12 research outputs found

    Biodiversitas Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di Kampus Universitas Sam Ratulangi

    Full text link
    Burung merupakan salah satu hewan yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan manusia sejak dahulu kala. Fungsi ekologis burung yaitu sebagai penyebar biji dan penyerbuk alami. Burung juga dimanfaatkan manusia sebagai bahan makanan serta sebagai hewan peliharaan, bahkan burung juga turut berperan dalam berbagai budaya masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat biodiversitas burung di daerah Kampus Universitas Sam Ratulangi Manado berdasarkan nilai indeks Shannon-Wiener. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang dilaksanakan pada bulan Desember 2016-Maret 2017. Berdasarkan hasil penelitian terdapat sembilan jenis yang ditemukan yaitu, Butorides striatus, Collocalia esculenta, Passer montanus, Pycnonotus aurigaster, Geopelia striata, Gallirallus torquatus, Hirundo tahitica, Nectarinia jugularis, dan Halcyon chloris. Burung yang paling banyak ditemukan adalah Collocalia esculenta dan yang paling sedikit adalah Butorides striatus. Indeks keanekaragaman dari burung yang diamati termasuk dalam kategori sedang melimpah yaitu, 1,638.Bird is one of the animals that has a closed relationship with human life since a long time ago. The ecological functions of birds are as natural seed dispersers and pollinators. Birds are also used by humans as food material and as a pet, even birds also play a role in various cultures of society. This study aims to determine the level of bird biodiversity in the area of University of Sam Ratulangi Manado based on Shannon-Wiener index value. This study used purposive sampling method conducted in December 2016-March 2017. Based on the results of the study there were nine species found, namely Butorides striatus, Collocalia esculenta, Passer montanus, Pycnonotus aurigaster, Geopelia striata, Gallirallus torquatus, Hirundo tahitica, Nectarinia jugularis, and Halcyon chloris. The most bird that commonly found is Collocalia esculenta and the fewest is Butorides striatus. The index diversity value of birds is 1,638 that belongs to abundant category

    Komposisi Pakan Tikus Ekor Putih (Maxomys Hellwandii) Di Kandang

    Get PDF
    Tikus ekor putih (Maxomys hellwandii) adalah hewan endemik Sulawesi dengan status konsevasinya yaitu least concern yang keberadaannya masih kurang diperhatikan. Ancaman utama tikus ekor putih adalah perburuan untuk dijual penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis pakan tikus ekor putih dan porsinya. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang komposisi pakan tikus ekor putih sehingga dapat dimanfaatkan dalam upaya konservasi terutama dalam kegiatan penangkaran dengan upaya domestikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah ad libitum sampling dengan menghitung berat pakan yang dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis pakan tikus ekor putih terdiri dari: pepaya (51,3%), umbi singkong (15,7%), buah kelapa (15,6%), serangga (belalang) (13,9%), daun sirih (2,9%), kulit buah ketapang (0,4%), buah sirih (0,2%), buah beringin (0,1%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tikus ekor putih mengonsumsi buah pepaya lebih dari 50% dari total pakan dan tikus ekor putih bukan spesies herbivora sejati, tetapi cenderung omnivora

    Komposisi Pakan Tikus Ekor Putih (Maxomys Hellwandii) Di Kandang

    Full text link
    Tikus ekor putih (Maxomys hellwandii) adalah hewan endemik Sulawesi dengan status konsevasinya yaitu least concern yang keberadaannya masih kurang diperhatikan. Ancaman utama tikus ekor putih adalah perburuan untuk dijual penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis pakan tikus ekor putih dan porsinya. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang komposisi pakan tikus ekor putih sehingga dapat dimanfaatkan dalam upaya konservasi terutama dalam kegiatan penangkaran dengan upaya domestikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah ad libitum sampling dengan menghitung berat pakan yang dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis pakan tikus ekor putih terdiri dari: pepaya (51,3%), umbi singkong (15,7%), buah kelapa (15,6%), serangga (belalang) (13,9%), daun sirih (2,9%), kulit buah ketapang (0,4%), buah sirih (0,2%), buah beringin (0,1%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tikus ekor putih mengonsumsi buah pepaya lebih dari 50% dari total pakan dan tikus ekor putih bukan spesies herbivora sejati, tetapi cenderung omnivora

    Makrozoobentos Sebagai Indikator Biologis Dalam Menentukan Kualitas Air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara

    Get PDF
    Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologis dalam menentukan kualitas sungai karena hidupnya relatif diam di dasar sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian dilakukan pada musim panas yaitu bulan Mei sampai Juni 2015. Lokasi penelitian ditentukan dari bagian hulu, tengah dan hilir sungai dengan 3 ulangan di setiap lokasi. Kualitas air Sungai Suhuyon ditentukan berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos Shannon Wiener (H\u27) menurut kriteria Wilhm (1975). Makrozoobentos di Sungai Suhuyon terdiri dari 3 Filum, 4 Kelas, 10 Bangsa, 21 Suku dan 22 Marga. Kualitas air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara berdasarkan indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori tercemar sedang (H\u27=2,45).Macrozoobenthos can be used as a biological parameter in determining water quality of the river because they relatively stick on the riverbed. This study aims to determine water quality of Suhuyon river in North Sulawesi based on macrozoobenthos biodiversity index. The study was conducted during dry season, from May to June 2015. Three locations chosen for this study were the upstream, midstream and downstream part of the river, with 3 replications in each location. The quality of Suhuyon river was determined by Shannon Wiener biodiversity index (H\u27) of macrozoobenthos using classification of Wilhm (1975). Macrozoobenthos in Suhuyon river consisted of 3 Phylum, 4 Classes, 10 Orders, 21 Families and 22 Genus. Based on biodiversity index, water quality of Suhuyon River is categorized into moderately polluted (H\u27=2.45)

    Evaluasi Tatalaksana Pemeliharaan Dan Tingkah Laku Sosial Macaca Di Taman Marga Satwa Tandurusa Kecamatan Aertembaga Kota Bitung Sulawesi Utara

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemeliharaan, tingkah laku sosial afiliatif (grooming) dan agonistik. Data yang diambil bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi penurun tingkah laku sosial afiliatif dan agonistik terhadap M. nigra dan M. nigrescens yang berada dalam kandang di Taman Marga Satwa Tandurusa, Kecamatan Aertembaga Kota Bitung Sulawesi Utara. Angka tertinggi untuk tingkah laku sosial afiliatif terdapat pada kandang ke-2 yaitu berjumlah 65 kali grooming dan tingkah laku agonistik yang terendah atau nol (0) terdapat pada kandang ke-1. Perlu diperhatikan letak dan ukuran kandang, aktivitas makan, pola pemeliharaan, tingkah laku sosial grooming dan agonistik terhadap M. nigra dan M. nigrescens sebagai satwa endemik Sulawesi.This study was aimed to determine the pattern of maintenance, affiliative social behavior (grooming) and agonistic. The data taken was descriptive. The results showed that there has been a lowering of social affiliative behavior and agonistic against M. nigra and M. nigrescens caged at Tandurusa Wildlife Park, District Aertembaga, Bitung, North Sulawesi. The highest figure for affiliative social behavior (grooming) was found in cage 2, which was 65 times of grooming and the lowest or zero (0) agonistic behavior was found at cage 1. It is important to pay attention to the location and size of cages, feeding activity, patterns of care, grooming and social behavior agonistic against M. nigra and M. nigrescens as an endemic species in Sulawesi

    Keanekaragaman Lamun Di Pantai Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Manado

    Get PDF
    Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Penelitian ini dilaksanakan di pantai Tongkaina dengan menggunakan metode observasi lapangan pada purposive sampling dengan garis transek kuadrat. Analisis data meliputi perhitungan dengan rumus Krebs dan Fachrul, identifikasi jenis lamun dan penentuan indeks keanekaragaman menggunakan Shannon Wiener. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia dan Syringodium isoetifolium. Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah Halophila ovalis dan Holodule pinifolia. Jumlah individu yang ditemukan adalah 2993 individu. Nilai indeks keanekaragaman di pesisir Pantai Molas memperlihatkan bahwa di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang bila dibandingkan dengan 13 lokasi lainnya di Indonesia.Sea grasses are flowering plants that can grow well in shallow marine environments. This research was conducted in Tongkaina Beach using field observation, with purposive sampling using line transect squares. Data analysis was performed using the formula of Krebs and Fachrul. Identification of sea grass and determination of diversity index is done using Shannon Wiener. Results obtained in this research showed that there are seven types of sea grasses, namely Enhalus acaroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodecea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia, and Syringodium isoetifolium. Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have wide distribution because they can be found in all transect line at research site. Species that are rarely found are Halophila ovalis and Holodule pinifolia. Number of individual found was 2993. Value of diversity index at Tongkaina Beach showed that this area has moderate sea grass diversity compared to other 13 locations in Indonesia

    Keanekaragaman Echinodermata Di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara

    Full text link
    Keanekaragaman fauna banyak ditemukan di ekosistem pesisir. Salah satu Filum yang memiliki daya tarik tersendiri di lingkungan pesisir yaitu Echinodermata. Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara belum pernah ada penelitian Echinodermata sebelumnya. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Random Sampling dan metode kuadrat. Hasil Penelitian didapatkan 13 spesies Echinodermata yaitu kelas Asteroidea diwakili oleh Linckia laevigata, Protoreaster nodosus dan Nardoa tuberculata. Ophiomastix annulosa termasuk pada kelas Ophiuroidea. Kelas Echinoidea diwakili oleh Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Echinometra mathaei, Echinothrix diadema dan Echinothrix calamaris. Kelas Holothuroidea diwakili oleh Synapta maculata, Holothuria atra, Holothuria scabra dan Bohadschia marmmota. Indeks keanekaragaman Echinodermata sedang ditemukan pada habitat mangrove yaitu H\u27=1,21 dan habitat terumbu karang H\u27=1,97, sedangkan pada habitat padang lamun indeks keanekaragamannya rendah dengan H\u27=0,88.The animal diversity can be found in beach-side ecosystem. One of animal phylum wich has its own uniqueness is Echinoderms. According to the information and data, in Basaan Satu beach, Ratatotok district, North Sulawesi, there\u27s no research related to Echinoderms has been done there yet. Method used in sampling was Purposive Random Sampling and square method. In this research, 13 species of Echinoderms were found. They are Linckia laevigata, Protoreaster nodosus and Nardoa tuberculata from Asteroidea class. Ophiomastix annulosa from Ophiuroidea class. Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Echinometra mathaei, Echinothrix diadema and Echinothrix calamaris from Echinoidea class. Synapta maculata, Holothuria atra, Holothuria scabra and Bohadschia marmmota from Holothuroidea class. Diversity index of Echinoderms in mangrove habitat and coral habitat are moderate (H\u27=1,21 and H\u27=1,97, respectively), while in seagrass habitat it is low (H\u27=0,88)
    corecore