12 research outputs found
Analisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Bubble Tea
Perilaku konsumen merupakan aspek penting dalam penjualan suatu produk dan
merupakan bagian dari manajemen pemasaran yang behubungan dengan manusia sebagai
pasar sasaran. Setiap konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan yang sangat bervariasi dan
berpotensi untuk berubah tergantung pada faktor-faktor yang memengaruhi konsumen dalam
melakukan pembelian. Fenomena Bubble Tea sangat diperhatikan di Indonesia, mulai dari
penasaran hingga menjadi penggemar minuman asal Taiwan tersebut, orang rela antri berjamjam
untuk mencicipi minuman manis ini. Perkembangan Bubble Tea Shop di Indonesia juga
terlihat dari pertumbuhan penjualan bubble tea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melakukan analisis terhadap perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan dalam
membeli produk bubble tea serta faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku konsumen
dalam keputusan pembelian produk bubble tea. Dalam penelitian ini, digunakan analisis statistik
metode regresi linear berganda dengan media survey menggunakan kuesioner online, lalu
didapatkan bahwa secara berurutan merek, harga, kualitas produk, promosi, lalu gizi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen bubble tea
Analisa Kepuasan Konsumen terhadap Produk dan Strategi Pengembangan Usaha Alir Coffee & Roastery Kabupaten Malang
RINGKASAN
Alir Coffee & Roastery adalah sebuah usaha mikro di Kabupaten Malang yang bergerak dalam usaha pengolahan biji mentah menjadi kopi. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk Alir Coffee & Roastery yang dapat membantu untuk mengidentifikasi atribut yang kinerjanya masih kurang memuaskan. Setelah diketahui tingkat kepuasan pelanggan, dibuat strategi pengembangan usaha untuk Alir Coffee & Roastery. Tingkat kepuasan dinilai menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI) yang didapat senilai 85.64% yang berarti konsumen telah puas dengan produk Alir Coffee & Roastery. Hasil analisis Importance Performance Index (IPA) menunjukkan atribut yang paling mendesak untuk dipebaiki kinerjanya ialah atribut kemudahan dalam mendapatkan informasi produk. Nilai Internal Factor Analysis (IFAS) sebesar 2,8 dan nilai Eksternal Factor Analysis (EFAS) adalah 2,9. Strategi pengembangan bisnis yang dapat dilakukan yakni di area rencana usaha, produk dan pemasara
Perbandingan Hasil Analisis Kehilangan Zat Gizi Menggunakan Metode Image Segmentation dan Taksiran Visual di Kantin Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang
Mengonsumsi makanan sesuai dengan standar porsi yang dibutuhkan tubuh
merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Porsi makanan yang berlebih dapat
menghasilkan sisa makanan. Sisa makanan menunjukkan adanya nutrisi yang terbuang
yang seharusnya dapat dikonsumsi oleh tubuh. Selama ini, evaluasi sisa makanan
dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya metode penimbangan langsung (weight
method), metode recall, dan metode taksiran visual (comstock). Seiring dengan
perkembangan zaman, dikembangkanlah alat untuk mengevaluasi sisa makanan yaitu
Smart Nutrition Box. Alat ini memanfaatkan metode image segmentation untuk
mengestimasikan jumlah sisa makanan. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan hasil
kehilangan zat gizi yang diukur dengan metode image segmentation yang secara otomatis
dioperasikan dengan alat smart nutrition box dan metode taksiran visual (comstock)
Mosom: Bisnis Selai Buah Nanas Sebagai Upaya Pengembangan Potensi Sektor Pertanian di Kalimantan Timur
Buah nanas, berdasarkan data dari BPS pada tahun 2019 Kutai Kartanegara menyumbang produksi nanas sebesar 19.509 ton dalam setahun, menjadi produsen nanas terbesar di Kalimantan Timur. Walaupun demikian, masa simpan buah nanas segar adalah 7 hari pada suhu kamar (28-30 °C). Masa simpan menjadi tantangan bagi pedagang buah nanas yang mendistribusikan ke kabupaten atau kota di sekitar, salah satunya Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Kondisi perekonomian yang melemah akibat covid 19, menekan daya beli masyarakat dan menambah ancaman bagi para pedagang buah nanas.
Potensi dan permasalahan tersebut mendorong penulis mendirikan Mosom, untuk menyerap buah nanas petani dan pedagang buah nanas; serta melakukan pengolahan produk nanas, berupa selai nanas. Pengolahan meningkatkan umur simpan dan nilai ekonomi dari buah nanas segar.
Mosom merupakan UMKM di Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Produk yang dihasilkan adalah selai nanas dengan kemasan 220 gram dan kiloan. Mosom berhasil menjual 287 botol dan 182 kg selai, memperoleh omzet sebesar Rp 7.125.400 pada periode September hingga November 2021. Survei penerimaan produk selai nanas Mosom di masyarakat menghasilkan penilaian produk secara umum sebesar 4,3 (memuaskan) dari skala 1-5. Penerimaan produk dan potensi daerah menciptakan posisi Mosom yang progresif berdasarkan analisis SWOT. Penggunaan asumsi rasio market mix yang konstan sama dengan periode September hingga November 2021, mampu menghasilkan laba dengan ratio 24,78%, sehingga Mosom dapat mencapai titik impas pada 14,71 bulan selanjutnya, dengan penjualan produk selai nanas sebanyak 2.491,51 unit atau setara dengan Rp 35.379.253,42. Mosom diharapkan terus berkembang dengan mengeluarkan varian selai lainnya, dan memperluas wilayah pemasarannya
Perbaikan Kualitas Organoleptik Roti Tawar Gandum di Food Production and Training Center (FPTC) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang
Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya, terbukti dari data Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia (2018) dimana hingga tahun 2018 jumlah
UMKM di Indonesia mencapai angka 64.194.057 unit. UMKM yang berkembang
cukup pesat adalah UMKM produk roti yang ditandai dengan banyaknya produsen
roti, khususnya di Kota Malang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
(2017), terdapat sekitar 25 produsen roti dan puluhan toko roti di Kota Malang,
salah satunya FPTC (Food Production and Training Centre) yang memproduksi
berbagai jenis roti, salah satunya roti tawar gandum.
Banyaknya toko roti pesaing membuat Maligan et al. (2018) dalam
penelitian mengenai analisis preferensi konsumen terhadap karakteristik
organoleptik produk roti tawar gandum di Kota Malang, melakukan pemetaan
untuk mengetahui posisi FPTC, dan hasilnya FPTC berada di urutan 4 dari 6
produk yang diuji. Artinya, FPTC masih berada di bawah rata-rata. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai perbaikan kualitas organoleptik
roti tawar gandum FPTC. Perbaikan dapat dilakukan dengan menyusun formulasi
perbaikan dengan bahan tambahan pangan dan pemberian perlakuan agar
terbentuk karakteristik roti tawar gandum yang disukai konsumen.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 formulasi perbaikan. Formulasi 1 yakni dilakukan penggilingan
bekatul gandum. Formulasi 2 yakni penggilingan bekatul gandum dan penggunaan
mentega. Sedangkan formulasi 3 yakni penggilingan bekatul gandum,
penggunaan mentega, dan kental manis. Penelitian ini meliputi proses produksi
dan penilaian organoleptik oleh 100 panelis berdasar kesukaannya melalui
kuisioner organoleptik, lalu ditentukan formulasi terbaik dengan metode Indeks
Efektivitas (IE).
Berdasarkan hasil analisis Indeks Efektivitas, diperoleh formulasi terbaik
yakni formulasi 3 dengan penggilingan bekatul gandum, penggunaan mentega,
dan kental manis. Selanjutnya dilakukan analisis karakteristik kimia formulasi
terbaik dengan hasil kadar karbohidrat 60,43%, kadar air 23,17%, kadar protein
14,81%, kadar abu 0,77%, kadar lemak 0,81%, dan kadar serat kasar 3,01
Aplikasi Smart Nutrition Box untuk Analisis Kehilangan Zat Gizi Pada Sisa Makanan di Kantin Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang
Makanan adalah kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup karena
adanya zat gizi yang terkandung pada makanan. Tingginya aktivitas seseorang
menyebabkan kurangnya kepedulian terhadap tercukupinya zat gizi dalam tubuh.
Seiring dengan berkembangnya jaman terjadi perubahan pola hidup seseorang
salah satunya pada pola asupan konsumsi makanannya. Hal tersebut yang
dapat menyebabkan perilaku makan pada seseorang berubah menjadi
menyisakan makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan kesadaran
bagi setiap individu untuk lebih peduli pada asupan zat gizi dalam tubuh dan
mengurangi adanya limbah makanan. Hal ini didukung dengan mengetahui
kandungan zat gizi hilang atau tersisa dari makanan. Metode yang digunakan
ada dua, yaitu metode penimbangan dan aplikasi smart nutrition box. Pada
penelitian ini, menggunakan 30 sampel menu nasi goreng telur sisa dari Kantin
FTP-UB dengan metode observasional dan pendekatan cross sectional.
Pengolahan data dengan Microsoft Excel dan dianalisis dengan minitab paired t-
test untuk melihat hasil perbandingan dari kedua metode. Hasil penelitian
menunjukkan data kandungan zat gizi yang hilang terbesar adalah pada sampel
7 sebesar 149,25 gram pada metode penimbangan dan 136,68 gram pada
aplikasi smart nutrition box. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak
kandungan zat gizi yang tersisa pada sisa makanan dan menyebabkan adanya
limbah yang dapat mempengaruhi lingkungan dan ekosistem. Kemudian,
didapatkan nilai RMSE pada aplikasi smart nutrition box untuk sampel berat sisa
dan kehilangan zat gizi sama besarnya, yaitu 2,91. RMSE tersebut menandakan
hasil dari aplikasi smart nutrition box masih perlu perbaikan agar hasilnya lebih
baik dan tingkat keerorannya berkurang. Hasil data minitab paired t-test pada
pengujian sampel berat sisa dan pengujian kehilangan zat gizi didapatkan hasil
yang sama pada T hitung > T tabel = 3,31 > 2,045 dan P value = 0,002 < 0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah aplikasi smart nutrition box masih perlu
perbaikan agar hasil data sama dengan metode penimbanga
Pengaruh Lama Fermentasi dan Suhu Penyangraian terhadap Karakteristik Kopi Wine Arabika (Coffea arabica) Semeru
RINGKASAN
Peluang pasar yang ada baik di dalam maupun luar negeri mendorong semakin tingginya produksi kopi di Indonesia. Salah satu daerah yang berpotensi menghasilkan kopi dengan kualitas yang baik adalah lereng gunung Semeru dan kopi arabika semeru yang diproses dengan metode natural belum memiliki skor yang mencukupi untuk disebut specialty coffee menurut SCA (Specialty Coffee Association) sehingga masih diperlukannya peningkatan kualitas cita rasa. Peningkatan kualitas cita rasa dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi fermentasi. Salah satu metode fermentasi kopi adalah metode wine yang merupakan modifikasi metode natural. Dimana fermentasi metode wine akan dilakukan pada rentang waktu lebih lama dengan tujuan menghasilkan cita rasa khas menyerupai wine tanpa menghilangkan cita rasa asli kopi sendiri. Namun, proses fermentasi yang kurang tepat dapat berakibat dihasilkannya cacat cita rasa. Selain itu, proses penyangraian yang dilakukan setelah fermentasi juga dapat mempengaruhi cita rasa pada kopi dikarenakan prekursor yang terbentuk selama fermentasi akan diaktifkan dan terjadi pembentukan cita rasa selama penyangraian. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui lama fermentasi dan suhu penyangraian yang tepat dilakukan pada kopi arabika semeru dengan menguji karakteristik kopi baik cita rasa maupun fisikokimia kopi wine.
Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu lama fermentasi yang terdiri dari empat taraf dan faktor kedua yaitu tingkat penyangraian yang terdiri dari tiga. Kombinasi perlakuan selanjutnya akan diuji mutu fisik, kadar air, kadar abu, dan cita rasa. Perlakuan terbaik hasil uji cita rasa akan diuji alkalinitas abu, kadar sari kopi, dan kadar kafein. Pengujian yang dilakukan berdasarkan SNI tentang biji kopi dan bubuk kopi. Selanjutnya data yang diperoleh akan dilakukan pengujian ANOVA dengan selang kepercayaan 95%, uji lanjut BNT 5% untuk faktor, dan BNJ 5% untuk interaksi antar faktor.
Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa seluruh sampel green beans yang diperoleh telah memenuhi syarat mutu mengenai serangga hidup, biji berbau, dan kadar air yang terdapat pada SNI 01-2907-2008. Seluruh sampel roasted beans juga telah memenuhi persyaratan mutu I mengenai keadaan, kadar air, dan kadar abu yang terdapat pada SNI 01-3542-2004. Perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar air green beans, kadar air roasted beans, dan kadar abu roasted beans, serta atribut acidity, body, dan balance. Sedangkan perlakuan tingkat penyangraian berpengaruh nyata terhadap kadar air dan abu roasted beans, serta atribut fragrance/aroma, flavor, acidity, aftertaste, body, balance, dan overall. Terdapat pula interaksi antar faktor yang nyata terhadap kadar air roasted beans, atribut flavor, acidity, dan body. Didapatkan hasil perlakuan terbaik berdasarkan rata-rata total skor cupping yaitu kopi wine arabika semeru 40 hari dengan tingkat penyangraian medium (200°C) dengan total skor 81,83 dimana skor ini telah dapat dikategorikan sebagai specialty coffee
Perbaikan GMP Dalam Rangka Dokumentasi Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) Pada Pembuatan Keripik Kentang (Solanum tuberosum) di UKM Rama, Batu
UKM Rama merupakan salah UKM di Kota Batu yang bergerak di bidang
industri pangan di mana salah satu produk dari UKM Rama adalah keripik
kentang. Saat ini, UKM Rama berencana untuk melakukan ekspansi daerah
pemasaran sampai dengan ekspor ke negara lain. Harus dilakukan perbaikan
GMP di UKM Rama sehingga dapat tersertifikasi HACCP. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui sejauh mana penerapan GMP (Good Manufacturing
Procedure) dan SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure) pada UKM
Rama, memberikan usulan sistem HACCP yang sesuai untuk UKM Rama,
memberikan saran alternatif peningkatan keamanan kepada UKM Rama agar
dapat lebih menjaga keamanan dan mutu produknya. Metode dasar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yakni penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
atau kejadian yang terjadi. Data yang diteliti berupa penerapan Good
Manufacturing Practices (GMP), Sanitation Standard Operating Prosedure
(SSOP), dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada proses
pembuatan keripik kentang di UKM Rama, Batu. Hasil evaluasi terhadap kondisi
persyaratan kelayakan dasar atau Good Manufacturing Pracices (GMP) di UKM
Rama ditemukan sebanyak 16 penyimpangan minor, 34 penyimpangan mayor,
21 penyimpangan serius, dan 23 penyimpangan kritis. Hasil evaluasi terhadap
aspek SSOP di UKM Rama ditemukan 7 aspek yang tidak sesuai dari total 8
aspek SSOP. Berdasarkan identifikasi CCP yang telah dilakukan, proses
penggorengan merupakan titik kendali kritis (CCP) dalam proses produksi keripik
kentang di UKM Ram
Analisis Mitigasi Risiko Rantai Pasok Kangkung (Ipomea Aquatica) Menggunakan Metode House Of Risk (HOR) Di PT. XYZ
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) merupakan komoditas asli Asia Tenggara yang mempunyai nilai nutrisi tinggi, mudah dibiakkan, dan tahan terhadap hama (Schreinemachers, 2017). Potensi komoditas ini diperkuat juga dari angka permintaan kangkung yang sangat tinggi di Indonesia, Berdasarkan data BPS 2020 dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Angka konsumsi kangkung Indonesia dilihat dari 514 kabupaten kota di 34 Provinsi mengonsumsi rata-rata 209,89 gram per kapita per hari dengan angka produksi agregat Indonesia tahun 2020 mencapai 312.336.00 (BPS, 2020). Adanya produksi - permintaan yang tinggi PT. XYZ yakni total 18.696 pesanan dalam bulan November 2021 sampai Januari 2022 dan ditemukan pemborosan sebanyak 0,92ton pada Bulan Januari. Hal tersebut membutuhkan proses penanganan rantai pasok yang optimum. Jika dilihat dari nilai produktivitas rata-rata kangkung yang tinggi hingga 23.5 ton/Ha, menjadikan komoditas ini memasuki 10 besar komoditas sayuran yang sangat bernilai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko rantai pasok kangkung dari PT.XYZ, menentukan agen risiko, memetakan dan menganalisis hingga memberi saran mitigasi risiko yang tepat. Konsep (HOR) digunakan sebagai pendekatan dari pengembangan House of Quality (HoQ) dan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan metode Failure Models and Effect Analysis (FMEA). Proses identifikasi risiko akan dilakukan dengan menggunakan diagram Ishikawa. Selanjuntya metode HOR membantu memetakan dan memprioritaskan agen risiko.
Berdasarkan hasil penelitian mitigasi risiko rantai pasok kangkung PT. XYZ, dengan HOR, mampu memetakan 28 agen risiko (risk agent) dan 19 kejadian risiko (risk event) pada segmen rantai pasok kangkung di National Fullfillment Center (NFC) PT. XYZ. Hasil identifikasi pemicu risiko dan kejadian risiko menggunakan HOR fase 1 dengan perhitungan ARP dan pareto, didapat 2 prioritas agen risiko yang menjadi tingginya angka komplain pada kangkung beserta nilai Aggregate Risk Potential (ARP) masing-masing yakni tidak disiplinnya manpower (A12) bernilai 1208 dan belum optimumnya safety line antara forklift dengan manpower (A19) bernilai 1080. Hasil perhitungan HOR fase 2 dibantu dengan Ishikawa menghasilkan 9 strategi mitigasi risiko rantai pasok kankung dengan nilai ETDk tertinggi ke terendah masing-masing (PA1) bernilai 2718, (PA7) bernilai 2430, (PA8) bernilai 1944, (PA4) bernilai 1812, (PA6) bernilai 1620, (PA9) bernilai 1296, (PA3) bernilai 1208, (PA5) bernilai 906, dan (PA2) bernilai 0
Pengaruh Teknik Penyeduhan Terhadap Atribut Sensoris Seduhan Kopi Wine Arabika (Coffea arabica) Semeru
Kopi merupakan satu di antara banyak komoditas perkebunan yang memiliki nilai
tinggi di perdagangan internasional. Indonesia memiliki potensi yang tinggi terhadap
olahan kopi karena produksi kopi yang semakin meningkat. Khususnya di daerah Jawa
Timur yang merupakan peringkat ke 6 penghasil kopi terbanyak di Indonesia. Lereng
Gunung Semeru merupakan salah satu penghasil kopi berkualitas di Jawa Timur. Kopi
yang dihasilkan biasanya diolah dengan berbagai metode pengolahan pasca panen. Kopi
wine merupakan salah satu metode pengolahan pasca panen ceri kopi. Proses
fermentasi metode kopi wine memiliki ciri khas yaitu menghasilkan cita rasa menyerupai
wine, baik dari rasa maupun aroma. Ciri khas atribut sensoris kopi tidak hanya
dipengaruhi oleh pengolahan biji kopi namun, banyak aspek yang mempengaruhi atribut
sensoris seduhan kopi. Salah satunya adalah teknik seduh kopi. Penyeduhan kopi
memiliki banyak teknik di antaranya yang sangat umum adalah V60, aeropress, dan
frenchpress. Adanya potensi sumber daya serta banyaknya teknik penyeduhan yang
mampu menciptakan cita rasa yang unik mendasari penelitian yang akan menguji
preferensi konsumen dalam mengkonsumsi kopi seduhan dengan tiga teknik penyeduhan
yang sudah banyak di pasaran dimana nantinya akan didapatkan metode seduhan mana
yang paling disukai dari olahan biji kopi kopi wine arabika semeru. Uji dilakukan dengan
menggunakan hedonic test dan RATA (Rate-All-That-Apply).
Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan, diperoleh bahwa perbedaan
teknik penyeduhan memiliki pengaruh terhadap intensitas atribut sensoris yang terdeteksi
pada seduhan kopi. Intensitas atribut sensoris frenchpress lebih terdeteksi dari berbagai
atribut. Selain itu perbedaan teknik penyeduhan juga berpengaruh nyata terhadap
preferensi kesukaan konsumen. Hasil uji hedonik menunjukkan pada atribut rasa,
aftertaste, body, dan overall teknik penyeduhan V60 memiliki nilai kesukan tertinggi.
Penelitian ini juga mendapatkan hasil perlakuan terbaik diantara tiga seduhan yang
digunakan. Parameter perlakuan terbaik dinilai dari tingginya nilai daya terima teknik
penyeduhan serta nilai atribut overall tertinggi pada uji hedonik. V60 merupakan
perlakuan terbaik yang didapatkan dengan nilai uji hedonik atribut overall sebesar 3,71
dan daya terima sebesar 88,35%