotometri IR dan XRD mengindikasikan bahwa kristal hasil sintesis mengandung gugus tartrat. Kata kunci: Fe(III), Tartrat, Gel metasilikat, Kristal tunggal
    corecore