17 research outputs found

    ANALISIS MOTIVASI MAHASISWA DALAM BERWIRAUSAHA PADA POLITEKNIK LP3I MEDAN

    Get PDF
    Motivasi mahasiswa sangatlah penting dalam berwirausaha sehingga dapat berpengaruh dalam menjalankan usahanya, hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa seorang mahasiswa berwirausaha karena terdorong keinginan untuk mempunyai reward yang lebih. Besar kemungkinan bahwa reward yang bernilai akan didapatkan. Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu yang didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk berani mengambil resiko dan menciptakan sesuatu yang baru. Penelitian ini dilakukan pada Politeknik LP3I Medan Unit Kampus Gajah Mada, Unit Kampus SM. Raja dan Unit Kampus Medan Marelan pada bulan Februari 2014. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui observasi, kuesioner, dan penelitian kepustakaan. Sumber data adalah internal. Jumlah populasi sebanyak 61 orang dengan menggunakan sampel jenuh. Yang menjadi sampel adalah mahasiswa yang berwirausaha. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa dalam berwirausaha menggunakan 5 indikator, hasil dominan sebesar 21,66% pada indikator aktualisasi diri, kebutuhan penghargaan dengan hasil 20,37%, kebutuhan sosial dengan hasil 20,06%. kebutuhan fisiologis dengan hasil 19,08%, kebutuhan rasa aman dengan hasil 18,83%. Berdasarkan interval kelas, motivasi mahasiswa dalam berwirausaha mendapatkan hasil dominan “baik” dengan hasil 26,23%, kategori cukup baik 24,59%, kategori tidak baik dengan hasil 18,03%, kategori sangat tidak baik dengan hasil 16,39%, dan kategori sangat baik dengan hasil 14,74%

    Laporan Ekskavasi Terhadap Situs Rakkoe: Situs Toala yang Baru Dangan Seni Pahat di Lembah Bomboro, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

    Get PDF
    Kumpulan pra-Neolitik di Sulawesi Selatan didominasi oleh endapan dari periode Toala, namun demikian sifat dan luas teknokultur Toala masih mengandung teka-teki. Hingga saat ini, kronologi dari teknologi Toala masih belum jelas dan belum ada karya seni yang bisa dikaitkan dengan periode ini, meskipun terdapat seni gua dengan gambar cadas di wilayah Karst Kabupaten Maros dan Pangkep. Ekskavasi dilakukan di ceruk Leang Rakkoe, di Lembah Bomboro Maros, dengan tujuan untuk membantu mengklarifikasi masalah ini. Sementara itu, endapan tersebut terbukti tidak stabil dan tidak bisa dilakukan penanggalan, penggalian ini memberikan wawasan baru tentang teknik pembuatan artefak batu Toala pada situs dengan contoh-contoh seni pahat yang sebelumnya tidak didokumentasikan. South Sulawesi's pre-Neolithic assemblages are dominated by Toalean-period cultural deposits, however the nature and extent of the Toalean technoculture continues to be enigmatic. To date, the chronology of Toalean technology remains unclear, and no art has yet been attributed to this period despite the rich cave art of the karst region of the Maros and Pangkep regencies. An excavation was conducted at Leang Rakkoe rockshelter, in the Bomboro Valley of Maros, in the hope that it could help clarify these issues. While the deposits proved unstable and could not be directly dated, the excavation did provide new insights into Toalean stone artefact manufacture techniques at a site containing previously-undocumented examples of engraved art

    PELATIHAN PEMANDUAN WISATA ARKEOLOGI DI KAWASAN WISATA RAMMANG-RAMMANG KABUPATEN MAROS

    Get PDF
    Abstract. This article aims to provide an overview of archaeological tourism guiding training activities in the Rammang-Rammang Karst Area. Kampung Rammang-Rammang Salenrang, Maros Regency, South Sulawesi is popular with natural tourism and provides new experiences for visitors with boat attractions along the river, but not many people know that this area has great potential for the development of cultural tourism. The needs of the people in Rammang-Rammang are in providing knowledge and skills in guiding archaeological tourism in Rammang-Rammang. The program of activities carried out to help the community is guiding training with activity stages ranging from socialization, preparation of pocket books, training by distributing pocket books, guiding training on prehistoric cave sites. The results of the activity have a positive impact on the community, especially the training participants, namely they gain knowledge about various things related to karst, prehistoric caves and the Rammang-Ramamng environment that visitors usually ask about.               Abstrak. Artikel ini berujuan untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan pelatihan pemanduan wisata arkeologi di Kawasan Karst Rammang-Rammang. Kampung Rammang-Rammang Salenrang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan popular dengan wisata alam dan memberikan pengalaman baru bagi pengunjung dengan atraksi perahu menyusuri sungai, namun tidak banyak yang tahu bahwa kawasan ini memiliki potensi besar untuk pengembangan cultural tourism. Kebutuhan masyarakat di Rammang-Rammang adalah dalam pembekalan pengetahuan dan keterampilan dalam pemanduan wisata arkeologi di Rammang-Rammang. Program kegiatan yang dijalankan untum membantu masyarkat yakni pelatihan pemanduan dengan tahapan kegaiatn mulai dari sosialisasi, penyusunan buku saku, pelatihan dengan membagikan buku saku, pelatihan pemanduan di situs gua prasejarah. Hasil kegiatan memberikan dampak positif kepada masyarakat khususnya peserta pelatihan yaitu mereka mendapatkan pengetahuan tentang berbagai hal terkait karst, gua prasejarah dan lingkungan Rammang-Ramamng yang biasanya ditanyakan oleh pengunjung

    Utilization of green algae Caulerpa racemosa as feed ingredient for tiger shrimp Penaeus monodon

    Get PDF
    ABSTRACT The study aimed to evaluate the utilization of seaweed Caulerpa racemosa as feed ingredient for tiger shrimp Penaeus monodon. This research consisted of two different stages, i.e. digestibility and growth test. Tiger shrimp with average body weight of 5.70 ± 0.42 g was reared during digestibility test. The measured parameters were total protein, calsium, magnesium, and energy digestibility. The growth test was managed by using a completely randomized design consisted of four different treatments (in triplicates) of dietary C. racemosa meal addition levels, i.e. 0 (control), 10, 20, and 30%. Tiger shrimp with an average body weight of 0.36 ± 0.02 g were cultured for 42 days in plastic containers (70×45×40 cm) with a stocking density of 15 shrimp/container. Apparent dry matter, protein, calcium, magnesium, and energy digestibilities of C. racemosa were 51.82, 88.67, 68.44, 16.39, 60.30%, respectively. The results presented that the growth performance of tiger shrimp fed with diet containing 10% of C. racemosa was not significantly different with the control (P>0.05). However, the growth performance of the shrimp fed with diet containing more than 20% of C. racemosa decreased. The enzyme activitity of superoxide dismutase (SOD) increased with the higher level of dietary addition of C. racemosa. It can be concluded that C. racemosa was possibly applied up to 10% in the feed formulation for tiger shrimp. Keywords: Caulerpa racemosa, Penaeus monodon, digestibility, growth performance, shrimp  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pemanfaatan rumput laut Caulerpa racemosa sebagai bahan baku pakan udang windu Penaeus monodon. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu uji kecernaan C. racemosa dan uji pertumbuhan udang. Udang windu yang digunakan pada uji kecernaan berbobot 5,70 ± 0,42 g. Parameter uji yang diukur meliputi kecernaan total, protein, kalsium, magnesium, dan energi. Uji pertumbuhan dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, yaitu penggunaan tepung C. racemosa sebesar 0 (kontrol), 10, 20, dan 30%. Udang windu dengan bobot 0,36 ± 0,02 g dipelihara dalam wadah kontainer plastik ukuran 70×45×40 cm (volume air sebanyak 90 L) dengan kepadatan 15 ekor tiap wadah selama 42 hari. Hasil penelitian menunjukkan kecernaan total C. racemosa pada udang windu 51,82%, kecernaan protein 88,67%, kecernaan kalsium 68,44%, kecernaan magnesium 16,39%, dan kecernaan energi 60,30%. Penelitian tahap kedua pada kinerja pertumbuhan udang yang mengonsumsi pakan mengandung 10% C. racemosa, tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan udang yang mengonsumsi pakan kontrol. Namun, kinerja pertumbuhan udang menurun setelah mengonsumsi pakan yang mengandung C. racemosa di atas 20%, sedangkan aktivitas enzim superoxide dismutase (SOD) meningkat. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan C. racemosa ke dalam formula pakan sampai 10% dapat digunakan sebagai bahan baku pakan udang windu. Kata kunci: Caulerpa racemosa, Penaeus monodon, kecernaan, kinerja pertumbuhan, udang

    PELATIHAN PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS CANVA BAGI GURU MGMP IPS KABUPATEN MEMPAWAH

    Get PDF
    Tujuan pelaksanaan PKM ini untuk meningkatkan minat guru-guru IPS Kabupaten Mempawah dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis canva, dan meningkatkan keterampilan guru-guru IPS Kabupaten Mempawah dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis canva. Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini terdiri atas: (a) Pelatihan, yaitu kegiatan interaktif dengan guru-guru IPS SMP Kabupaten Mempawah untuk memberikan penjelasan teori tentang media pembelajaran, dan (b) Praktik, memberikan tugas kepada guru-guru membuat media pembelajaran menggunakan aplikasi canva kemudian meminta peserta pelatihan mengumpulkan tugas media untuk diberikan penilaian dan masukan. Kegiatan PKM berupa pelatihan pengembangan media pembelajaran berbasis canva bagi guru-guru MGMP Kabupaten Mempawah dilaksanakan di SMP Negeri 2 Mempawah dan diikuti oleh 27 peserta yang terdiri atas guru-guru IPS dari sekolah di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat. Hasil kegiatan menunjukan bahwa kegiatan pengabdian memberikan dampak pada peserta dengan meningkatnya minat guru-guru IPS Kabupaten Mempawah dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis canva serta meningkatkan keterampilan guru-guru IPS Kabupaten Mempawah dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis canva

    INTERACTION BETWEEN THE TOALEAN AND AUSTRONESIAN CULTURES IN THE MALLAWA AREA, MAROS DISTRICT, SOUTH SULAWESI

    Get PDF
    The Mallawa area lies 92 km northeast of Makassar city and 62 km east of Maros township, in South Sulawesi, Indonesia. Previous research points to an indigenous population named the Toalean and here we demonstrate its presence in the Mallawa area by around 6500–7000 BP, before the immigration of Neolithic Austronesians at around 3580 BP. Distinctive Toalean artefacts are geometric microliths, blades and Maros points, while distinctive Austronesian artefacts are red-slipped pottery and polished stone artefacts (especially axes and adzes). The purpose of this research is to examine archaeological evidence for contact between the first Austronesians and the Toaleans who already occupied Mallawa. The research method involved survey and excavation. The survey finding was documentation of 11 closed sites (caves) and two open sites. Excavation, undertaken in Liang Uttange 1, indicates Toalean occupation by 7000 cal. BP, followed by the arrival of Austronesian speakers in the Mallawa area who then underwent interaction and adaptation. Their interaction with Toaleans is shown by finds such as earthenware, adzes and distinctive types of shell ornaments (Neolithic Austronesian culture) associated with geometric microliths and Maros points (Toalean culture). This start of this interaction is dated to between circa 3500 and 3200 cal. BP at Liang Uttange 1.Keywords: Mallawa, Austronesian, Toalean, culture contac

    Kedatuan Luwu edisi ke 2;perspektif Arkeologi,sejarah dan antropologi

    No full text
    Terbitan bunga rampai ini dilengkapi dengan artikel-artikel sumbangan beberapa pakar yang turut terlibat dalam penelitian di Luwu.Dari seluruh karangan yang dimuat telah menampakkan kompleksitas sejarah dan budaya Luwu dalam ruang dan waktu yang berbeda-beda. Namun satu hal yang memberinya kekhususan adalah bahwa kumpulan karangan ini merupakan hasil kajian yang benar-benar baru dan hanya dapat diperoleh di lapangan; pembuktian,tepian hutan,lading,rawa dan pesisir-pesisir sungai,danau dan laut,yang sudah pasti banyak mengundang tantangan dan resiko. Buku ini merupakan sebuah dialog awal pada masa lalu yang baru merefleksikan dunia Luwu dari perspektif arkeologi,sejarah dan antropologi,bahkan juga sosio-linguistik dalam lingkup yang terbatas. perbedaan dalam rinci tertentu tidaklah harus dipandang sebagai kontradiktif,sebaliknya lebih mengacu pada kekayaan pengetahuan,dan tentu merefleksikan nuansa ragam pemikiran sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dan intelektual para peneliti baik kepada kalangan intelektual maupun masyarakat luas.324 hlm.,15x21 c

    Kepingan Mozeik Sejarah Budaya Sulawesi Selatan

    No full text
    450 hlm. : - ; 20 cm
    corecore