552 research outputs found

    A New Method for the Rapid Isolation of Streptococcus Bovis from Water

    Get PDF
    The importance of the fecal streptococci as indicators of water pollution has come under increasing scrutiny. in the past decade. This has been due in part to improved methods of detection of fecal streptococci. Also, the fecal coliform and total coliform tests and· their significance have been questioned. The fecal streptococci may furnish a more reliable means of identifying sources of pollution. The fecal streptococci are those gram-positive cocci which occur in the intestinal tract of man and animals. The Sherman criteria for identification of the fecal streptococci are used in Bergey\u27s Manual of Determinative Bacteriology to differentiate the viridans and enterococci from the other streptococci. The enterococcus group includes Streptococcus faecalis, S- faecium, and S- faecium var. durans. The viridans group includes two species of interest in this study, Streptococcus bovis and S. equinus . All of the above mentioned species of Streptococcus contain Lancefield\u27s group D antigen and occur in nature in the intestinal tract of man and animals. Like the fecal coliforms, the fecal streptococci are indicators of pollution in water. The characteristics of an indicator include: (1) the organism must be found in feces and sewage, (2) the organism is found in polluted water, (3) the organism is not found in pure water sites away from man and animals, and (4) the organism does not multiply outside the host in water or soil. The usefulness of the fecal streptococci does not end here, however. The fecal streptococci can be used to identify either human or an animal source of pollution. This is illustrated by the fact that S. faecalis strains are found predominantly in the normal flora of the human intestinal tract. · In contrast, S.equinus and S. bovis are found predominantly in the caecum of horses and the rumen of cattle, respectively. Although S. bovis has been isolated, identified, and reported by various authors, an improved method for isolating this particular species was not devised until Koupal modified existing methods of isolating fecal streptococci. Koupal\u27s method of isolating S. bovis was relatively crude, in that it requires many steps and a refined substrate was never utilized. It is the purpose of this investigation to develop a new method of isolating S. bovis and to evaluate the usability of these improvements in tracing ruminant water pollution. These improvements would include a rapid method for detection and enumeration of S. bovis for quantitation of this organism from surface waters as an indicator of bovine fecal pollution

    GLObal Backscatter Experiment (GLOBE) Pacific survey mission

    Get PDF
    NASA conducted the GLObal Backscatter Experiment (GLOBE) Survey Mission over the near coastal and remote Pacific Ocean during 6 to 30 Nov. 1989 (GLOBE 1) and 13 May to 5 Jun. 1990 (GLOBE 2). These missions studied the optical, physical, and chemical properties of atmospheric aerosols. Particular emphasis was given to the magnitude and spatial variability of aerosol backscatter coefficients at mid-infrared wavelengths, and to the remote middle and upper troposphere, where these aerosol properties are poorly understood. Survey instruments were selected to provide either direct beta measurements at the key wavelengths, empirical links with long term or global scale aerosol climatologies, or aerosol microphysics data required to model any of these quantities. The survey deployment included both long distance 6 to 8 hour transit flights and detailed 4 to 6 hour local flights. Several general features were observed from preliminary Survey data analyses. Validation and intercomparison results have shown good agreement, usually better than a factor of two. Atmospheric aerosols frequently exhibited a three layer vertical structure, with (1) high and fairly uniform backscatter in the shallow cloud capped marine boundary layer; (2) moderate and highly variable backscatter in a deeper overlaying cloud pumped layer; and (3) low, regionally uniform, but seasonally and latitudinally variable backscatter in the middle and upper troposphere. The survey missions represent two isolated snapshots of a small portion of the global aerosol system. Consequently, Survey results can best be understood by synthesizing them with the more comprehensive GLOBE data base, which is being compiled at NASA-Marshall

    Penggunaan Alat Peraga Sederhana Berbasis Teknologi Daur Ulang untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Materi Vektor dalam Kelas Remedial SMKN 1 Wonoasri Tahun Pelajaran 2014/2015

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika pada materi vektor dengan menggunakan Alat Peraga Sederhana Berbasis Teknologi Daur Ulang. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X MM 2 SMKN 1 Wonoasri dengan 16 siswa. Data diperoleh dengan metode tes. Hasil penelitian ini menunjukkan melalui pemanfaatan alat peraga dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. Hal ini ditandai dengan meningkatnya hasil tes yang dilakukan pada siswa setelah penggunaan alat peraga. Berdasarkan hasil observasi hasil tes sebelum penggunaan alat peraga memiliki nilai rata-rata 19,06. Setelah penggunaan alat peraga diperoleh nilai rata-rata 92,31. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan Alat Peraga Sederhana Berbasis Teknologi Daur Ulang dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada materi vektor di SMKN 1 Wonoasri tahun pelajaran 2014/2015 dengan nilai gain rata-rata 0,91

    Model Fragmentasi Sistem Basis Data Terdistribusi Studi Kasus Sistem Member Warnet

    Full text link
    Sistem terdistribusi merupakan suatu bentuk arsitektur sistem dimana komputer-komputer yangberdiri secara otonom dapat saling berkomunikasi dan berbagi resource tanpa memperdulikan dimanakomputer itu berada dan platform yang digunakan.Bisnis warnet dan game center saat ini dianggap sebagai bisnis yang menggiurkan. Untukmemperluas pasar biasanya digunakan strategi membuka cabang baru dan pemberlakuan program khusus.Sistem member yang diberlakukan memberikan fasilitas potongan harga dibandingkan dengan user yangtidak masuk dalam program member dan prepaid atau prabayar. Dengan sistem tersebut mereka berharapdapat mengikat konsumennya untuk menjadi seorang pelanggan.Pada penelitian ini akan dibahas mengenai penerapan sistem terdistribusi pada sistem memberwarnet. Sehingga member warnet dapat menggunakan keanggotaannya untuk mendapatkan potongan hargapada semua warnet yang dimiliki oleh pengusaha warnet tersebut

    PENATAAN SISTEM DRAINASE DI KAMPUNG TUBIR KELURAHAN PAAL 2 KOTA MANADO

    Get PDF
    Kampung Tubir adalah salah satu daerah yang terletak di Kelurahan Paal 2 Kota Manado yang merupakan daerah yang sering terjadi genangan. Di beberapa ruas jalan ternyata tidak memiliki saluran, sehingga mengakibatkan adanya genangan air. Oleh Karena itu perlu dibuat saluran untuk menangani genangan air tersebut. Selain itu, saluran existing di lokasi penelitian tidak terhubung dengan outlet  sehingga perlu adanya penambahan saluran agar terhubung dengan outlet. Dalam penelitian ini dilakukan obsrevasi langsung di lapangan untuk mengetahui penyebab permasalahan genangan di daerah tersebut. Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data curah hujan yang kemudian dilakukan analisis hidrologi dalam hal ini melakukan uji outlier untuk mengetahui apakah ada data yang outlier. Data yang terkoreksi akan digunakan dalam menghitung parameter statistik, untuk menentukan jenis sebaran yang akan digunakan. Berdasarkan parameter statistik, kemungkinan data mengikuti tipe sebaran Log Pearson III dan diperoleh hujan rencana sebesar 213.8 mm yang digunakan untuk menghitung debit rencana. Serta dilakukan analisis hidrolika untuk mendapatkan dimensi hidrolis saluran yang mampu mengakomodir debit rencana. Dari hasil analisis terdapat 4 ruas saluran eksisting (S1-2, S3-2, S6-7, S10-11) dimana 2 ruas saluran eksisting (S1-2 dan S10-11) sudah tidak memenuhi kapasitas, sehingga dilakukan perubahan dimensi saluran dan penambahan 3 ruas saluran (S4-5, S7-8 dan S8-9). Dibeberapa titik (2-7, 5-10 dan 9-11) tidak terdapat gorong-gorong, sehingga direkomendasikan penambahan 3 buah gorong-gorong (G2-7, G5-10 dan G9-11), serta saluran menuju outlet (S11-12). Kata kunci :Genangan, Analisis Hidrologi, Analisis Hidrolik

    ANALISIS DEBIT BANJIR DAN TINGGI MUKA AIR SUNGAI MAEN KECIL DI DESA MAEN KABUPATEN MINAHASA UTARA

    Get PDF
    Sungai Maen kecil adalah salah satu sungai di kabupaten Minahasa Utara yang melewati desa Maen. Sungai ini pernah meluap dan membanjiri beberapa daerah yang dilewati. Luapan air dari sungai Maen kecil menimbulkan kerugian bagi warga yang tinggal di sekitar sungai maupun pengguna jalan raya. Dalam mengantisipasi banjir yang kemungkinan akan terjadi kelak, dibutuhkan data debit banjir dan elevasi tinggi muka air untuk penyesuaian penampang sungai Maen kecil.Analisis dimulai dengan mencari frekuensi hujan menggunakan metode Log Pearson III. Data hujan yang digunakan berasal dari dua pos hujan, yaitu pos hujan Araren – Pinenek dan pos hujan Klimatologi Maen. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan harian maksimum tahun 2009 s/d 2018. Pemodelan hujan aliran pada program komputer HEC-HMS menggunakan metode HSS Soil Conservation Services, dan untuk kehilangan air dengan SCS Curve Number (CN). Untuk aliran dasar (baseflow) menggunakan metode recession. Dilakukan kalibrasi parameter HSS SCS sebelum melakukan simulasi debit banjir dengan menggunakan uji koefisien determinasi (r²). Parameter yang dikalibrasi adalah lag time, curve number, recession constant, initial discharge dan ratio to peak. Untuk batasan setiap parameter disesuaikan dengan nilai standar pada program komputer HEC-HMS. Hasil uji koefisien determinasi (r²) menunjukan nilai 0,7862. Dilakukan analisis debit banjir dengan parameter terkalibrasi menggunakan program komputer HEC-HMS. Debit puncak hasil simulasi setiap kala ulang dimasukkan dalam program komputer HEC-RAS  untuk simulasi elevasi tinggi muka air pada penampang terukur. Hasil simulasi menunjukkan untuk penampang STA 0 + 0 masih mampu menampung debit banjir pada kala ulang 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun. Selain itu semua penampang sungai Maen kecil yang ditinjau sudah tidak mampu menampung debit banjir untuk kala ulang 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun. Kata kunci: Sungai Maen kecil, Debit Banjir, Elevasi Tinggi Muka Air, HEC-HMS, HEC-RA

    ANALISIS DEBIT BANJIR DAN TINGGI MUKA AIR SUNGAI SANGKUB KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

    Get PDF
    Sungai Sangkub merupakan salah satu sungai dengan DAS yang luas di Provinsi Sulawesi Utara. Sungai Sangkub yang tepatnya berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sudah sering meluap dan membanjiri kawasan hilir DAS yang sebagian besar merupakan lahan pertanian dan pemukiman masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan data mengenai besar debit banjir  dan tinggi muka air yang dapat terjadi.Analisis dilakukan dengan mencari frekuensi hujan dengan metode Log Pearson III. Adapun data hujan yang digunakan berasal dari 5 pos hujan dan 1 pos klimatologi, yaitu pos hujan Huntuk, Bintauna Pantai, Pangkusa, Bumbung, Toraut, dan pos klimatologi Sangkub. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan harian maksimum dari tahun 2002 s/d 2015.Setelah didapat besar hujan, dilakukan simulasi hujan aliran dengan HSS Snyder menggunakan program komputer HEC-HMS. Setelah itu debit puncak hasil simulasi dimasukkan dalam program komputer HEC-RAS  untuk simulasi tinggi muka air pada penampang yang telah diukur. Hasil simulasi menunjukkan bahwa debit semua penampang sungai tidak dapat menampung debit sungai dimulai dari debit kala ulang 25 tahun sampai debit kala ulang 100 tahun. Kata kunci: Debit Banjir Rencana, Tinggi Muka Air, HEC-HMS, HEC-RA

    ANALISIS DEBIT BANJIR DAN TINGGI MUKA AIR SUNGAI PALAUS DI KELURAHAN LOWU I KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

    Get PDF
    Sungai Palaus adalah salah satu sungai di kecamatan Ratahan, kabupaten Minahasa Tenggara yang bermuara di pantai Belang. Tahun 2007 sungai tersebut meluap mengakibatkan rumah warga dan hewan hanyut oleh air. Hal ini terjadi karena pembangunan pemukiman di pinggiran sungai sepanjang 200 meter yang menyebabkan penampang basah sungai semakin mengecil sehingga pada saat terjadi banjir maka air yang ada di sungai meluap ke daerah yang berada disekitar sungai. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan upaya pengendalian banjir yang dapat dilakukan dengan mengetahui debit banjir rencana.Data curah hujan diperoleh dari hasil pengamatan yang berasal dari 1 pos hujan dan 1 pos klimatologi, yaitu pos hujan Noongan Winebetan dan pos klimatologi Tompaso Baru Tumani. Berdasarkan metode poligon Thiessen maka data curah hujan yang dipakai sebagai dasar perhitungan adalah pos hujan Noongan Winebetan dari tahun 2002 s/d 2016. Selanjutnya untuk mendapatkan besarnya debit banjir rencana maka dibutuhkan suatu analisis frekuensi hujan dengan metode Log Pearson III.Dari hasil besar hujan yang didapat, dilakukan simulasi hujan aliran dengan HSS Snyder menggunakan program komputer HEC-HMS. Setelah itu debit puncak hasil simulasi dimasukkan dalam program komputer HEC-RAS  untuk simulasi tinggi muka air pada penampang yang telah diukur. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penampang sungai dari sta 0 + 40, sta 0 + 60, sta 0 + 80, sta 0 + 100, sta 0 + 180 dan sta 0+200 tidak dapat menampung debit banjir untuk semua kala ulang. Kata kunci: Debit Banjir Rencana, Tinggi Muka Air, HEC-HMS, HEC-RA
    • …
    corecore