6 research outputs found

    ANALISIS MODEL PBL BERBANTUAN CGI ANIMATED SHORT FILM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK KELAS RENDAH

    Get PDF
    Menyimak merupakan adalah satu aspek keterampilan berbahasa yang penting dalam proses pembelajaran, terutama pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan menyimak berkaitan dengan kemampuan dalam menunjukkan minat pada tuturan yang didengar dan dapat memahami pesan lisan. Kesulitan yang dialami peserta didik dalam keterampilan menyimak adalah tidak dapat memberikan perhatian penuh dan fokus pada pembelajaran, terutama pada saat memahami isi teks yang didengar dan dibacakan. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis teknologi dapat membantu peserta didik untuk berpikir kritis, dan dapat membantu dalam menganalisis informasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menyimak teks aural siswa kelas rendah dengan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media CGI Animated Short Film. Media ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan fokus peserta didik dalam pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara non tes yaitu dengan observasi, wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi. Model pembelajaran ini melibatkan orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Melalui media CGI Animated Short Film akan menuntun peserta didik menjadi lebih fokus dan menaruh perhatian penuh pada materi. Peserta didik akan lebih tertarik dalam kegiatan belajar mengajar karena proses dari pembelajaran berbasis masalah ini dilakukan dengan menyenangkan

    ANALISIS MODEL PBL BERBANTUAN CGI ANIMATED SHORT FILM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK KELAS RENDAH

    Get PDF
    Menyimak merupakan adalah satu aspek keterampilan berbahasa yang penting dalam proses pembelajaran, terutama pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan menyimak berkaitan dengan kemampuan dalam menunjukkan minat pada tuturan yang didengar dan dapat memahami pesan lisan. Kesulitan yang dialami peserta didik dalam keterampilan menyimak adalah tidak dapat memberikan perhatian penuh dan fokus pada pembelajaran, terutama pada saat memahami isi teks yang didengar dan dibacakan. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis teknologi dapat membantu peserta didik untuk berpikir kritis, dan dapat membantu dalam menganalisis informasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menyimak teks aural siswa kelas rendah dengan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media CGI Animated Short Film. Media ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan fokus peserta didik dalam pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara non tes yaitu dengan observasi, wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi. Model pembelajaran ini melibatkan orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Melalui media CGI Animated Short Film akan menuntun peserta didik menjadi lebih fokus dan menaruh perhatian penuh pada materi. Peserta didik akan lebih tertarik dalam kegiatan belajar mengajar karena proses dari pembelajaran berbasis masalah ini dilakukan dengan menyenangkan

    The Development of Student Worksheet Based on Virtual Laboratory to Train Scientific Attitude on Photosynthesis Materials

    Get PDF
    Photosynthesis is a material that can be verified so it becomes the right choice to have a practical activities. Based on a survey on class XI MIPA and XII MIPA at SMAN 8 Surabaya, it was found that 89.5% of them had never carried out real practicum activities. In addition, one of the factors causing the low of practicum activities is because teachers having difficulties in compiling practicum guides. This causes the scientific attitude of students getting low. Therefore, an alternative form is needed in developing student worksheet based virtual laboratory to train scientific attitudes as learning media as well as pre-lab facilities for students before starting practicum. This study aims to make LKPD based on virtual laboratory on photosynthetic material that is feasible in terms of validity, practicality, and effectiveness to train students' scientific attitudes. This research uses the 4D method (Define, Design, Develop, and Dissaminate) which has been tested on 25 class XII MIPA 7 of SMAN 1 Sampang. The results on the validity aspect have a percentage of 83.33% with the appropriate category, the practicality aspect based on the implementation of the LKPD was 85.58% and the readability was at level 12, and the effectiveness aspect based on student learning outcomes have a N-Gain score of 0.7472, activity observation results have 93%, and scientific attitude questionnaire have 84.21% with each category being very practical, high and very effective. Thus, the developed LKPD is considered feasible and effective for increasing scientific attitudes towards photosynthesis material

    Tabiat pengambilan ulam-ulaman di kalangan orang dewasa pelbagai etnik di Selangor

    Get PDF
    Satu soal selidik telah dijalankan bertujuan untuk menilai tahap pengambilan ulam-ulaman di Negeri Selangor di kalangan 252 orang dewasa (> 17 tahun) (lelaki 28.6%, wanita 71.4%), pelbagai etnik (Melayu-51.6%; Cina-30.5%; India-17.5%) dengan umur purata 42.7 ± 13.9 tahun. Pengumpulan data pengambilan ulam-ulaman dibuat menggunakan kaedah sampel pendua 24 jam dan disertakan dengan soal selidik persepsi. Keputusan kajian ini mendapati bahawa ulam segar digemari oleh hampir semua subjek (82.1%) terutama daripada kalangan etnik Melayu (92.3%). Sebanyak 52% subjek memilih ulam celur/rebus. Faktor utama pengambilan ulam-ulaman adalah kerana khasiat yang baik kepada kesihatan serta rasanya yang enak dan unik. Ulam segar utama yang diambil oleh subjek kajian adalah mentimun (Cucumis sativus) (60.6%), kacang botol (Psophocarpus tetragonolobus) (33%), pegaga (Hydrocotyle asiatica) (31.5%), daun salad (Lactuca sativa) (27.6%), petai (Parkia speciosa) (29%) dan ulam raja (Cosmos caudatus) (21.9%). Sementara ulam celur/rebus pilihan adalah pucuk ubi (Manihot esculenta) (31.5%), bendi (Hibiscus esculentus) (12.5%) dan jantung pisang (Musa sapientum) (20.1%). Tiada perbezaan bererti (P > 0.05) terhadap pengambilan ulam-ulaman di kalangan etnik berbeza di mana nilai median untuk jumlah pengambilan sehari adalah pada julat 30-39 g/hari. Ulam berpotensi menjadi sumber dalam meningkatkan pengambilan sayursayuran bagi memenuhi saranan oleh Badan Kesihatan Sedunia (WHO) iaitu 400 g sehari

    Fish consumption pattern among adults of different ethnics in Peninsular Malaysia

    No full text
    Background: Understanding different patterns of fish consumption is an important component for risk assessment of contaminants in fish. A few studies on food consumption had been conducted in Malaysia, but none of them focused specifically on fish consumption. The objectives of this study were to document the meal pattern among three major ethnics in Malaysia with respect to fish/seafood consumption, identify most frequently consumed fish and cooking method, and examine the influence of demographic factors on pattern of fish consumption among study subjects. Methods: A cross-sectional survey was conducted between February 2008 and May 2009 to investigate patterns of fish consumption among Malaysian adults in Peninsular Malaysia. Adults aged 18 years and above were randomly selected and fish consumption data were collected using a 3-day prospective food diary. Results: A total of 2,675 subjects, comprising male (44.2%) and female (55.7%) participants from major ethnics (Malays, 76.9%; Chinese, 14.7%; Indians, 8.3%) with a mean age of 43.4±16.2 years, were involved in this study. The results revealed 10 most frequently consumed marine fish in descending order: Indian mackerel, anchovy, yellowtail and yellow-stripe scads, tuna, sardines, torpedo scad, Indian and short-fin scads, pomfret, red snapper, and king mackerel. Prawn and squid were also among the most preferred seafood by study subjects. The most frequently consumed freshwater fish were freshwater catfish and snakehead. The most preferred cooking style by Malaysians was deep-fried fish, followed by fish cooked in thick and/or thin chili gravy, fish curry, and fish cooked with coconut milk mixed with other spices and flavorings. Overall, Malaysians consumed 168 g/day fish, with Malay ethnics’ (175±143 g/day) consumption of fish significantly (p<0.001) higher compared with the other two ethnic groups (Chinese=152±133 g/day, Indians=136±141 g/day). Conclusion: Fish consumption was significantly associated with ethnicity, age, marital status, residential area, and years of education of adults in Peninsular Malaysia, and the data collected are beneficial for the purpose of health risk assessment on the intake of contaminants through fish/seafood consumption
    corecore