162 research outputs found

    Pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan pancing dasar di perairan sekitar desa Labuha Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis ikan yang tertangkap dan melihat apakah ada pengaruh dari jenis umpan terhadap hasil tangkapan disamping itu dengan penelitian ini kita dapat mengetahui waktu operasi penangkapan ikan yang terbaik. Alat tangkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah empat unit pancing dasar, dimana tiap unit masing-masing menggunakan empat jenis umpan. Setiap unit pancing dasar terdiri dari penggulung tali, tali utama, tali cabang, kili-kili, mata pancing, pemberat dan umpan alami. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Hasil menunjukkan bahwa ada satu atau lebih dari rata-rata perlakuan yang berbeda dengan yang lainnya. Jenis-jenis ikan yang tertangkap selama penelitian adalah terdiri dari 20 spesies ikan, dan yang lebih dominan tertangkap yaitu Goropa (18,05%), Tonton (15,79%), dan Kuisi (13,53%). Penggunaan umpan ikan Malalugis (Decapterus sp) pada pancing dasar lebih banyak hasil tangkapannya dibandingkan dengan umpan kembung (Rastrelliger sp), cumi dan udang

    Kajian aktivitas kapal pukat cincin pelagis kecil di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

    Get PDF
    Aktivitas kapal perikanan pukat cincin perlu ditunjang oleh pelabuhan yang memadai, sebaliknya pembangunan suatu pelabuhan perikanan harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mendukung keseluruhan kegiatan perikanan tangkap. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji aktivitas kapal-kapal pukat cincin pelagis kecil di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung; dan mengkaji kelayakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan kapal pukat cincin pelagis kecil. Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode deskriptif. Aktivitas keluar masuk kapal pukat cincin pelagis kecil ukuran 5-10 GT  selama tahun 2013, maksimum terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 75 kali. Kapal ukuran 11-20 GT, aktivitas maksimum pada bulan Juli sebanyak 25 kali. Kapal ukuran 21-30 GT, aktivitas maksimum pada bulan Juli sebanyak 95 kali. Kapal ukuran 31-50 GT banyak beraktivitas pada bula April-Mei; tetapi panjang dermaga belum mencukupi untuk bersandarnya kapal-kapal pukat cincin pelagis kecil. Tangki solar kapasitas 100 kl masih memadai memenuhi kebutuhan kapal-kapal pukat cincin pelagis kecil. Tetapi produksi es balok dan ketersediaan air bersih belum dapat memenuhi kebutuhan kapal setiap hari

    Pengaruh perbedaan ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan rawai pancang di Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan

    Get PDF
    Berhasilnya suatu usaha perikanan, tergantung pada metode penangkapan suatu alat tangkap yang digunakan, yang harus sesuai dengan kondisi perairan setempat (Ayodhyoa, 1981), Rawai atau juga disebut sebagai long line merupakan sederetan mata pancing yang dipasang dengan tali cabang pada satu atau lebih tali utama.Panjang rawai bisa bervariasi dari yang pendek (beberapa meter saja) sampai yang sangat panjang (berkilometer).Dalam penelitian yang dilakukan, perbedaan ukuran mata pancing diteliti untuk dapat diketahui ukuran mata pancing yang cocok dengan kedalaman perairan pada lokasi penelitian yaitu di Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan. Masalah mendasar yang diteliti,yaitu: Apakah ada pengaruh ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan rawai pancang yang dioperasikan? Mata pancing ukuran berapakah yang memberikan hasil tangkapan yang banyak? Jenis-jenis ikan apa sajakah yang tertangkap? Tujuan utama penelitian ini adalah: Mengetahui pengaruh ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap rawai pancang, Mengetahui ukuran mata pancing yang paling cocok digunakan., Mengetahui jenis ikan yang tertangkap. Metode penangkapan rawai pancang dalam penelitian ini yaitu dengan menancapkan di laut kemudian setiap 3 jam dilakukan pengambilan hasil tangkapan dan penggantian umpan yang gagal tangkap. Hasil tangkapan dikumpulkan sebanyak 3 kali pengambilan setiap hari selama 8 hari. Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian berjumlah 125 ekor ikan demersal.Jenis ikan yang banyak tertangkap adalah ikan goropa loreng sebanyak 25 ekor (20%) dan banyak tertangkap pada mata pancing ukuran nomor 13. Berikutnya secara berurut adalah ikan lencam sebanyak 19 ekor (15,2%), ikan gorara sebanyak 16 ekor (12,8%), ikan gutila sebanyak 12 ekor (9,6%), ikan babagoni sebanyak 11 ekor (8,8%), ikan sembilan sebanyak 10 ekor (8%), ikan gaca sebanyak 9 ekor (7,2%), belut sebanyak 8 ekor (6,4%), ikan kakap sebanyak 7 ekor (5,6%), ikan goropa hitam sebanyak 6 ekor (4,8%) dan akhirnya ikan biji nangka sebanyak 2 ekor (1,6%). Jadi terdapat 11 jenis ikan yang tertangkap dan frekuensi terbanyak pada mata pancing ukuran nomor 13. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, pada taraf signifikansi 99% untuk perlakuan, sehingga secara statistik menerima hipotesis tandingan H1 dan menolak hipotesis dasar H0.Hal ini berarti bahwa keempat ukuran mata pancing sebagai perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tangkapan rawai pancang. Hasil uji BNT menunjukkan bahwa penggunaan mata pancing ukuran nomor 13 berbeda nyata dengan ukuran nomor 14, berbeda sangat nyata dengan nomor 15 dan nomor 16. Mata pancing ukuran nomor 14 berbeda sangat nyata dengan nomor 16. Ukuran mata pancing nomor 14 tidak berbeda nyata dengan nomor 15 dan mata pancing ukuran nomor 15 tidak berbeda nyata dengan nomor 16. Kesimpulannya bahwa mata pancing ukuran nomor 13 lebih baik dari ketiga ukuran mata pancing lainnya

    Distribusi Vertikal Karang Batu (Scleractinia) Di Perairan Desa Kalasey, Kabupaten Minahasa

    Full text link
    Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui struktur komunitas dan distribusi vertikal karang scleractinia di perairan Desa Kalasey.Jumlah spesies yang ditemukan pada lereng terumbu berjumlah 48 dan pada rataan terumbu 38.Jumlah koloni pada lereng terumbu berjumlah 190 dan pada rataan terumbu 133.Spesies Porites lobata memiliki kepadatan relatif tertinggi pada lereng terumbu dan Favites halicora pada rataan terumbu, masing-masing dengan nilai 20%. Nilai indeks keanekaragaman menunjukkan keanekaragaman tinggi pada lereng terumbu (3,12) dan keanekaragaman sedang pada rataan terumbu (2,95). Secara umum, kedua loaksi tersebut memiliki pola penyebaran seragam. Hasil indeks kemerataan pada lereng terumbu 0,80 dan rataan terumbu 0,81. Kedua nilai tersebut digolongkan pada komunitas yang stabil

    Studi tentang kerusakan dan lama perbaikan kapal ikan yang melakukan perbaikan di Bengkel Latih Kapal Perikanan Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung

    Get PDF
    Perawatan adalah gabungan dari kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menjaga atau mengembalikan suatu peralatan menjadi seperti sediakala pada kondisi yang baik untuk dapat dipergunakan kembali. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan Februari 2015 di Bengkel Latih Kapal Perikanan milik Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan sampel kapal sebanyak 10 kapal ikan yang melaksanakan perbaikan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, dan metode wawancara. Jumlah kapal yang melakukan perbaikan di bengkel: kerusakan ringan 4 unit kapal (40 %), kerusakan sedang 3 unit kapal (30 %), dan kerusakan berat 3 unit kapal (30 %). Lama perbaikan berdasarkan jenis kerusakan kapal adalah kerusakan ringan rata-rata 6 hari, kerusakan sedang rata-rata 9 hari, dan kerusakan berat rata-rata 45 hari. Kata-kata kunci: kerusakan, perbaikan, bengkel perikanan, Politeknik KP Bitung

    Vertical Distribution and Density of Coral Fungiidae on Malalayang Waters

    Get PDF
    Fungiidae known as a solitaire coral, attachment and also free living and has capability of individual move for migrate. Their mobility allows them to expand the area, providing a hard substrate for coral recruitment and shelter for other invertebrates. The objective of this study was to examine the density and distribution of fungiid corals in Malalayang waters. The data were collected from September to December 2012 at four different areas. The results of this study showed that the highest density of fungiid corals were occurred on the front reef study site and mostly by Fungia danai (0,62 ind/m2), compared with other species such as Herpolitha limax (0,25 ind/m2), F. paumotensis (0,19 ind/m2), F. fungites (0,18 ind/m2), F. granulosa (0,18 ind/m2) and with an aggregated pattern of distribution. Fungiid corals found in this study were mostly relatively more on the reef flat compared to the reef slope

    Studi tentang pelayanan terhadap kapal perikanan Di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa Kota Manado (Study on Fishery Ship Service at Tumumpa Coastal fishing port (PPP) at Manado City)

    Get PDF
    To achieve the purpose of fisheries development the most important thing to note is the development of fishing ports. This research is to assess the service of fishing vessel in PPP Tumumpa concerning: mooring service, loading and unloading service, port and shipping administration services.  Primary data in this study were collected by conducting a direct survey to the PPP location. Data obtained from this study were analyzed by using qualitative analysis. The number of fishing vessels based in PPP Tumumpa are 166 ships, 41% of them are between 20-30 GT with 4,5-5,5 in breadths. With harbour length of 50 m, the number of fising vessels, berthing in the same time was only 8-9 ships. During 2016, the least number of ship visits was in February of 89 ships, and the most visits were in October of 233 ships. The mooring activity at PPP Tumumpa needed to queue for 2-3 days. The time required for the uploading and unloding activities is reasonable. The uploading and unloading activities at PPP Tumumpa were very disturbed by some facilities that were not in good condition. Fishery ship administration service in PPP Tumumpa has been running folowing the SOPs.keywords: fishing vessel, unloading and loading, fishing port ABSTRAKUntuk mencapai tujuan pembangunan perikanan hal yang paling penting diperhatikan adalah pelabuhan perikanan. Penelitian ini untuk menilai pelayanan kapal perikanan di PPP Tumumpa menyangkut  pelayanan tambat labuh, pelayanan bongkar-muat, pelayanan administrasi pelabuhan dan pelayaran. Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan survei langsung ke lokasi PPP, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif.Kapal perikanan yang berpangkalan di PPP Tumumpa sebanyak 166 buah, dan 41% diantaranya berbobot antara 20-30 GT dengan lebar kapal rata-rata 4,5-5,5 m. Dengan panjang dermaga 50 m, jumlah kapal yang dapat berlabuh secara bersamaan hanya sebanyak 8-9 unit. Selang tahun 2016 kunjungan kapal dan penerbitan SPB paling sedikit pada bulan Februari sebanyak 89 kapal dan paling banyak pada bulan Oktober sebanyak 233 kapal. Kegiatan tambat labuh di PPP Tumumpa membutuhkan waktu antre 2-3 hari. Waktu yang dibutuhkan tambat labuh dan melakukan aktivitas bongkar muat sudah sesuai. Kegiatan bongkar muat sangat terganggu karena beberapa fasilitas dalam keadaan rusak. Pelayanan administrasi kapal perikanan di PPP Tumumpa sudah berjalan sesuai tahapan pada SOP.Kata-kata kunci : kapal perikanan, bongkar-muat, pelabuhan perikana

    Distribusi Karang Lunak Di Perairan Teluk Manado Dengan Perbandingan Antara Kawasan Non Reklamasi Dan Reklamasi

    Get PDF
    Penelitian tentang distribusi karang lunak di Perairan Teluk Manado dengan perbandingan antara Kawasan Non Reklamasi dan Reklamasi telah dilakukan di Perairan Teluk Manado pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis karang lunak yang tersebar di perairan Teluk Manado khususnya di Pantai Kalasey serta mendeskripsikan kepadatan dan distribusi dari karang lunak.Pengambilan data dilakukan di perairan Malalayang pada daerah Non Reklamasi dan Reklamasi.Penelitian dimulai dengan melakukan survey awal di lokasi pengambilan data. Pada Setiap Lokasi penelitian mempunyai 3 stasiun pengamatan yaitu pada kedalaman 3 meter, 6 meter dan 9 meter, pengambilan data dilakukan dengan pencatatan bawah air menggunakan whotr plastic sheet dengan bantuan alat SCUBA dan kamera bawah air. Hasil analisis menunjukan bahwa kepadatan tertinggi terdapat pada daerah Reklamasi khususnya pada kedalaman 6 meter oleh Genus Xeniadengan nilai (K) 25.50 ind/m2 dan (KR) 95.39%.Untuk pola penyebarannya pada dua lokasi penelitian adalah mengelompok

    Pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan rawai pancang di perairan Desa Bajo

    Get PDF
    Rawai pancang adalah suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari dua potong kayu pancang, dua utas tali sambung, dua buah kili-kili nomor 4, satu utas tali utama, 16 buah kili-kili nomor 7, dan 16 utas tali monofilament yang pada ujungnya diikat mata pancing nomor 15. Penelitian dilakukan dengan perlakuan berupa empat jenis umpan yang berasal dari irisan daging cumi (Sepia sp), ikan malalugis (Decapterus macarellus), ikan sardine (Amblygaster sp), dan ikan kebung (Rastrelliger sp) yang diacak. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriktif, didasarkan pada suatu studi kasus. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis umpan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tangkapan. Hasil uji Beda Nyata Terkecil menunjukkan bahwa penggunaan umpan cumi sangat lebih baik dari umpan-umpan lainnya

    Ketaatan kapal pukat cincin (purse seiner) di pelabuhan perikanan pantai Tumumpa

    Get PDF
    Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan kapal pukat cincin berdasarkan Juknis Ditjen Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan No 143 tahun 2012. Data yang diambil adalah semua data dari kapal yang beroperasi pada setiap bulan pengamatan yaitu pada bulan September- Desember 2018 dan Januari- Februari 2019. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kepatuhan terhadap factor kesesuaian pelabuhan pangkalan, kelengkapan dokumen kapal, hari operasi penangkapan ikan, dan keseuaian jumlah ikan dengan kapasitas penyimpanan ikan tergolong baik dengan nilai persentasi kepatuhan 76-100% . Bagi kapal-kapal yang patuh diberikan apresiasi sedangkan yang tidak diberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku
    corecore