Analisis Mitigasi Risiko Rantai Pasok Kangkung (Ipomea Aquatica) Menggunakan Metode House Of Risk (HOR) Di PT. XYZ

Abstract

Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) merupakan komoditas asli Asia Tenggara yang mempunyai nilai nutrisi tinggi, mudah dibiakkan, dan tahan terhadap hama (Schreinemachers, 2017). Potensi komoditas ini diperkuat juga dari angka permintaan kangkung yang sangat tinggi di Indonesia, Berdasarkan data BPS 2020 dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Angka konsumsi kangkung Indonesia dilihat dari 514 kabupaten kota di 34 Provinsi mengonsumsi rata-rata 209,89 gram per kapita per hari dengan angka produksi agregat Indonesia tahun 2020 mencapai 312.336.00 (BPS, 2020). Adanya produksi - permintaan yang tinggi PT. XYZ yakni total 18.696 pesanan dalam bulan November 2021 sampai Januari 2022 dan ditemukan pemborosan sebanyak 0,92ton pada Bulan Januari. Hal tersebut membutuhkan proses penanganan rantai pasok yang optimum. Jika dilihat dari nilai produktivitas rata-rata kangkung yang tinggi hingga 23.5 ton/Ha, menjadikan komoditas ini memasuki 10 besar komoditas sayuran yang sangat bernilai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko rantai pasok kangkung dari PT.XYZ, menentukan agen risiko, memetakan dan menganalisis hingga memberi saran mitigasi risiko yang tepat. Konsep (HOR) digunakan sebagai pendekatan dari pengembangan House of Quality (HoQ) dan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan metode Failure Models and Effect Analysis (FMEA). Proses identifikasi risiko akan dilakukan dengan menggunakan diagram Ishikawa. Selanjuntya metode HOR membantu memetakan dan memprioritaskan agen risiko. Berdasarkan hasil penelitian mitigasi risiko rantai pasok kangkung PT. XYZ, dengan HOR, mampu memetakan 28 agen risiko (risk agent) dan 19 kejadian risiko (risk event) pada segmen rantai pasok kangkung di National Fullfillment Center (NFC) PT. XYZ. Hasil identifikasi pemicu risiko dan kejadian risiko menggunakan HOR fase 1 dengan perhitungan ARP dan pareto, didapat 2 prioritas agen risiko yang menjadi tingginya angka komplain pada kangkung beserta nilai Aggregate Risk Potential (ARP) masing-masing yakni tidak disiplinnya manpower (A12) bernilai 1208 dan belum optimumnya safety line antara forklift dengan manpower (A19) bernilai 1080. Hasil perhitungan HOR fase 2 dibantu dengan Ishikawa menghasilkan 9 strategi mitigasi risiko rantai pasok kankung dengan nilai ETDk tertinggi ke terendah masing-masing (PA1) bernilai 2718, (PA7) bernilai 2430, (PA8) bernilai 1944, (PA4) bernilai 1812, (PA6) bernilai 1620, (PA9) bernilai 1296, (PA3) bernilai 1208, (PA5) bernilai 906, dan (PA2) bernilai 0

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions