13 research outputs found

    ANALISIS KESESUAIAN LOKASI SERO APUNG DI PERAIRAN TELUK TANAH MERAH KABUPATEN JAYAPURA

    Get PDF
    Sampai saat ini belum dilakukan analisis kesesuaian lokasi untuk penempatan Sero Apung berdasarkan parameter biologi, fisika dan kimia perairan di Teluk Tanah Merah khusunya dan Perairan Kabupaten Jayapura pada umumnya. Tujuan dalam penelitian adalah untuk menentukan lokasi penempatan Sero Apung berdasarkan parameter biologi, fisika dan kimia perairan di Teluk Tanah Merah Jayapura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi pada lokasi-lokasi yang ditentukan secara purposif. Penentuan titik samping dengan bantuan survei lapangan dan wawancara dengan nelayan. Analisis data menggunakan skoring kesesuaian, dilakukan dengan cara menurunkan hasil skoring yang diperoleh kedalam model geo-statistik untuk mendapat model, yang didasari pada transfer data Geodetic/position (Degree, Minute, Second/DMS) sehingga mendapatkan nilai tunggal, dengan formula: Numeric Value (Lat ; Long) = Degree + {Minute + (Second/ 60} / 60. Hasil penelitian yang diperoleh skoring kesesuaian perairan berdasarkan paramater biologi, fisika dan kimia perairan diperoleh nilai rata-rata 85,33% dengan kisaran 66,67 – 100 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh memperlihatkan perairan Teluk Tanah Merah berada pada kelas yang sangat sesuai (S1) untuk lokasi penempatan Sero Apung. Sedangkan zona pengembangan lokasi penempatan Sero Apung berada pada koordinat 02'26, 081 LS dan 140'21, 448 BT (titik 6) 02'125, 889 LS dan 140'21, 298 BT (titik 5). Kata Kunci : Kesesuaian Perairan, Sero Apung, Teluk Tanah Mera

    Tutupan Terumbu Karang di Perairan Teluk Tanah Merah, Kabupaten Jayapura

    Get PDF
    Terumbu karang memiliki fungsi, peranan dan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Secara ekologi terumbu karang bermanfaat sebagai sumber makanan, habitat, tempat berkembang biak dan tempat hidup bagi berbagai oarganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lifeform tutupan karang, persentase terumbu karang dan parameter fisik-kimia perairan Teluk Tanah Merah Distrik Depapre. Pengambilan data selama 7 bulan dari bulan Oktober 2017 sampai April 2018.  Metode pengamatan terumbu karang yang digunakan adalah observasi dan Point Intercept Transect (PIT) pada kedalaman 3 m dan 10 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 tipe lifeform karang Acropora di perairan Teluk Tanah Merah yaitu Acropora encrusting (ACE), Acropora submassive (ACS), Acropora digitate (ACD), Acropora branching (ACB,) dan Acropora tabulate (ACT), serta 9 jenis non-Acropora yaitu Coral branching (CB), Coral massive (CM), Coral submassive (CS), Coral encrusting (CE), Coral foliose (CF), Coral mushroom (CMR), Heliopora (CHL), Tubipora (CTU), dan Millepora (CME). Rentang tutupan terumbu karang hidup berkisar antara 42,00% sampai 56,67% di kedalaman 3 m dan berkisar antara 39,33% sampai 62,67% di kedalaman 10 m.Kata Kunci: Acropora; Non-Acropora; Tutupan karang hidup; Point Intercept Transect; Teluk Tanah Mera

    PERMASALAHAN PENGELOLAHAN PERIKANAN TUNA BERKELANJUTAN DI PERAIRAN PESISIR UTARA PROVINSI PAPUA

    Get PDF
    ABSTRAK   Pesisir utara Papua (WPP 717) merupakan zona penangkapan berbagai jenis ikan pelagis, termasuk ikan tuna. Saat ini ikan tuna menyumbangkan 5% dari total produksi perikanan Papua per tahun. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan potensi kekayaan sumber daya perikanan Provinsi Papua, mengindikasikan terdapat permasalahan dalam pengelolahan Sumber Daya Perikanan Tuna (SDPT). Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu (8-29 November 2014), di PPI dan TPI Hamadi, Jayapura. Menggunakan metode observasi, studi kepustakaan, dan analisis kualitatif. Terdapat 8 spesies ikan tuna famili Scombridae di Papua, terdiri dari 5 spesies tuna besar dan 3 spesies tuna kecil. Produksi perikanan Provinsi Papua dalam 4 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang tidak signifikan, dengan rata-rata pertumbuhan produksi dalam tahun 2011-2013 yaitu 5,5%. Tahun 2012 hasil tangkapan ikan pelagis besar mencapai 43.446,00 ton, dimana 24.492 ton merupakan komoditi ikan tuna, dan hanya 13.579,80 ton yang berasal dari kawasan perairan utara Papua (Perairan Nabire, Jayapura, Sarmi, Waropen, dan Supiori), jumlah ini terlalu kecil. Kondisi ini mengindikasikan terdapat Permasalahan Penangkapan dan Pengolahan Perikanan Tuna Papua (P4TP),  yaitu (1) Maraknya illegal fishing dan illegal trans-shiping, (2) Kapasitas dan kapabilitas SDPT belum memadai, (3) Penanganan mutu ikan tuna segar dan produk olahan yang belum sesuai Standart Operasional Prosedur (4) Tata niaga pemasaran yang belum efektif dan terintegrasi lintas sektor yang masih berorientasi pada pasar lokal (5) Data statistic SDPT yang belum optimal dan memadai. Penanggulangan P4TP harus senergikan dengan program prioritas pembangunan perikanan Papua, lebih khusus untuk pengelolaan perikanan tuna yang berkelanjutan di Papua dengan melaksanakan 8 rekomendasi P4TP.     Kata kunci: Permasalahan, Perikanan, Tuna, Papu

    ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN DAN KONDISI EKOLOGI EKOSISTEM MANGROVE MIMIKA PAPUA

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status kerusakan dan kondisi ekosistem mangrove di Kabupaten Mimika. Pengambilan data dilakukan tanggal 13- 21 Oktober 2015, pada 6 stasiun di Pesisir Selatan Mimika yakni (1) Stasiun Manasari, (2) St. Kampung Atakwa, (3) St. Kampung Atukwa, (4) St. Kakonau, (5) St. Kampus Biru, dan (6) St. Pomako. Menggunakan transek garis dan petak contoh yang dibuat tegak lurus garis pantai di daerah intertidal. Data dianalisis menggunakan Indeks Nilai Penting dan Uji Kriteria Kerusakan berdasarkan kepadatan vegetasi. Penelitian ini menemukan Kabupaten Mimika memiliki status ekosistem mangrove yang baik-sangat baik, namun dibeberapa lokasi terdapat kerusakan yang menyebabkan kerapatan menjadi rendah.Kata Kunci: Kerusakan, Ekologi, Mangrove, Mimika, Papu

    PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN IKAN ASAP PADA NELAYAN DI KELURAHAN HAMADI KOTA JAYAPURA

    Get PDF
    Fish fumigation is one method of fish processing that combines the process of salting, heating and adhering to the chemical components of smoke. Fish fumigation is intended for preservation, but this role has now shifted towards flavor formation, the distinctive color and aroma of smoked fish. Fishermen in Hamadi Village, Jayapura City have been doing of smoked fish for a long time, now it is a main business for every family. But so far the production of processed fish is mostly traditional processing, so it has not considered health and food safety factors such as negative impacts on the environment, as well as consumer concerns about carcinogenic compounds and air pollution. The Training of Technology Utilization use smoking cabinet as an alternative method of fish fuming, it is cheap and easy to apply and environmentally friendly. The methods was following,  the observation, Interviews, Counseling and Training. Activities were carried out in July - August 2018. The results of the activities were obtained, 86% said they had never participated in the activity, while 14% had already followed. After the activities were carried out 57% said they were very satisfied, 43% said they were satisfied.Keywords: Smoking Cabinet, Fish, Society, Jayapur

    DISTRIBUSI KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN PESISIR YAPEN TIMUR, PAPUA

    Get PDF
    Perairan Pesisir Yapen Timur merupakan tipe perairan terbuka, berhubungan dengan samudera Pasifik, memiliki tingkat keanekaragaman zooplankton yang sangat tinggi dan terletak di Pesisir Utara Papua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi kelimpahan dan keanekaragaman zooplankton di Perairan Pesisir Yapen Timur. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Hasil ditemukan komposisi zooplankton terdiri 6 kelas dan 34 spesies, tertinggi ditemukan oleh Crustaceae yaitu 28 spesies, dan terendah ditemukan oleh Ubur-ubur Rotifers, Dictyocysta, Polyhymenophorea dan Monogononta yaitu 1 spesies.  Kelimpahan zooplankton 856.689 ind/m³, kelimpahan tertinggi di titik 11 yaitu 82,166 ind/m³ dan terendah di titik 8 yaitu 31,210 ind/m³. Rata-rata keanekaragaman tergologn tinggi yaitu 3,35, keseragaman tergolong merata yaitu 0,88 dan dominansi tergolong rendah yaitu 0,05

    Estimation of Rhizophora mucronata carbon stock in Youtefa bay, Jayapura, Papua

    Get PDF
    Papua island has the largest mangrove forest area in Indonesia, reaching 1,350,600.00 Ha which accounts for half of the entire area of mangrove forests in Indonesia. One of the locations with a fairly extensive mangrove forest in the Jayapura area is in Youtefa Bay. Although mangroves have large environmental potential, local people use the forest as building materials, food, fishing tools, and medicines. Mangrove forests have an active role in maintaining global climate stability in the world, forest vegetation will fix CO2 through the process of photosynthesis. Mangrove forests per hectare can store up to four times more carbon than other tropical forests worldwide. This research aims to estimate the amount of carbon stock Rhizophora mucronata can store in mangrove forests in Youtefa Bay, particulary in Tobati, Enggros and Entrop Villages, Jayapura, Papua. The method used in this study was using Allometric Equations to estimate the biomass carbon from Rhizophora mucronata and compared to three different satellite imagery algorithms. The research results showed that the biomass of Rhizophora mucronata stands in Entrop Village was the highest and the lowest in Enggros Village. In addition, the results of measurements of carbon stocks in Tobati and Enggros Villages showed that the values were similar, only 0.23 kgC/m2 with carbon stocks in Entrop Village reaching 19.46 kgC/m2. Based on the results of measuring satellite imagery with three different algorithms, it was found that using the EVI algorithm produced the smallest Standard Error of Estimate, which was 1.63 kg C/m2. The estimated total carbon in Youtefa Bay is 213,424.69 kg C/m2. Keywords: Allometric Carbon Stock Rhizophora mucronata Youtefa Ba

    An annotated bird checklist for Gam island, Raja Ampat, including field notes on species monitoring and conservation

    Get PDF
    Species checklists are a fundamental component of biodiversity research. They foster understanding of species distributions and habitat preferences, thus reducing gaps of knowledge in geographical occurrences of species. Especially in light of the limited availability of data on species distributions for Tanah Papua, an increasing scientific focus on the region is crucial to foster and refine the knowledge of species occurrences and to inform potential conservation planning. Despite a strong focus on conservation of Raja Ampat´s marine areas, surprisingly few studies have focused on the terrestrial biodiversity of the archipelago. As a consequence, detailed species checklists are largely missing. Here, we provide a preliminary bird species checklist for the island of Gam and its surrounding islands, located in the central Raja Ampat archipelago. During nine sampling periods between 2013 and 2019, we recorded 132 bird species in six distinct habitat types. Of the detected species, six are considered threatened by IUCN Red List criteria. We further recorded three new species for Gam Island, thereby expanding their known extent of occurrence

    PENERAPAN PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN DI HOLTE CAMP KOTA JAYAPURA

    Get PDF
    Ekosistem mangrove Teluk Youtefa memiliki peranan yang sangat vital terhadap kelangsungan hidup penduduk Kota Jayapura, teristimewa masyarakat pesisir yang bermukim di sepanjang garis pantai teluk ini. Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu bentuk kepedulian kampus untuk mendukung pemerintah dalam upaya pelesteraian ekosistem mangrove Holte Camp. Kegiatan ini dilakukan dengan metode: 1). Observasi lokasi; 2). Diskusi Kelompok Terpadu (DKP); 3). Penyuluhan Perikanan Peduli Ekositem Mangrove Berkelanjutan; 4). Evaluasi Kegiatan. Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 9 September 2017 di Kantor Desa Holte Camp dengan jumlah peserta sebanyak 22 orang. Hasil kegiatan diskusi perencanaan pengelolaan ekosistem mangrove, dari 59,1% masyarakat yang paham pengelolaan ekosistem mangrove kemudian meningkat menjadi 86,4% setelah mengikuti kegiatan. Dari 77,2% peserta berkomitmen akan merencanakan pengelolaan ekosistem mangrove di pantai Holte Camp dan akan membantu orang lain dalam menyebarluaskan informasi penting ini. Pemerintah dan masyarakat Holte Kamp telah bersepakat dan membentuk organisasi konservasi mangrove.Kata kunci: Ekosistem mangrove, Teluk Youtefa, Hate Camp.

    STUDI KARAKTERISTIK PASANG SURUT PERAIRAN LAUT MIMIKA, PROVINSI PAPUA

    Get PDF
    Salah satu karakteristik perairan Mimika adalah banyaknya sungai-sungai besar yang bermuara di wilayah perairan Mimika yang mempengaruhi berbagai aktivitas, salah satunya adalah aktivitas transportasi kapal berukuran besar yang akan masuk dan keluar di pelabuhan Poumako dan Port Site-Freeport harus melalui sungai dan sangat bergantung pada proses pasang surut air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji karakteristik pasang surut di perairan Mimika, Provinsi Papua. Data yang digunakan adalah data pasang surut selama 29 hari dengan interval pengamatan 1 jam. Penentuan tipe pasang surut dan tinggi muka air rata-rata dengan menggunakan metode Least-Squares. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa tipe pasang surut di perairan Mimika adalah pasang surut campuran condong ke harian tunggal dengan bilangan Formzahl 2,9498. Hal ini berarti bahwa pada perairan Mimika dalam sehari terjadi satu kali atau dua kali pasang dengan interval tinggi air laut yang berbeda. Adapun nilai komponen-komponen elevasi muka air pada periode pengamatan yang meliputi HHWL (4,3153 m), MHWL (2,4476 m), MSL (1,7996 m), MLWL (0,9938 m), dan LLWL (0,3102 m).Kata Kunci: Metode Least-Squares, Formzahl, pasang surut, Perairan Mimika
    corecore