45 research outputs found

    Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Produktivitas Kerja Pemetik Teh di Kabupaten Kepahiang Bengkulu pada Masa Pandemi Covid-19: Food Consumption, Physical Activity, Nutritional Status and Work Productivity of Tea Pickers at Kepahiang Regency, Bengkulu, Indonesia during Covid-19 Pandemic

    Get PDF
    Pandemi Covid-19 berdampak pada aktivitas masyarakat karena pembatasan sosial, begitu juga kegiatan para pekerja. Himbauan untuk tetap di rumah menyebabkan perubahan kebiasaan sehari–hari, pola makan dan tingkat aktivitas fisik (Ardella 2020). Kebutuhan gizi seharusnya dipenuhi setiap tenaga kerja untuk meningkatkan kesehatan dan mengoptimalkan produktivitas kerja (Sari dan Muniroh 2017). Penelitian ini bertujuan menganalisis konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi, dan produktivitas kerja pemetik teh di PT SMM Kabawetan Kepahiang. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dan sampel 100 orang. Data karakteristik subjek dikumpulkan dengan cara wawancara, data kebiasaan konsumsi, jenis dan jumlah konsumsi pangan wawancara menggunakan kuesioner semi quantitative food frequency dan Food recall 24 jam. Data aktivitas wawancara menggunakan kuesioner recall aktivitas 24 jam. Sebagian dari contoh (57%) dewasa madya. Pendapatan per kapita 90% tidak miskin. Jenis pangan paling sering dikonsumsi kelompok serelia, pangan hewani, sayuran dan buah adalah beras (21 kali seminggu); telur (2-3 kali seminggu); kangkung, wortel, labu siam dan kol (1-2 kali setiap minggu); pisang dan pepaya (1-2 kali per minggu). Sebagian besar contoh memiliki status gizi normal (62%), tingkat aktivitas fisik sedang (84%). Tingkat konsumsi protein dan tingkat aktivitas fisik berkorelasi signifikan dengan status gizi (p<0,05) status gizi berkorelasi signifikan dengan produktivitas kerja (p<0,05).This study was aimed to analyze food consumption, physical activity, nutritional status, and work productivity of tea pickers at PT SMM Kepahiang Regency, Bengkulu Province, Indonesia during Covid-19 Pandemic. Cross sectional study design was applied, and 100 tea pickers were participated. The tea pickers and their family characteristics data was collected by in-person interviews. The physical activity data was collected by 24-hours activities recall questionnaire; food consumption (food habits, types, and amounts) data was collected by semi quantitative food frequency questionnaires and 24-hour food recalls method; meanwhile work productivity was determined by tea pickers’ income. The majority of the sample (57%) was intermediate adulthood, and ≥90% tea pickers were categorized as not poor. The types of serelia, animal food, vegetable and fruit that most commonly consumed were rice (21 times a week); eggs (2-3 times a week); kale, carrots, pumpkin and cabbage (1-2 times each week);bananasand papayas (1-2 times per week), respectively. Most of tea pickers had normal nutritional status (62%); moderate category of physical activity levels (84%) and moderate category of work productivity (80%). The protein consumption level and physical activity level were correlated significantly with nutritional status (p<0.05), meanwhile nutritional status was significantly correlated with work productivity (p<0.05).   Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi, dan produktivitas kerja pemetik teh di PT SMM Kabupaten Kepahiang pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan sampel berjumlah 100 orang. Data karakteristik subjek dikumpulkan dengan cara wawancara, data aktivitas fisik wawancara dengan kuesioner recall aktivitas 24 jam, data konsumsi makan (kebiasaan makan, jenis dan jumlah) dikumpulkan menggunakan kuesioner semi quantitative food frequency, Food recall 24 jam, sedangkan data produktivitas kerja didapat dari data pendapatan pemetik teh. Sebagian dari subjek (57%) dewasa madya. Pendapatan per kapita ≥90% tidak miskin. Jenis pangan paling sering dikonsumsi kelompok serelia, pangan hewani, sayuran dan buah adalah beras (21 kali seminggu); telur (2-3 kali seminggu); kangkung, wortel, labu siam dan kol (1-2 kali setiap minggu); pisang dan pepaya (1-2 kali per minggu). Sebagian besar subjek memiliki status gizi normal (62%), tingkat aktivitas fisik sedang (84%) dan produktivitas kerja sedang (80%). Tingkat konsumsi protein dan tingkat aktivitas fisik berkorelasi signifikan dengan status gizi (p<0,05); sementara status gizi berkorelasi signifikan dengan produktivitas kerja (p<0,05)

    Toksisitas Perkembangan Ekstrak Daun Torbangun: Pengaruhnya terhadap Persentase Kematian dan Keterlambatan Osifikasi Fetus Mencit

    Get PDF
    Daun torbangun (Coleus amboinicus Lour.) memiliki berbagai manfaat dalam meningkatkan kesehatan manusia, namun belum terdapat penelitian yang memberikan informasi mengenai keamanan penggunaan daun torbangun pada masa kehamilan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh pemberian ekstrak daun torbangun pada masa kebuntingan mencit terhadap perkembangan fetus yang digambarkan dengan kematian sebelum dan setelah implantasi, serta keterlambatan osifikasi rangka pada fetus mencit. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor mencit betina bunting yang diberikan ekstrak daun torbangun dari hari pertama hingga hari ke-18 kebuntingan. Dosis yang diberikan adalah sebanyak 0; 0.56; 1.68; dan 3.36 g/kg berat badan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak dengan dosis 3.36 g/kg BB menunjukkan perbedaan dalam peningkatan jumlah kematian sebelum dan setelah implantasi (P<0.05) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Pemberian ekstrak dengan dosis minimum 0.56 g/kg BB dapat menyebabkan keterlambatan osifikasi pada fetus. Persentase fetus dengan keterlambatan osifikasi meningkat seiring dengan penambahan dosis. Konsumsi ekstrak daun torbangun pada masa kehamilan perlu dihindari karena berpotensi menyebabkan efek samping berupa kematian dan keterlambatan osifikasi pada fetus

    KECUKUPAN VITAMIN A DAN PRAKTEK PEMBERIAN AIR SUSU IBU SERTA KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DAN MORBIDITAS BAYI

    Get PDF
    ABSTRACTThe study was aimed to analyze correlation of maternal vitamin A sufficiency, exclusive breastfeeding practices and basic immunization with infant morbidity. The cross sectional study was conducted in four village at Gurah Subdistrict, Kediri District and 31 subjects were included. The data of maternal’s food consumption, exclusive breastfeeding practices, basic immunization and infant morbidity were collected by interview and the infant nutritional status was collected by measuring body weight and length. Maternal vitamin A sufficiency were 58% sufficient and 42% insufficient. There was 68% of infants suffered of diseases, i.e. respiratory disease, fever, diarrhea. Higher maternal vitamin A sufficiency corellated with shorter period of infant’s illnesses. Meanwhile, exclusive breastfeeding practices associated with period and lower frequency of illnesses.Keywords: infant, infectious disease, lactating woman, morbidity, vitamin AABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan kecukupan vitamin A ibu, praktek pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kelengkapan imunisasi dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi usia 5-6 bulan. Penelitian cross sectional ini dilakukan di empat desa di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri dengan jumlah subjek 31 orang. Data diambil dengan pengukuran dan wawancara secara langsung. Data yang digunakan meliputi konsumsi pangan ibu, praktek pemberian ASI eksklusif, kelengkapan imunisasi dan morbiditas bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan vitamin A ibu termasuk dalam kategori cukup (58%) dan kurang (42%). Sebanyak 68% bayi pernah mengalami sakit selama satu bulan terakhir. Jenis penyakit yang diderita oleh bayi selama sebulan terakhir adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), demam, dan diare. Semakin baik kecukupan vitamin A ibu, maka periode lama sakit bayi cenderung semakin singkat. Sementara itu, praktek pemberian ASI eksklusif pada bayi cenderung menurunkan frekuensi sakit dan mempersingkat periode lama sakit bayi.Kata kunci: bayi, ibu menyusui, morbiditas, penyakit infeksi, vitamin

    AKTIVITAS FISIK, ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII BANDUNG, JAWA BARAT

    Get PDF
    Quality of human resources is very important to improve productivity. The worker productivity is correlated with nutritional status and health status. The objective of the research is to analyze physical activity, energy intake, nutritional status, of women workers at Tea Plantation PTPN VIII Bandung, West Java. The cross sectional design was used in this study to elaborate physical activity, nutritional status, and productivity of tea picker’s women. The criteria of study sample were tea picker’s women at cluster area of Malabar tea plantation of PTPN VIII Bandung, having infant and they were willing to be interviewed. The total number of 92 women sample was chosen randomly. Primary data consisted of physical activity recall (2x24 hours), food consumption recall (2x24 hours), anthropometry data (weight and height), and productivity (passage of tea sprout). Secondary data were included data of PT Perkebunan Nusantara VIII Bandung, West Java. The result showed that more than a half of samples having active or moderate physical activity level (PAL). The physical activity level of samples during work day (average PAL=1.87) was higher than holiday (average PAL=1.69) (p<0.05). The physical activity was related to energy expenditure. According to Schofield equation, energy expenditure of sample during workday (average=2362 kcal) was significantly higher (p<0.05) than day off (average=2134 kcal). This result is related to Oxford equation, energy expenditure of sample during workday (average=2223 kcal) was significantly higher than holiday (average=2011 kcal). The related factors of energy expenditure are body weight and age. Energy intake on workday and day off were respectively 2362 kcal and 2134 kcal. The average energy adequacy level during workday and day off according to Schofield and Oxford equation were not significantly different, respectively 97,2% and 103,3%. The majority of samples had normal nutritional status, and 30.4% of the sample was overweight. The energy adequacy level according to Schofield and Oxford equation are related to nutritional status of women workers. Keywords: physical activity, energy expenditure, nutritional status, plantation wome

    GAYA HIDUP DAN KEJADIAN SINDROM METABOLIK PADA KARYAWAN LAKI-LAKI BERSTATUS GIZI OBES DI PT. INDOCEMENT CITEUREUP

    Get PDF
    ABSTRACTThe objectives of this study were to analyze life style and incidence of metabolic syndrome among obese male employees in PT. Indocement Citeureup. The cross sectional design was applied with purposive sampling by involving 59 obese male employees met the inclusion criteria. There was 49.2% subject has metabolic syndrome whereas the highest prevalence was central obesity (96.6%), followed by hipertriglyceridemia (82.8%), low level of High Density Lipoprotein (HDL) (72.4%), fasting blood glucose (62.1%), and hypertension (55.2%). There was no significant difference prevalence of metabolic syndrome by age, history of obesity, smoking habits, excercise habits, physical activity, and eating behavior (p>0.05). High cigarettes smoking significantly correlated with lower diastole and greater abdominal circumference (p<0.05). Unhealthy eating behavior was significantly correlated with HDL cholesterol, while snacking behavior was correlated with fasting blood glucose (p<0.05).Keywords: life style, metabolic syndrome, obesityABSTRAKTujuan penelitian ini adalah menganalisis gaya hidup dan kejadian sindrom metabolik pada karyawan laki-laki berstatus gizi obes di PT. Indocement Citeureup. Desain penelitian adalah cross sectional dengan purposive sampling dan melibatkan 59 karyawan laki-laki obes yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Sebanyak 49,15% subjek mengalami sindrom metabolik dengan prevalensi penanda sindrom metabolik tertinggi adalah obesitas sentral (96,55%), diikuti oleh hipertrigliseridemia (82,76%), kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) rendah (72,41%), kadar glukosa darah puasa tinggi (62,07%) dan hipertensi (55,17%). Tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian sindrom metabolik menurut umur, riwayat kegemukan, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, tingkat aktivitas fisik maupun perilaku makan (p>0,05). Semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi berkorelasi signifikan dengan tekanan darah diastol yang rendah dan ukuran lingkar perut yang besar (p<0,05). Perilaku makan yang tidak sehat berkorelasi signifikan dengan rendahnya kadar kolesterol HDL, sedangkan perilaku konsumsi cemilan berkorelasi dengan tingginya kadar glukosa darah puasa (p<0,05).Kata kunci: gaya hidup, obesitas, sindrom metaboli

    Keragaman Konsumsi Pangan Dan Aktivitas Fisik Penderita Kista Serta Non-Kista Dengan Adanya Penyuluhan Gizi Dan Kesehatan Payudara

    Full text link
    Kebiasaan makan berhubungan dengan 4 dari 10 penyebab utama kematian di negara maju, seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), beberapa tipe kanker, stroke, dan diabetes tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi penyuluhan gizi dan kesehatan payudara terhadap keragaman konsumsi pangan dan aktivitas fisik responden penderita kista payudara dan bukan. Desain ekperimental yang digunakanone group pre-post test study. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit "Dharmais" pada bulan Juni 2009-Agustus 2009. Subjek penelitian terdiri dari 2 kelompok, yaitu 10 wanita non-kista dan 10 wanita kista. Penyuluhan gizi dan kesehatan payudara diberikan kepada responden sebanyak 3 kali secara periodik, yaitu minggu ke 0, 2 dan 4. Data keragaman konsumsi pangan dan aktivitas fisik dikumpulkan dengan wawancara langsung pada saat sebelum penyuluhan minggu ke 0 dan setelah penyuluhan minggu ke-4 menggunakan kuesionerFood recordselama 14 hari danactivity recordselama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan gizi dan kesehatan payudara tidak menyebabkan Perubahan keragaman konsumsi pangan dan aktivitas fisik yang nyata, tetapi ada kecenderungan penurunan konsumsifast fooddan peningkatan aktivitas fisik

    KAITAN ASUPAN VITAMIN A DENGAN PRODUKSI AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS

    Get PDF
    This study aimed to analyze association between intake of vitamin A with breast milk production of postpartum mothers. A cross sectional study of 30 postpartum mothers was conducted in Ciherang, Sukawening, Dramaga, Sinarsari, and Neglasari Villages, Subdistrict of Dramaga, District of Bogor, during April to May 2013. Vitamin A intake of postpartum mothers from food source of vitamin A was 565±351.40 RE while sufficiency level of vitamin A was 66.50±41.30%. Most of postpartum mothers perceived that their breast milk production for infants were fulfilled (80%). The results showed that vitamin A intake was significantly associated with breast milk production (p<0.05). As intake of vitamin A in postpartum mothers increased, breast milk production for infants would be fulfilled

    Polymorphism and Association of the Novel KCTD2 Gene with Flavor and Odor in Indonesian Local Sheeps

    Get PDF
    A candidate marker that influences the flavor and odor of Indonesian sheep that is the Potassium Channel Tetramerization Domain Containing 2 (KCTD2) gene. This study aims to examine the polymorphism and association between the KCTD2 gene and lamb flavor and odor in Indonesian local sheeps. This study used DNA taken from the longissimus dorsi (LD) muscle of 100 rams including 75 Javanese Thin-Tail sheep (JTTS), 10 Javanese Fat-Tail Sheep (JFTS), and 15 Jonggol Sheep (JS), with ranged in weight from 20 to 35 kg and were 10 to 12 months old. The PCR-RFLP technique and GLM test analysis were used to identify polymorphisms and association of KCTD2 gene. The restriction enzyme BafI digests the PCR-RFLP product of the KCTD2 gene. The results showed that the KCTD2 gene was polymorphic (CC and CT). KCTD2 gene analysis showed a significant (P<0.05) association with 3-Methylphenol (MP). This research provide information regarding the role of the KCTD2 gene in lamb flavor and odor, especially in 3-Methylphenol (MP) compounds, and explain KCTD2 as a functional gene in the selection of premium sheep with low flavor and odor in lamb meat
    corecore