937 research outputs found

    Natural Durability of 57 Indonesian Wood Species Tested Under the Shade

    Full text link
    Natural durability of 57 wood species originated from several regions in Indonesia was investigated outdoor under coverage. Initially, wood specimens were prepared from each species with dimension of 20 cm (length), 10 cm (width) and 2.5 cm (thickness). Specimens were placed on top of the bricks to avoid direct contact with soil, arranged randomly, and covered with crated-plastic sheets which served as protecting shades. Such experiment was conducted in research forest, Cikampek, West Java. Observation was conducted one year afterwards included evaluating the percentage of deteriorated wood specimens due to wood-destroying organisms. Results showed that after a year, 57 wood species could be categorized into five classes. Further scrutiny on each class revealed that four wood species belonged to class I (very durable); 16 wood species were class II (durable), 15 wood species class III (fairly durable), three wood species class IV (non-durable), and 19 wood species were classified as class V (perishable)

    Ketahanan 30 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Serangan Bubuk Kayu Kering Heterbostrichus Aequalias Wat

    Get PDF
    Tiga puluh jenis kayu dari berbagai daerah di Indonesia di uji ketahanannya terhadap kumbang bubuk kayu. Masing-masing jenis kayu dibuat contoh uji dengan ukuran 7,5 cm x 5 cm x 2,5 cm. Semua jenis kayu diuji terhadap larva bubuk kayu Heterbostrichus aequalias Wat selama 6 minggu pengujian. Parameter yang diamati meliputi persentase penurunan berat kayu dan persentase jumlah kumbang bubuk yang hidup serta derajat serangan secara subyektif. Pengelompokkan ketahanan jenis kayu dilakukan berdasarkan penurunan berat, jumlah kumbang bubuk yang hidup dan derajat serangan. Penelaahan berdasarkan penurunan berat, menunjukkan sebanyak 9 jenis kayu (29,99%) termasuk kelas I, 3 jenis (9,97%) termasuk kelas II, 8 jenis (26,67 %) termasuk kelas III, 6 jenis (19,99%) termasuk kelas IV dan 4 jenis (13,33%) termasuk kelas V. Berdasarkan jumlah bubuk yang hidup, sebanyak 5 jenis (16,67%) termasuk kelas I, 3 jenis (9,99%) termasuk kelas II, 12 jenis (39,99 %) termasuk kelas III, 8 jenis (28,67%) termasuk kelas IV dan 3 jenis (6,67%) termasuk kelas V. Berdasarkan derajat serangan 5 jenis (16,67%) kerusakan berat, 16 jenis (53,33%) kerusakan sedang dan 9 jenis (30%) kerusakan ringan

    Daya Tahan 25 Jenis Rotan Terhadap Rayap Tanah

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan 25 jenis rotan terhadap serangan serangga rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dengan menggunakan contoh uji berukuran panjang 2 cm dan diameter tergantung jenis rotannya. Pengujian berlangsung dalam jampot yang didalamnya terdapat 200 ekor rayap tanah kasta pekerja yang sehat dan aktif. Parameter yang diuji adalah persentase penurunan berat rotan dan persentase rayap yang yang hidup, yang kemudian melalui bantuan penelaahan statistik dipakai sebagai dasar penggolongan 25 jenis rotan tersebut menurut kelas ketahanannya. Disamping itu dilakukan pula pengamatan secara subyektif derajat serangan rayap terhadap rotan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 25 jenis rotan yang diteliti, 7 jenis (28%) termasuk kelas ketahanan tinggi (kelas I dan II), sisanya yaitu 18 jenis (72%) termasuk kelas ketahanan rendah (kelas III, IV dan V). Dalam penggunaan rotan dengan kelas ketahanan rendah diperlukan proses pengawetan. Walaupun diamati secara subjektif, ternyata derajat serangan rayap berkorelasi positif dengan penurunan berat rotan (R = + 0,618**) dan jumlah rayap hidup (R = + 0,697**)

    Pengujian Resin Berbasis Lignin Sebagai Bahan Pencegah Serangan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes Cynocepbalus Light.)

    Full text link
    Kayu karet dan tusam banyak digunakan sebagai bahan mebel. Kelemahan kedua kayu tersebut mudah diserang organisme Perusak kayu. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan untuk meningkatkan keawetannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis bahan pencegah serangan rayap kayu kering menggunakan resin lignin formaldehida.Dalam penelitian ini resin dibuat dari 3 jenis lignin yang dihidroksimetilasi kemudian dikondensasi dengan larutan NaOH 50% dan formaldehida 37%. Reaksi dilangsungkan pada suhu 70 -80OC selama 1 jam. Nisbah mol lignin: formalin = 1 : 2. Resin tersebut diaplikasikan pada kayu karet dan tusam, masing-masing mewakili kayu daun lebar dan kayu daun jarum yang selanjutnya diuji ketahanannya terhadap serangan rayap kayu kering.Hasil penelitian menunjukkan bahwa resin berbasis lignin formaldehida yang dibuat dari ke-3 jenis lignin efektif dalam mencegah serangan rayap kayu kering pada kayu karet dan tusam dengan tingkat kematian rayap kayu kering antara 62,4 - 100,0% dan mampu meningkatkan kelas ketahanan kayu karet maupun tusam dari kelas IV (tanpa perlakuan) menjadi kelas II

    The Paradox of Dynamic Corporate Identity

    Full text link
    Dynamic Corporate Identity has brought the new perspective of designing a brand identity. Dynamic Corpo- rate identity is a system that applying the latest technology to create a flexible logo as the result the logo will constantly can change in color, pattern or shape. It is believed as the new way to create a living brand. However the new approach may not suitable for several types of businesses or identities. This research aimed to understand; what improvement that dynamic identity could do to make brand more alive. By collecting qualitative data, and some relevant literature this study has found that there is a paradox in dynamic identity system. Keywords Corporate Identity, Dyanmic Identity, Logo Desig

    Cluster Evaluation of Density Based Subspace Clustering

    Full text link
    Clustering real world data often faced with curse of dimensionality, where real world data often consist of many dimensions. Multidimensional data clustering evaluation can be done through a density-based approach. Density approaches based on the paradigm introduced by DBSCAN clustering. In this approach, density of each object neighbours with MinPoints will be calculated. Cluster change will occur in accordance with changes in density of each object neighbours. The neighbours of each object typically determined using a distance function, for example the Euclidean distance. In this paper SUBCLU, FIRES and INSCY methods will be applied to clustering 6x1595 dimension synthetic datasets. IO Entropy, F1 Measure, coverage, accurate and time consumption used as evaluation performance parameters. Evaluation results showed SUBCLU method requires considerable time to process subspace clustering; however, its value coverage is better. Meanwhile INSCY method is better for accuracy comparing with two other methods, although consequence time calculation was longer.Comment: 6 pages, 15 figure

    Determination of Chlorophyll-A and Total Suspended Sediment Using Airborne Remote Sensing Data

    Get PDF
    The objective of this study are to derive the pattern of Chlorophyll-a (Chl-a) and Total Suspended Sediments (TSS) distribution as well as to built and integrate the Chl-a and TSS graphical models to a sub-system that can be utilized to generate the distribution maps of those parameters. The Chl-a and TSS modeling were generated from MASTER airborne data over the Kuala Terengganu coastal region. They were extracted by the empirical approach where the recorded reflectance of MASTER data was coincided to in situ data during the overpass. A linear coefficient of correlation R2 gained for Chl-a was 0.5839 from the band ratio of 1/2 and for TSS was 0.4382 from the band 8. This weak interaction was resulted due to the limited sampling points and restricted sea surface region in the study area. These models were then integrated into IMAGINE image processing software through an automated processing sub-system that was created to hold on Chl-a and TSS modeling

    Penggolongan Performans 25 Jenis Rotan Indonesia Berdasarkan Kerapatan, Kekakuan, Dan Kekuatan

    Get PDF
    Rotan merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu, dan di Indonesia berperan penting sebab memasok 80% kebutuhan bahan baku rotan dunia. Rotan banyak dimanfaatkan antara lain untuk tali, anyaman, tikar, keranjang, perabot rumah tangga, barang kerajinan, dan produk meubelar. Pemanfaatan rotan menjadi produk berguna ditentukan diantaranya oleh kerapatan, dan kekuatan (MOR) dan kekakuan (MOE), di mana semakin tinggi nilai ketiga sifat tersebut, maka semakin baik pula kualitas rotan tersebut. Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terdapat 2 dari 8 genera rotan yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu Calamus dan Daemonorops. Sebagai kaitannya, telah dilakukan pencermatan 25 jenis rotan Indonesia dan kelasifikasinya berdasarkan kerapatan, MOR, dan MOE. Dua puluh lima jenis tersebut didominasi oleh Calamus spp. dan Daemonorops spp. Penelaahan secara menyeluruh berdasarkan kerapatan, MOR, dan MOE, sebanyak 16% dari 25 jenis rotan dapat dikelompokkan sebagai kelas I (sangat baik); 36% sebagai kelas II (baik); 32% sebagai kelas III (sedang); dan 16% sebagai kelas IV (rendah). Penelahan berdasarkan keseluruhan sifat (Kerapatan, MOR, MOE) mengindikasikan 4 jenis rotan yang paling berprospek untuk dimanfaatkan (mulai dari urutan tertinggi) yaitu Korthlsia rigida Bl, Calamus inops Becc.ex Heyne, dan Calamus koordesianus Becc dan Korthalsia echinometra Becc; sedangkan yang paling tidak berprospek adalah Korthalsia zeppelii Burret, Plectocomiopsis geminiflora(Griff) Becc, dan Calamus ornatus Blume dan Daemonorops malanocaetes BL

    Komposisi Kimia Dan Ketahanan 12 Jenis Rotan Dari Papua Terhadap Bubuk Kayu Kering Dan Rayap Tanah

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia dan ketahanan 12 jenis rotan terhadap kumbang bubuk rotan kering (Dinoderus minutus Fabr) dan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Kandungan selulosa dianalisa berdasarkan metode Norman & Jenkins, lignin berdasarkan SNI 14-0492-1989 dan SII-70-1979. Ketahanan bubuk kayu kering dengan menggunakan contoh uji berukuran panjang 2,5 cm dan diameter diatas 12 mm. Ketahanan terhadap rayap tanah dengan menggunakan contoh uji berukuran panjang 2,5 cm dan diameter diatas 12 mm. Untuk pengujian rayap tanah mengacu pada SNI 01-7207-2006. Parameter yang diamati untuk komposisi kimia adalah selulosa, lignin dan pati. Sedangkan untuk ketahanan terhadap kumbang bubuk dan rayap tanah adalah persentase penurunan berat rotan dan persentase jumlah kumbang bubuk dan rayap yang hidup. Disamping itu dilakukan pula pengamatan secara subyektif terhadap derajat serangan kumbang bubuk dan rayap tanah terhadap rotan. Hasil penelitian menunjukkan kadar selulosa tertinggi pada jenis rotan somi 1 (Calamus pachypus WJ Bake al.) 52,82% dan terendah rotan longipina (Calamus longipina Becc) 42,29%. Lignin tertinggi pada rotan endow (Calamus zebrianus Becc) 33,37% dan terendah rotan itiko (Calamus vitiensis Warburg) 21,00%. Untuk ketahan terhadap kumbang bubuk termasuk kelas I ( 2 jenis), kelas II (3 jenis), kelas III ( 4 jenis), kelas IV ( 1 jenis) dan kelas V ( 2 jenis). Untuk ketahanan terhadap rayap tanah kelas I (3 jenis), kelas II ( 5 jenis), kelas III ( 2 jenis), kelas IV (1 jenis) dan kelas V (1 jenis). Dalam penggunaan rotan kelas ketahanan III, IV dan V diperlukan proses pengawetan untuk memperpanjang umur pakai
    corecore