5 research outputs found

    ASSOCIATION BETWEEN WORKING EXPERIENCE AND DYSLIPIDEMIA AMONG INDONESIAN SEAFARER

    Get PDF
    Seafarers were exposed to many occupational hazards, such as accidents, infectious diseases, workrelated stress, environmental stress and chronic diseases. Longer working experience  means more exposed to these occupational hazards. Morbidity and mortality rate from chronic diseases tend to increase among seafarers. Dyslipidemia is one of independent risk factor of cardiovascular disease among seafarer. The aim of this study is to determine association between working experience and dyslipidemia among Indonesian seafarer. A cross sectional study was conducted on 157 Indonesia male seafarers who came to certified health care for their annual health examination from the beginning of January 2017 until the June 2017. The health examination data encompassed seafarer‟s age, height,weight, body mass index and lipid profile were collected. Seafarers were divided into two groups based on their work experience in sea each groups, then, categorized into with and without dyslipidemia subgroup. Dyslipidemia was defined as having two or more serum lipid profile abnormalities. The prevalence of dyslipidemia was 29.9%. Statistic analysis shown that longer working experience (more than 10 years) had more risk to have dyslipidemia about 3.5 times (95% CI = 1.66-7.59). There was association between working experience and dyslipidemia. Keyword : seafarer, dyslipidemia, lipid profile, occupational healt

    Pengaruh Hepatokuratif Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus) terhadap Kadar SGPT Tikus Wistar yang Diinduksi Parasetamol

    Get PDF
    Penggunaan parasetamol dosis tinggi menjadi pemicu kerusakan hepar yang ditandai dengan peningkatan SGPT. Daun kenikir mengandung flavonoid, saponin, dan tanin yang berfungsi sebagai hepatokuratif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kenikir terhadap kadar SGPT darah tikus galur wistar yang diinduksi parasetamol. Penelitian ini merupakan studi eksperimen laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Sampel sebanyak 30 ekor tikus jantan galur wistar yang dibagi dalam 5 kelompok secara random. Perlakuan dilakukan selama 15 hari, kelompok K- hanya diberi pakan standar selama masa perlakuan, kelompok KT diinduksi parasetamol dosis tunggal 270mg/200grBB tanpa diberikan intervensi, kelompok  K+, PI, dan PII diinduksi parasetamol, K+ diberi N-asetilsistein 2,52mg/kgBB, PI diberi ekstrak daun kenikir 62,5mg/kgBB, PII ekstrak daun kenikir 125mg/kgBB sampai hari ke-14 dan  hari ke-15 diperiksa kadar SGPT. Analisa data dengan uji one-way ANOVA dan dilanjutkan Post-hoc. Rerata kadar SGPT yaitu K- 47,0±0,82 IU/L, KT 78,0±0,97 IU/L, K+ 40,2±2,27 IU/L, PI 55,3±1,74 IU/L, dan PII 69,3±1,48 IU/L. Terdapat perbedaan signifikan rerata SGPT antar seluruh kelompok (p=0,000).Perbedaan signifikan juga ditemukan antar kelompok K- dengan KT (p=0,000), K- dengan K+ (p=0,023), K- dengan P1 (p=0,001), K- dengan P2 (p=0,000), KT dengan K+ (p=0,000), KT dengan P1 (p=0,000), KT dengan P2 (p=0,000), K+ dengan P1 (p=0,000), K+ dengan P2 (p=0,000), dan P1 dengan P2 (p=0,000). Ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus) dapat mempengaruhi kadar SGPT darah tikus galur wistar yang diinduksi parasetamo

    Pengaruh Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L), Merr) Terhadap Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) Pada Mencit BALB/C Yang Diinfeksi Salmonella Typhimurium

    Get PDF
    Latar BelakangRasio netrofil limfosit merupakan parameter yang mudah dan murah untuk mengukur respon inflamasi terhadap Salmonela thypimurium. Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) secara empiris digunakan untuk obat antibakteri dan anti inflamasi karena kandungan flavonoidnya. Penelitian bertujuan membuktikan pengaruh pemberian ekstrak bawang dayak terhadap Netrofil limfosit rasio (NLR) Mencit Balb/C yang dinfeksi Salmonella typimuriumMetodeDesain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan dengan menilai preparat sediaan apus darah tepi penelitian sebelumnya. Sediaan apus darah tepi didapatkan dari 24 ekor tikus yang terbagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu 3 kelompok tikus yang diinfeksi Salmonella typhimurium dosis 105CFU secara intraperitoneal (K+, P1 dan P2) dan 1 kelompok yang tidak diberikan perlakuan apapun (K-). Kelompok P1 diberi terapi ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 3,03mg/20gr.BB dan kelompok P2 diberi dosis 6,06 mg/20gr.BB selama 7 hari. Treatment diberikan 1 kali/ perhari 12 jam paska infeksi Salmonella typhimurium. Jumlah neutrofil dan jumlah limfosit didapatkan dengan penghitungan manual. Nilai NLR adalah jumlah neutrofil dibagi jumlah neutrofil. Uji rerata beda NLR dilakukan dengan one way anova dilanjutkan dengan post hoc LSD HasilRerata NLR tiap kelompok adalah (K-): 1,03+ 0,09; (K+): 1,35+0,18;( P1): 0,86+0,05 dan (P2): 1,19 +0,22. Rerata NLR antar kelompok berbeda bermakana (p=0,001). Perbedaan tersebut terlihat jelas di antara kelompok K- dan K+ (p= 0,002); antara kelompok P1 dan K+ (p=0,001) dan antara kelompok P1 dengan P2 (p=0,01).KesimpulanPemberian ekstrak bawang dayak dosis 3,03 mg/20gr.BB berpengaruh terhadap NLR mencit BALB/C yang diinfeksi Salmonela thypimurriu

    Correlation between Prolactin Serum with Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) in Systemic Inflammatory Response Syndrome

    Get PDF
    Background: Systemic inflammatory response syndrome (SIRS) is a state of systemic inflammatory activation by various causes. SIRS have a high mortality rate. Prolactin is known to regulate cellular function of immune system.  Neutrophil-lymphocyte ratio (NLR) is simple, cost effective and easy parameter that currently used as inflammation marker.Objective: The aims of this study is to determine the correlation between prolactin serum with NLR in SIRS patients.Methods: A cross sectional study was conducted on 50 clinically SIRS patients. Prolactin serum was measured by enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) and NLR was calculated manually from absolute neutrophil and lymphocyte count measured by automatic hematology analyzer. Non-parametric Spearman test was used to analyze the correlation between prolactin with NLR.Results: Median value of serum prolactin level was 11.32 ng/mL (2.76-194.81), whereas the mean value NLR was 16.36 ± 11.58. The correlation between prolactin levels with NLR was r = 0.345, p = 0.014.Conclusion: There is a weak positive significant correlation between prolactin with neutrophil lymphocyte ratio in SIR

    HUBUNGAN ANTARA NEUTROPHIL/LYMPHOCYTE RATIO (NLR) DANHIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA SINDROM KORONER AKUT

    Get PDF
    Latar belakang: Sindrom koroner akut (SKA) merupakan 80 % penyebab kematian akibat penyakit jantung. SKA disebabkan penurunan aliran darah ke jantung sehingga terjadi iskemik dari miokard. Neutrophil/lymphocyte ratio (NLR) merupakan pemeriksaan laboratorium yang akhir-akhir ini terbukti sebagai petanda untuk inflamasi sistemik. High density lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang berfungsi sebagai anti aterogenik dan  kardio proteksi. Studi sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan NLR dengan keparahan SKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubunganNLR dan HDL pada sindrom koroner akut.Metode: Penelitian belah lintang pada penderita sindrom koroner akut di RS Dr. Kariadi Semarang periode Januari-Desember 2014. NLR diperoleh dengan membagi jumlah netrofil dengan jumlah limfosit. Kadar HDL serum ditetapkan dengan alat kimia klinik otomatik. Analisis statistik dengan Spearman Rank Correlation Test.Hasil: Lima puluh enam pasien dengan sindrom koroner akut (41 laki-laki dan15 perempuan) dengan usia antara 32-83 tahun. Nilai tengah NLR 3,55 (1,1-17,6) dan HDL 34 (16-71) mg/dL. Analisisstatistikmenunjukkanterdapathubungan yang bermaknaantaraNLR dan HDL (p = 0,001;  r =-0,44).Simpulan: Terdapat hubungan negatif sedang yang bermakna antara NLR dan HDL pada sindrom koroner akut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai NLR perlu diperhatikan pada pasien dengan HDL yang rendah. Kata kunci: Sindrom koroner akut, NLR, HD
    corecore