29 research outputs found
Hubungan Senyawa Metabolit Pada Tanaman Meliaceae Terhadap Tingkat Serangan Hypsipyla robusta
This study aims to determine the relationship of metabolite compounds in meliaceae plants to the preference of Hypsipyla sp. This research was conducted at the Chemistry Laboratory, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sam Ratulangi State University, Manado BALITKA Laboratory, Chemistry Laboratory, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Gorontalo and sending samples to the Pharmacy Laboratory of Sendai Japan to see the NMR structure. This study was designed in a Latin square design with 5 treatments and 5 replications. The total number of plants in all treatments was 250 plants. The determination of secondary metabolites was carried out in five stages, namely: 1) sample collection and processing, 2) extraction, 3) purification, 4) phytochemical test, 5) identification of compounds using UV-Vis and IR spectrophotometers. The sample materials used were dry samples of langsat, duku, mindi, and mahogany leaves consisting of large mahogany and small mahogany. The results of phytochemical screening on samples of lansium, duku, chinaberry, large mahogany and small mahogany in the n-hexane, ethyl acetate and water fractions showed positive results for flavonoids and steroids, while for alkaloids, terpenoids and saponins showed negative results. The results of the analysis showed that small mahogany plants contained high starch content of 43.72 g/mL, high fat content of small mahogany plants of 24.15% and high protein content of Langsat plants of 9.01 g/mL. The level of preference Hypsipyla sp prefers small mahogany plants compared to other plants. The number of mahogany stomata compared to other plants regulates the rate of evaporation in which will also release secondary metabolic compounds as attractants to attract insects to plants. The main flavonoid groups in mahogany are Quercetin 3-O-β-D-galactopyranoside, Quercetin 3-O-β-D-glucopyranoside, and quercetin 3-O-α-L-rhamnopyranoside.  Key words: phytochemicals; plant metabolites; quercetin; mahogany; Hypsipyla sp
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN DAUN BAWANG (Allium fistulosum L.) TERHADAP APLIKASI KOMBINASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KOMPOS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman daun bawang (Allium Fistulosum L) pada aplikasi kombinasi antara pupuk organik cair dan kompos. Penelitian ini dilaksanakan di Screen House, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Musamus. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dua faktor. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan yang diberikan secara statistik tidak berpengaruh nyata pada berbagai kombinasi kompos dan pupuk cair pada pertumbuhan daun bawang. Meski demikian, perlakuan kombinasi antara 40 g kompos dan 2,4 ml l-1 pupuk organik cair (K2N2) menunjukkan rata-rata tinggi tanaman terbaik (22 cm), sementara rata-rata jumlah daun maksimal (4,33) diperoleh pada kombinasi 60 g/tanaman kompos, dan 4 ml l-1 pupuk organik cair (K3N3). Penelitian ini juga menkonfirmasi bahwa penggunaan pupuk memberikan hasil yang lebih baik pada berbagai kombinasi perlakuan, dibandingkan dengan kontrol. Kata kunci: Pupuk organik cair; kompos; daun bawang.This research aims to figure out the response of Green Onion (Allium Fistulosum L) towards the application of the combination between organic liquid fertilizers and compost. The Research was conducted at the Screen housea, Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Musamus University. This research used factorial two factor design. The treatment showed statisticaly insignificant results in any combination of compost and liquid organic fertilizer on the growth of Green Onion. However, the combination between 40 g compost/plant and 2,4 ml l-1 liquid organic fertilizers (K2N2) showed the highest plant average (22 cm), while the average of the maximum number of leaf (4,33) was obtained in the combination of 60 gr/plant compost and 4 ml l-1 liquid organic fertilizers (K3N3). This research also confirm that the used of fertilizers gave better results in any treatment combination compare to the control (untreated). Keyword: Liquid organic fertilizer; Compost; Green Onion
PENINGKATAN PRODUK PERTANIAN KAMPUNG BOKEM MELALUI PEMBERDAYAAN KELOMPOK MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PERTANIAN ORGANIK
Perkembangan dan penerapan pendekatan pertanian organik terus meningkat seiring dengan semakin jelasnya dampak negatif dan bertambahnya kesadaran penduduk tentang bahaya penggunaan bahan-bahan kimia. Sistem pertanian organik yang bertujuan untuk tetap menjaga keselarasan dengan sistem alami, dengan memanfaatkan dan mengembangkan semaksimal mungkin proses-proses alami dalam pengelolaan usaha tani. Secara umum para petani kampung Bokem belum memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk bercocok tanam organik. Untuk itu sangat perlu dilakukan pelatihan keterampilan bercocok tanam organik sehingga dari awal konsep ini sudah diterapkan oleh masyarakat Bokem. Hal ini diharapkan kedepan bahwa petani Kampung Bokem dapat menghasilkan produk sayuran yang bebas pestisida dan pupuk kimia. Selain itu dengan adanya pelatihan bercocok tanam sayur-sayuran secara organik akan meningkatkan perekonomian masyarakat dan membuat masyarakat mengkonsumsi sayuran sehat. Jenis luaran yang akan dihasilkan dari kegiatan ini adalah petani kampung Bokem dapat membuat Pupuk Organik Cair sehingga tidak bergantung pada pupuk kimia atau bahkan bebas pupuk kimia. Selain itu penggunaan bahan alam disekitar kampung dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Lebih lanjut hasil yang diharapkan dari pengabdian ini adalah agar petani kampung Bokem menghasilkan sayuran organik dan kedepannya menjadi sentra produksi pertanian organik.
Kata kunci: Usaha tani, Organik, Kampung Bokem.
ABSTRACT
The development and application of organic farming approaches continue to increase along with the clearer negative impact and increasing awareness of the population about the dangers of using chemicals. An organic farming system that aims to maintain harmony with natural systems, by utilizing and developing as many as possible natural processes in farming management. In general, Bokem village farmers do not have the knowledge and skills to grow organic crops. For this reason, it is very necessary to conduct training in organic farming skills so that from the beginning this concept has been applied by the Bokem community. It is hoped that in the future the farmers of Kampung Bokem can produce vegetable products that are free of pesticides and chemical fertilizers. In addition, training in organically grown vegetables, will improve the community's economy and make people consume healthy vegetables. The type of output that will be produced from this activity is that Bokem village farmers can make liquid organic fertilizer so they don't depend on chemical fertilizers or are even free of chemical fertilizers. In addition, the use of natural materials around the village can be used as vegetable pesticides. Furthermore, the expected result of this service is that Bokem village farmers produce organic vegetables and in the future become centers of organic agricultural production.
Keywords: Farming, Organic, Bokem Village
PENYULUHAN DAN PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK SERTA PESTISIDA NABATI UNTUK MENUNJANG KEAMANAN PANGAN DI KAMPUNG NASEM
The purpose of this service is to build the Nasem village into a safe, friendly and prosperous village of agrotourism by developing organic farming. The current condition of the residents of Nasem village usually still buys the necessities of life from outside the Nasem village, both vegetables and other ingredients. Organic agriculture is a production management system that can improve soil health and the quality of soil ecosystems and crop production. In its implementation, organic agriculture focuses on the use of natural materials that can improve and even improve soil quality. The development and application of the organic farming approach continues to increase along with the increasing clarity of the negative impacts and increasing population awareness about the dangers of using chemicals. Organic farming system that aims to maintain harmony with the natural system, by utilizing and developing as much as possible natural processes in the management of farming. Planting vegetables such as leeks, petsay, cabbage and kale need the right cultivation techniques so that increased production can be in line with the quality of the products produced. The Nasem village farmers do not have the knowledge and skills to grow vegetables after returning from the neighbouring state of Papua New Guinea. For this reason, it is very necessary to conduct training in organic farming skills so that the concept has been applied by the Nasem community from the start. It is expected in the future that Nasem village farmers can produce vegetable products that are free of pesticides and chemical fertilizers. In addition, with the training to plant vegetables organically, it will improve the economy of the community and make people consume healthy vegetables. This service is expected to be carried out continuously.Keywords: Nasem, organic, agrotourism. ABSTRAKPengabdian ini bertujuan untuk membangun kampung Nasem menjadi kampung Agrowisata yang aman, ramah dan makmur dengan mengembangkan pertanian organik. Kondisi pada saat ini warga kampung Nasem biasanya masih membeli kebutuhan hidup dari luar kampung Nasem baik itu sayuran maupun bahan lain. Pertanian organik merupakan sistem manajemen produksi yang dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada peng-gunaan bahan alam yang dapat memperbaiki bahkan meningkatkan kualitas tanah. Perkembangan dan penerapan pendekatan pertanian organik terus meningkat seiring dengan semakin jelasnya dampak negatif dan bertambahnya kesadaran penduduk tentang bahaya penggunaan bahan-bahan kimia. Sistem pertanian organik yang bertujuan untuk tetap menjaga keselarasan dengan sistem alami, dengan memanfaatkan dan mengembangkan semaksimal mungkin proses-proses alami dalam pengelolaan usaha tani. Penanaman sayur-sayuran seperti bawang daun, petsay, kubis dan kangkung perlu adanya teknik budidaya yang tepat sehingga peningkatan produksi dapat selaras dengan kualitas produk yang dihasilkan. Para petani kampung Nasem belum memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk bercocok tanam sayur pasca kembali dari negara tetangga Papua New Guinea. Untuk itu sangat perlu dilakukan pelatihan keterampilan bercocok tanam organik sehingga dari awal konsep ini sudah diterapkan oleh masyarakat Nasem. Hal ini diharapkan kedepan bahwa petani kampung Nasem dapat menghasilkan produk sayuran yang bebas pestisida dan pupuk kimia. Selain itu dengan adanya pelatihan bercocok tanam sayur-sayuran secara organik akan meningkatkan perekonomian masyarakat dan membuat masyarakat mengkonsumsi sayuran sehat. Pengabdian ini diharapkan akan dilakukan secara berkesinambungan.Kata kunci: Nasem, organik, agrowisata
Strategi Pemasaran Industri Rumah Tangga Pengolahan Ubi Kayu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) serta merumuskan strategi yang diperlukan untuk meningkatkan industri rumah tangga pengolahan singkong. Metode yang digunakan adalah teknik analisis SWOT dan deskriptif kualitatif. Penentuan strategi yang dipilih dilakukan dengan matriks QSPM. Penelitian dilakukan di Desa Wenda Asri Kecamatan Jagebob pada bulan Agustus – September 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor IFAS (Internal Factor Summary) dalam pengolahan singkong yaitu ketersediaan bahan baku, tenaga kerja terampil, tenaga kerja terdidik, keawetan olahan manisan. kentang. Kayu yang dihasilkan baik, ketersediaan tenaga kerja, memiliki harga yang baik, sedangkan faktor IFAS (Internal Factor Summary) dalam pengolahan singkong adalah peluang pasar yang tinggi, dukungan hukum adat, memiliki izin usaha, harga bahan baku yang stabil, tidak ada fluktuasi harga. harga pengolahan singkong. harga yang relatif stabil, dukungan dari pemerintah dan masyarakat sekitar. Ancaman terdiri dari; kurangnya sosialisasi dan motivasi dari pemerintah, kurangnya pendampingan sprodi, sertifikasi pengolahan singkong, pendampingan pemerintah dilakukan. Alternatif yang diperlukan untuk meningkatkan produksi pengolahan singkong di Desa Wenda Asri Kecamatan Jagebob adalah: 1) Memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam untuk meningkatkan produksi, 2) Melibatkan pemerintah daerah dalam proses pemasaran melalui pelatihan sistem online, 3) meningkatkan produksi. untuk memenuhi permintaan pasar 4) Melakukan pelatihan manajemen usaha, sistem pemasaran dan promosi produk bagi pelaku usaha yang memiliki izin usaha, 5) Meningkatkan kualitas dan produksi pengolahan singkong untuk memperluas dan memenuhi permintaan pasar, 6) Pemerintah berpartisipasi dalam singkong industri pengolahan singkong dengan memberikan bantuan pendidikan informal untuk pengolahan singkong, 7) Adanya bantuan permodalan untuk memajukan pengolahan singkong dengan pengolahan yang baik, 8) Pemerintah memberikan bantuan input produksi yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka memaksimalkan potensi industri pengolahan singkong , 9) Peningkatan teknologi pengawetan kayu olahan singkong . Dari hasil matriks QSPM, dari 9 alternatif strategi terdapat satu strategi yang mendapatkan totalattractiveness tertinggi yaitu melakukan pelatihan manajemen usaha, sistem pemasaran dan promosi produk bagi pelaku usaha yang memiliki izin usaha dengan skor TAS tertinggi. sebesar 67 dan strategi terakhir yang akan dilakukan adalah peningkatan teknologi pengolahan singkong dengan Nilai Daya Tarik Total terkecil dengan skor 34.
 
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP APLIKASI KOMBINASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KOMPOS
The purpose of this study was to analyze the growth of celery (Apium graveolens L.) in the application of a combination dose of liquid organic fertilizer and compost. This research was conducted at the Screen House Laboratory of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Musamus University, Merauke in June-September 2018. This study used a factorial randomized block design (RAKF). The first factor is compost and the second factor consists of liquid organic fertilizer. The two factors after being combined obtained 16 treatments which were repeated 3 times to obtain 48 treatment units. Based on the results of the study, it was concluded that the analysis of the growth variance of celery on the application of a combination dose of liquid organic fertilizer and compost showed no significant effect. On the variable plant height, the combination treatment of A3N3 (compost 60 g/plant and POC 4 ml/liter) gave the highest plant height of 26.00 cm, the variable number of leaf stalks in the A3N0 treatment (compost 60 g/plant and POC 0 ml/liter) gave The result of the number of petioles was 14.33 strands, and the variable number of tillers of A3N0 treatment plants (60 g compost/plant and 4 ml POC/liter) gave 2.67 tillers.
Key words : Apium graveolens L, POC, CompostTujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan tanaman seledri (Apium graveolens L.) pada aplikasi kombinasi dosis pupuk organic cair dan pupuk kompos. Penelitian ini dilaksanakan di Screen House Laboratorium Agroteknologi,Fakultas Pertanian, Universitas Musamus Merauke pada bulan Juni-September 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF). Faktor pertama adalah pupuk kompos dan Faktor kedua terdiri dari pupuk organik cair. Kedua faktor tersebut setelah dikombinasikan memperoleh 16 perlakuan yang diulangi sebanyak 3 kali sehingga memperoleh 48 unit perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa analisis sidik ragam pertumbuhan tanaman seledri pada aplikasi kombinasi dosis pupuk organic cair dan pupuk kompos menunjukan tidak berpengaruh nyata. Pada variable tinggi tanaman bahwa perlakuan kombinasi A3N3 (kompos 60 gr/tanaman dan POC 4 ml/liter) memberikan tinggi tanaman tertinggi 26,00 cm, variable jumlah tangkai daun perlakuan A3N0 (kompos 60 gr/tanaman dan POC 0 ml/liter) memberikan hasil jumlah tangkai daun 14,33 helai,dan pada variable jumlah anakan tanaman perlakuan A3N0 (kompos 60 gr/tanaman dan POC 4 ml/liter) memberikan hasil 2,67 anakan.
Kata kunci : Apium graveolens L, POC, Kompos
Pelatihan pembuatan insektisida nabati bagi kelompok tani di Kampung Yasa Mulya, Distrik Tanah Miring Merauke
Mengembangkan pertanian organik perlu memperhatikan beberapa aspek antara lain kesehatan dan kesuburan tanah, keseimbangan organisme di alam serta dapat memperbaiki kualitas tanaman namun tetap mempertahankan nilai produksi suatu komoditi tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan kelompok tani di Kampung Yasa Mulya, Distrik Tanah Miring, Merauke tentang pentingnya mengenal hama, musuh alami tanaman padi serta dapat menggunakan bahan tanaman sebagai bahan insektisida nabati. Metode observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang teknik budidaya padi yang diterapkan dan masalah yang dihadapi petani. Selanjutnya dilakukan sosialisasi kepada kelompok tani tentang hama, penyakit, musuh alami serta pelatihan pembuatan insektisida nabati. Tahap evalusi dilakukan melalui hasil uji coba yang telah dilakukan oleh petani. Berdasarkan hasil observasi dan sosialisasi diketahui bahwa perilaku petani dalam mengaplikasikan pestisida didasarkan pada pemahaman sendiri, pengalaman teman atau saudara serta kekhawatiran akan gagal panen. Persentase biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli pestisida sampai dengan 80%. Selain itu, belum pernah dilakukan tindakan pengendalian lain seperti memanfaatkan bahan-bahan alami atau menggunakan entomopatogen.selain menggunakan pestisida sintetik
Respon Pertumbuhan dan Tingkat Serangan Hama Pengerek Batang pada Berbagai Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L ) yang Ditanam di Lahan Bukaan Baru Kabupaten Merauke, Provinsi Papua
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui respon pertumbuhan enam varietas tanaman padi (Oryza sativa L.) terhadap serangan pengerek batang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan bukaan baru Kampung Bokem, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua Selatan pada bulan Maret Sampai Juni 2021. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 6 varietas dengan 3 ulangan. Varietas yang digunakan, yaitu varietas Nutrizinc, Mamberamo, Inpari 42, Inpara 2, Inpari 32 dan Inpari Sidenuk. Masing masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga akan diperoleh 18 plot percobaan. Luas plot pengamatan 3 x 3 m2 dengan jarak tanam 20 x 20 cm sehingga dalam plot terdiri dari 50 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi tinggi pada masing-masing varietas sebagai berikut: varietas Chidanu (78,4 cm), varietas padi Inpara (74,2 cm), varietas Nutrizinc (70,7 cm), varietas Mambramo (66,3 cm), varietas Inpari 42 (65,1 cm) dan varietas Inpari 32 (59,0 cm). Demikian pula dengan jumlah anakan yaitu varietas Inpara 2 (12 anakan), varietas Inpari Chidanu (11 anakan), varietas Inpari 32 (10 anakan), varietas Mambramo (10 anakan), dan varietas Inpari 42 (9,0 anakan). Jumlah anakan terserang serangga pengerek batang berturut-turut adalah varietas Inpara 2 (9 anakan), varietas Inpari 42 (7,0 anakan), varietas Inpari Chidanu (5,6 anakan), varietas Inpari 32 (5,5 anakan), varietas Nutrizinc (4,4 anakan) dan varietas Mambramo (4,3 anakan). Gabah paling paling banyak terdapat pada varietas Inpara 2 (186,2 gabah) sedangkan terendah pada varietas Nitrizinc (119,4 gabah). Respons enam varietas padi yang diteliti memiliki tingkat kerentanan yang berbeda-beda terhadap serangan penggerek batang (Scirpophaga sp). Varietas Nutrizinc dan Mambramo menunjukkan rata-rata tingkat serangan terendah terhadap serangan hama pengerek batang pada lahan bukaan baru (4,3 anakan). Jenis varietas pada lahan bukaan baru menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi berbeda. Produksi tertinggi adalah varietas Nutrizinc (6,67 ton/ha)
Pemanfaatan Pangkasan Biomasa Gamal dan Rumput Gajah sebagai Pupuk Hijau dalam Upaya Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.)
Komoditi jagung telah banyak dikembangkan di Kabupaten Merauke. Kondisi geografis Kabupaten Merauke yang merupakan dataran rendah tidak memiliki gunung berapi yang dapat menambah atau memperbaiki kesuburan tanah sehingga kebutuhan nutrisi tanaman selama ini berasal dari penambahan pupuk anorganik dan pola tanam monokultur yang dilakukan para petani sehingga semakin menurunkan kesuburan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan pangkasan biomasa gamal dan rumput gajah sebagai upaya peningkatan pertumbuhan dan produksi jagung. Penelitian dilaksanakan di Desa Yasa Mulya Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke Provinsi Papua pada bulan Maret sampai September 2018. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Komponen setiap perlakuan yaitu P0 (sistem monokultur jagung), P1 (jagung dan biomasa gamal), P2 (jagung dan biomasa rumput gajah), P3 (jagung, biomasa gamal, dan rumput gajah). Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris biji per tongkol, berat tongkol tanaman dan produksi tanaman per plot. Data yang diperoleh dianalisis varians (ANOVA) pada level 10% dan dilanjutkan dengan uji beda nyata (BNT). Hasil penelitian menujukkan bahwa pemanfaatan pangkasan biomasa gamal dan rumput gajah memberikan pengaruh pada tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tongkol, jumlah baris biji per tongkol, berat tongkol tanaman dan produksi tanaman per plot. Perlakuan jagung, biomasa gamal dan rumput gajah dalam luasan 100 m2 mencapai 4,5 kg/plot apabila dikonversi ke satuan hektar maka produksinya mencapai 4.500 kg/ha (4,50 ton)