22 research outputs found

    Pengolahan Citra Obyek dari Balik Penghambur dengan Metoda Optik (Tapis Ruang) dan Metoda Digital (âOr Minimumâ)

    Get PDF
     In this paper, optical and digital methods are combined to improve the quality of the image obtained through a scattering medium. The optical method, using simply an imaging positive lens and a small circular spatial filter, succeded in the first stage to form an observable image.Two criteria were adopted to evaluate the quality of the image in the optical method. The first is Peak Signal-to-Noise Ratio (PSNR), the second is the correlation coefficient between the original image and the processed scattered image. It was found that PSNR decreased at a larger diameter of the spatial filter. The optimum correlation coefficient (0.368) was found at a filter diameter of 1.6 mm.Next, the digital image processing was conducted using the assumption that the scattering medium always moved randomly. Involving different diameters of the spatial filter, the image was recorded with a CCD camera connected to a computer. For each diameter, the image was recorded many times, each time with a different position of the scattering medium. The images were then processed with the so-called âOr Minimumâ and the averaging method.In the âOr Minimumâ method, the gray level of the same pixel position of all images was compared to find its minimum value. The ensemble of pixels having the minimum gray level constitutes a new image. In the averaging method, the average gray level in each pixel position was computed from a number of images.It appeared that the âOr Minimumâ method yielded the best improvement in PSNR (the largest being 4.00 dB) compared to the averaging method (1.04 dB). The improvement of the correlation coefficient was up to 0.072 in the âOr Minimumâ method and 0.05 in the averaging method

    Digital Dermatoscopy Method for Human Skin Roughness Analysis

    Get PDF
    In this study we  propose a digital dermatoscopy  method to measure the human skin roughness. By using this method we eliminate the use of silicon replica.  Digital  dermatoscopy  consists  of  handheld  digital  microscope,  image processing  and  information  extraction  of  skin  roughness  level.  To  reduce  the noise due to the variation of reflection factor on the skin we use  median filter. Hence, by Fourier transform the skin texture is imaged in terms of 2D frequencyspatial  distribution.  Skin  roughness  is  determined  from  its  entropy,  where  the roughness level is proportional to the entropy.  Three types of experiment have been performed by evaluating: (i) the skin replicas; (ii)  young and elderly skin; and (iii) seven volunteers treated by anti wrinkle cosmetic in three weeks period. We find that for the first and second experiment that our system did manage to quantify the roughness, while on the third experiment, six of seven volunteers, the roughness are succeeded to identify

    Pengukuran Kandungan Kontaminasi Air pada Minyak Pelumas dengan Cahaya Infra Merah

    Get PDF
    Abstrakintensitas sinar yang diteruskan oleh fluida. Laser infra merah dekat dengan panjang gelombang 850 nm digunakan sebagai sumber sinar, dan untuk sampel uji digunakan 3 jenis minyak pelumas (A, B, C) dengan 3 nilai densitas yang berbeda. Pengukuran dilakukan pada rentang kontaminasi air 0,1% - 1,5% untuk masing-masing minyak pelumas. Dari hukum Beer-Lambert diketahui bahwa densitas suatu senyawa mempengaruhi besarnya intensitas sinar yang diserap. Semakin besar nilai densitas suatu senyawa maka akan semakin besar intensitas sinar yang dapat diserap oleh suatu senyawa. Nilai intensitas sinar infra merah dekat yang diperoleh dari hasil pengukuran sampel uji akan digunakan untuk menghitung nilai koefisien absorbsi sinar oleh minyak pelumas. Intepretasi data dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil untuk memperoleh hubungan perubahan rasio kontaminasi air dengan perubahan koefisien absorbsi infra merah dekat oleh minyak pelumas. Untuk minyak pelumas A diperoleh hasil pengamatan dengan kesalahan minimum 0,99% dan kesalahan maksimum 10,62%, untuk rentang pengukuran 0,1% - 1,5% kontaminasi air. Untuk minyak pelumas B diperoleh hasil dengan kesalahan minimum 1,52% dan kesalahan maksimum 5,12%, untuk rentang pengukuran 0,1% - 1,5% kontaminasi air. Untuk minyak pelumas C diperoleh hasil dengan kesalahan minimum 1,64% dan kesalahan maksimum 8,14%, untuk rentang pengukuran 0,1% - 1,5% kontaminasi air

    Pengukuran Kedalaman Air dan Deteksi Objek dengan Gelombang Ultrasonik

    Get PDF
    AbstrakSalah satu aplikasi ultrasonik dalam air adalah pengukuran kedalaman air dan deteksi keberadaan suatu objek. Pada studi ini, telah dilakukan percobaan untuk mengukur kedalaman air dan pendeteksian suatu objek. Perangkat percobaan menggunakan transduser bistatik, dengan sudut transduser sebesar 20° dan jarak antar transduser 0,11 m. Kedalaman air dapat ditentukan dengan mengukur waktu tempuh (time of flight), yang merupakan dua kali waktu tempuh dari transduser ke dasar air. Nilai waktu tempuh dari setiap titik diukur dan digunakan untuk pemetaan kontur permukaan bawah air. Sedangkan pendeteksian objek bawah air memanfaatkan perbedaan nilai amplitudo tegangan untuk suatu target objek yang memiliki perbedaan densitas. Pada eksperimen ini digunakan objek berupa pelat baja; pelat aluminium; dan kabel plastik, masing-masing dengan nilai amplitudo tegangan maksimum rata-rata adalah 4,606 mV; 3,407 mV; dan 1,131 mV. Amplitudo tegangan maksimum dari sinyal pantul untuk setiap material pada eksperimen memiliki nilai yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat digunakan dalam pemetaan berbagai jenis material. Nilai amplitudo  maksimum sinyal pantul merupakan fungsi jarak

    Perangkat Fotokeratoskopi dengan Analisa Citra Digital untuk Deteksi Awal Astigmatisme

    Get PDF
    Astigmatisme adalah kelainan refraksi mata yang disebabkan oleh perubahan kelengkungan kornea. Untuk mendeteksi astigmatisme, dilakukan pemetaan terhadap informasi kelengkungan kornea salah satunya dengan metode fotokeratoskopi. Fotokeratoskopi merupakan metode yang menggunakan pola cincin konsentris yang disebut pola Placido. Pada kornea sehat, pola Placido menghasilkan refleksi yang simetris dengan jarak antarcincin yang konsisten. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan purwarupa fotokeratoskop dan penelitian terhadap standar refleksi pola Placido pada kornea sehat. Algoritma pemrosesan citra meneliti dua property topografi kornea, yaitu (1) koefisien korelasi K yang menggambarkan simetrisitas refleksi, dan (2) jarak antarcincin yang menggambarkan konsistensi topografi. Dari ragam pola Placido yang diuji, didapat pola terbaik dengan K > 0,5 untuk kornea sehat dan K < 0,5 untuk kornea astigmatik. Selain itu dari pola tersebut juga didapat daya optis rata-rata kornea sehat +46 ± 0,999 D sesuai dengan standar daya optis kornea sehat yaitu +46D. Melalui uji algoritma simetrisitas serta hasil perhitungan daya optis yang presisi, disimpulkan bahwa purwarupa fotokeratoskop ini memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan untuk deteksi awal astigmatisme

    Perancangan Sistem Laser Based Automatic Tank Gauging dengan Pelampung Serta Penggunaannya dalam Sistem Kontrol Ketinggian Cairan

    Full text link
    Pada penelitian ini, dibuat suatu perangkat pengukur ketinggian cairan pada tangki secara otomatis dengan menggunakan Laser Distance Meter (LDM) dan pelampung. Perangkat ini dinamakan Laser Automatic Tank Gauging (LATG). Kelebihan LATG yaitu memiliki ketelitian sebesar 1-2mm dan waktu pengukuran yang cepat. Hal tersebut membuat LATG menjadi dapat digunakan untuk pengontrolan ketinggian cairan yang baik pada tangki. Pembuatan perangkat LATG dimulai dari menghubungkan LDM dengan LR4 interface board agar serial output dapat terbaca. Kemudian LDM dan LR4 interface board ini dihubungkan dengan mikrokontroller untuk mengirimkan dan menerima serial data. Selanjutnya data yang didapatkan diolah pada perangkat lunak Matlab(TM) dan dibuat tampilan antarmuka. Untuk pembuatan pelampung agar menghasilkan nilai pengukuran paling baik, maka dilakukan pengujian pada variasi warna pelampung, kekasaran permukaan pelampung dan intensitas cahaya lingkungan saat pengujian. Didapatkan bahwa pelampung yang menghasilkan nilai pengukuran terbaik yaitu pelampung dengan warna putih dan permukaannya paling halus, juga intensitas cahaya lingkungan yang kecil akan mengurangi noise dalam pengukuran

    Pengolahan Citra Obyek dari Balik Penghambur dengan Metoda Optik (Tapis Ruang) dan Metoda Digital (âOr Minimumâ)

    Get PDF
     In this paper, optical and digital methods are combined to improve the quality of the image obtained through a scattering medium. The optical method, using simply an imaging positive lens and a small circular spatial filter, succeded in the first stage to form an observable image.Two criteria were adopted to evaluate the quality of the image in the optical method. The first is Peak Signal-to-Noise Ratio (PSNR), the second is the correlation coefficient between the original image and the processed scattered image. It was found that PSNR decreased at a larger diameter of the spatial filter. The optimum correlation coefficient (0.368) was found at a filter diameter of 1.6 mm.Next, the digital image processing was conducted using the assumption that the scattering medium always moved randomly. Involving different diameters of the spatial filter, the image was recorded with a CCD camera connected to a computer. For each diameter, the image was recorded many times, each time with a different position of the scattering medium. The images were then processed with the so-called âOr Minimumâ and the averaging method.In the âOr Minimumâ method, the gray level of the same pixel position of all images was compared to find its minimum value. The ensemble of pixels having the minimum gray level constitutes a new image. In the averaging method, the average gray level in each pixel position was computed from a number of images.It appeared that the âOr Minimumâ method yielded the best improvement in PSNR (the largest being 4.00 dB) compared to the averaging method (1.04 dB). The improvement of the correlation coefficient was up to 0.072 in the âOr Minimumâ method and 0.05 in the averaging method
    corecore