23 research outputs found

    Aplikasi Katalis dalam Mengkonversi Limbah Plastik Menjadi Energi

    Get PDF
    Sampai dengan saat ini sampah masih menjadi masalah utama di negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Dari semua jenis sampah yang ada saat ini, sampah yang berasal dari plastik ternyata jumlahnya cukup besar. Karena dianggap lebih praktis dan ekonomis, hampir semua aktifitas baik rumah tangga, industri maupun perdagangan selalu menggunakan plastik. Padahal dibalik besarnya fungsi dan manfaatnya juga terdapat bahaya yang sangat besar pula. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengurangi limbah plastik tersebut. Salah satunya adalah mengkonversi limbah plastik menjadi sumber energi. Para peneliti di seluruh dunia telah membuktikan keberhasilan usaha tersebut. Pada kajian ini, dipaparkan beberapa metode yang telah diteliti oleh para peneliti dalam mengkonversi limbah plastik, diantaranya adalah pirolisis (thermal cracking), hydrocracking dan hidroisomerisasi. Selain metode proses, jenis katalis yang digunakan dalam proses mempengaruhi tinggi rendahnya komposisi produk yang dihasilkan. Dengan dikembangkannya metode tersebut, limbah plastik yang selama ini masih menjadi permasalahan serius di masyarakat dapat menjadi sesuatu yang bermafaat bagi kepentingan manusia dan lingkungan.

    Komparasi Kualitas Cat Alkid Menggunakan Pelarut Hasil Pirolisis Limbah Plastik Polietilen Dengan Pelarut di Industri Cat

    Get PDF
    Pelarut merupakan cairan yang dibutuhkan untuk pembuatan dan aplikasi cat alkid. Alkid merupakan jenis cat yang menggunakan pelarut organik. Saat ini pelarut organik yang digunakan sebagian besar masih impor, sehingga pelarut berbahan dasar plastik polietilen (PE) dapat menjadi pelarut alternatif untuk cat alkid. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kualitas cat alkid yang menggunakan pelarut P dan L yang berasal dari poses pirolisis limbah plastik PE dengan pelarut di pasaran (pegasol dan white spirits (WS)). Cat alkid yang dibuat adalah jenis Short Oil Alkyd (SOA) dan Medium Oil Alkyd (MOA). Cat tersebut dibuat dengan formulasi yang sama untuk setiap jenis pelarut. Selanjutnya cat SOA dan MOA dilakukan pengujian karakteristik sifat fisika yang mengacu pada standard ASTM. Hasil penelitian ini menunjukan kualitas cat SOA dan MOA menggunakan pelarut P dan L pada hasil pirolisis limbah plastik PE sebanding dengan penggunaan pelarut pelarut pegasol dan WS. Kekurangan cat alkid SOA dan MOA yang menggunakan pelarut P dan L pada hasil pirolisis limbah plastik PE adalah warna cat lebih kekuningan.

    Pemanfaatan Gas Hasil Proses Pirolisis Plastik Polyethylene (PE) sebagai Bahan Bakar dengan Metode Kondensor dan Metode Tangki Air

    Get PDF
    Masalah limbah plastik meresahkan masyarakat dunia. Alternatif penanganannya antara lain dengan metode pirolisis. Pada proses pirolisis, limbah plastik akan diubah menjadi fasacair, padat, dan gas. Tujuan penelitian ini untuk memanfaatkan produk gas dari proses pirolisis limbah plastik polyethylene (PE) sebagai bahan bakar dengan metode kondensor dan metode tangki air serta aplikasinya di lapangan. Nilai kalor pada metode kondensor 1209,25BTU/ft3sedangkan nilai kalor metode tangki air 1548,42 BTU/ ft3. Jika dibandingkan dengan kualitas gas alam yang sudah diolah dan gas pipa, gas hasil pirolisis mempunyai kualitas lebih baik karena mempunyai nilai kalor lebih tinggi dan tidak menghasilkan gas H2S yang bersifat korosif. Dari kedua metode, metode tangki air menghasilkan kuaitas gas terbaik. Sebelum dimanfaatkan, gas pirolisis yang masih mengandung pengotor CO2 perlu dipurifikasi. Penurunan CO2 mencapai 99,82% setelah dipurifikasi dengan kolom purifikasi sedangkan dengan larutan Ca(OH)2 hanya 65,05%. Gas yang sudah dipurifikasi dimasukkan ke dalam tabung untuk memudahkan dalam penyimpanan dan aplikasi di lapangan

    Pengurangan Logam Berat pada Limbah Cair Industri Percetakan dengan Teknologi Biosorpsi

    Get PDF
    Limbah cair industri pengguna tinta cetak mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Pada penelitian ini digunakan biosorben dari limbah hasil samping industri fermentasi bir yang mengandung khamir Saccharomyces cerevisiae. Biosorben dibuat dalam bentuk pelet (rendemen 24 g pelet per liter limbah bir dengan kadar air 9%), selanjutnya diaplikasikan di industri pengguna tinta cetak. Dari hasil penelitian kondisi optimum biosorpsi dengan variabel pH, berat biosorben dan waktu kontak diperoleh hasil optimum pada pH 10, berat biosorben 0,5 g/500 mL limbah percetakan dan waktu kontak 0,5 jam dapat menurunkan konsentrasi logam Pb sebesar 95,8% telah memenuhi baku. Selain itu juga terjadi penurunan Hg sebesar 95%. Penurunan nilai BOD dan COD dengan aerasi sebesar 37% dan 67% effluent- nya memenuhi baku mutu limbah cair. Hasil pengolahan secara biosorpsi akan dibandingkan pengolahan secara kimia fisika untuk menganalisa tekno ekonominya. Kebutuhan bahan kimia untuk pengolahan secara biosorpsi hanya untuk menaikkan pH, perlu 1 mL CaO 30 % atau Rp. 120,- /m3 limbah cair percetakan. Sedangkan kebutuhan pelet biosorben 0,5 g/500 mL limbah cair percetakan, sehingga biaya operasional untuk pengolahan secara biosorpsi per-m3 limbah cair percetakan adalah Rp. 120,- ditambah biaya angkut 41,6 liter limbah bir untuk menghasilkan 1 kg biosorben (Rp. 1667,- ) dan biaya pengeringan 1 kg biosorben (Rp. 4166,- ), sehingga total biaya Rp. 5954,- per-m3 limbah percetakan. Sedangkan kebutuhan bahan kimia untuk pengolahan secara kimia fisika pada optimal pH 11, alum 10% 5 mL, flokulan 0,3 % 1 mL adalah Rp. 21.390,- per-m3 limbah percetakan.

    Komposit Nano TiO2 Dengan PCC, Zeolit atau Karbon Aktif Untuk Menurunkan Total Krom dan Zat Organik Pada Air Limbah Industri Penyamakan Kulit

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian untuk menurunkan total krom dan zat organik pada limbah industri penyamakan kulit dengan menggunakan nano TiO2 yang dikompositkan dengan adsorben karbon aktif, zeolit, dan precipitated calcium carbonate (PCC) dalam suatu reaktor fotokatalitik yang disusun secara batch dan dilengkapi dengan 6 buah lampu UV dan magnetic stirrer. Penurunan kadar krom total diukur dengan menggunakan Atomic Absorption Spectro-photometer (AAS) dan penurunan zat organik dianalisa dengan menggunakan titrasi permanganatometri. Hasil penelitian menunjukkan pengolahan terbaik untuk penurunan kadar krom total adalah dengan menggunakan komposit TiO2:PCC = 8:2 yang dapat menurunkan total krom hampir 100% pada menit ke-170 dengan konsentrasi awal 214,35 mg/L. Untuk penurunan kadar zat organik, pengolahan terbaik dengan menggunakan komposit TiO2:PCC = 9:1 yang dapat menurunkan kadar zat organik hingga 100% pada menit ke-180.

    Pengaruh Residue Catalytic Cracking (RCC) dan Zeolit terhadap Kualitas Crude Oil Hasil Pirolisis Limbah Plastik Polietilena

    Get PDF
    Pirolisis dapat menjadi salah satu solusi dalam menghasilkan sumber energi alternatif dan juga dapat mengurangi jumlah limbah plastik Polietilena (PE). Pirolisis dengan menggunakan katalis lebih efektif dibandingkan tanpa katalis. Residue Catalytic Cracking (RCC) adalah katalis bekas dari proses perengkahan minyak bumi. Penelitian ini akan membandingkan crude oil hasil pirolisis-katalis (RCC) dengan crude oil hasil pirolisis-katalis zeolit alam yang berasal dari Lampung (zeolit). Analisis komposisi katalis RCC menunjukkan unsur yang menyerupai zeolit, dan analisis uji fisik menunjukkan luas pemukaan serta luas pori RCC lebih besar dibandingkan dengan zeolit. Yield (%) crude oil hasil pirolisis RCC lebih besar dibandingkan dengan zeolit. Hasil distilasi pada RCC dan zeolit menunjukkan IBP (°C) adalah 63 dan 70; FBP (°C) adalah 371 dan 374; residu (%Vol) adalah 2,5 dan 3,4; loss (%Vol) adalah 1,5 dan 0,6. Hasil tersebut menunjukkan crude oil hasil pirolisis dengan RCC dan zeolit tidak berbeda jauh, namun residu yang dihasilkan oleh RCC lebih sedikit dibandingan dengan zeolit. Hasil karakterisasi fraksinasi dari kedua crude oil adalah light nafta (C4-C7), heavy nafta (C7-C11), kerosin (C10-C16), light gas oil (C12-C14), heavy gas oil (C16-C28) dan residu (> C25). Secara deskriptif, crude oil hasil pirolisis dengan RCC menunjukkan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan crude oil hasil pirolisis dengan zeolit.

    ANTIOXIDANT ACTIVITY, SKIN IRRITAION POTENTIAL AND CHEMICAL COMPOSITION OF CLOVE LEAF OIL FROM WEST JAVA INDONESIA

    Get PDF
    ANTIOXIDANT ACTIVITY, SKIN IRRITATON POTENTIAL, AND CHEMICAL COMPOSITION OF CLOVE LEAF OIL FROM WEST JAVA INDONESIA. Essential oils with specific chemical compositions have the potential as a source of antioxidants in cosmetics, however, in general, essential oils are not safe because of the potential for skin irritation. This study aims is to perform fractionation to obtain clove oil with a chemical composition that is safe on the skin and does not reduce its antioxidant activity. Fractionation was performed at a temperature of 100 – 285 oC. Chemical composition was determined by Mass Chromatography Spectrometry (GC-MS), antioxidant activity by DPPH method, and irritation potential by in-vivo patch test. The results showed chemical components of clove oil were eugenol, copaene, beta caryophyllene, iso-eugenol, alpha caryophyllene, cadinene, caryophyllene oxide, caryophylla and beta caryophylla. Fractions with chemical compositions of eugenol and beta caryophyllene as the main components and copaene, iso-eugenol, alpha caryophyllene, cadinene as secondary components have very light erythema and no potential irritation to the skin. The fraction produced from the fractionation of crude clove oil at a temperature of 235 – 260 oC has the highest antioxidant activity of 10.17 mg/L

    Degradasi Zat Warna Pada Limbah Cair Industri Tekstil Dengan Metode Fotokatalitik Menggunakan Nanokomposit Tio2 – Zeolit

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian degradasi zat warna pada limbah cair industri tekstil menggunakan metode fotokatalitik dengan penambahan nanokomposit TiO2 - zeolit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas kemampuan nanokomposit dalam mendegradasi zat warna serta parameter-parameter yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Zeolit alam diaktivasi terlebih dahulu sebelum dikompositkan dengan TiO2. Perbandingan TiO2 : zeolit yang digunakan pada pembuatan nanokomposit adalah 100:0, 20:80, 40:60, 50:50, 60:40, dan 0:100. Percobaan pendahuluan dilakukan dengan menggunakan limbah cair tekstil buatan yang dibuat dari pewarna Synolon yellow S- G6LS (untuk warna kuning) dan B/Blue R 150% special (untuk warna biru), sedangkan limbah cair industri tekstil diambil dari salah satu industri di Bogor. Waktu degradasi zat warna dilakukan dalam reaktor fotokatalitik selama 180 menit. Pada perbandingan TiO2 : zeolit 40:60 didapatkan degradasi zat warna tekstil buatan berwarna kuning maksimal adalah 99,9 % dan zat warna tekstil buatan berwarna biru maksimal 99,8%. Analisis warna menggunakan spektrofotometer dan HPLC. Nanokomposit TiO2 : zeolit 40 : 60 merupakan perbandingan optimal sehingga digunakan pada uji coba limbah cair industri tekstil. Degradasi maksimal warna kuning dengan pengolahan fotokatalitik yang ditambahkan nanokomposit pada limbah cair industri tekstil sebesar 98,4%, sedangkan untuk parameter uji zat organik, TSS, TDS, BOD, COD, dan lemak/minyak diperoleh nilai di bawah baku mutu yang dipersyaratkan.

    Pengaruh hidrolisis menggunakan asam sulfat pada karakteristik micro-fibrillated cellulose (MFC) dari serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai agen nukleasi

    Get PDF
    Micro-fibrillated cellulose (MFC) dapat diproduksi dari ekstraksi serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) melalui proses alkalinisasi, oksidasi H2O2, dan hidrolisis asam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu reaksi terhadap proses hidrolisis H2SO4. MFC dibuat dengan proses alkalinisasi menggunakan natrium hidroksida (NaOH) 4% pada suhu 90 °C selama 2 jam, oksidasi H2O2 20% pada suhu kamar selama 2 jam, dan hidrolisis H2SO4 pada suhu kamar. Hidrolisis asam dilakukan menggunakan H2SO4 20% dengan variasi waktu reaksi 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. MFC dianalisis menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), X-Ray Difraction (XRD), dan Thermal Gravimetric Analysis (TGA). Analisis FTIR menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi lignin dan selulosa, analisis TGA menunjukkan stabilitas termal pada waktu reaksi 3 jam lebih tinggi dibandingkan waktu reaksi lainnya, dan analisis XRD menunjukkan bahwa semakin lama waktu hidrolisis H2SO4 terjadi kecenderungan persentase kristalisasi meningkat. Dari hasil yang diperoleh, MFC dari serat TKKS memiliki potensi untuk digunakan sebagai agen nukleasi dalam polimer

    Ekstraksi dan Identifikasi Fitosterol pada Mikroalga Nannochloropsis occulata

    Get PDF
    Fitosterol merupakan golongan senyawa kelompok steroid yang dapat ditemukan dalam tanaman dan organisme laut seperti mikroalga. Fitosterol digunakan sebagai suplemen makanan yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Nannochloropsis occulata merupakan salah satu sumber terbesar dari fitosterol yang memiliki prospek menjanjikan untuk dijadikan sebagai suplemen makanan. Pada penelitian ini telah dilakukan ekstraksi dan identifikasi jenis fitosterol dari Nannochloropsis occulata yang berasal dari perairan Lampung. Skrining fitokimia menyatakan bahwa Nannochloropsis occulata selain mengandung golongan senyawa sterol juga mengandung golongan senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Hasil identifikasi menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometer (GC-MS) menunjukkan bahwa Nannochloropsis occulata mengandung fitosterol dengan kelimpahan 91,96% yang terdiri dari campesterol, stigmasterol, dan β-sitosterol dengan kelimpahan masing-masing sebesar 23,02% ; 29,04% dan 39,80%
    corecore