28 research outputs found

    An investigation of green space in a developing country city: The feasibility of creating a network of such spaces

    No full text
    In developing countries a big issue for urban development is the growth in infrastructure in response to economic and population demands. Such development causes cities to expand and occupy the suburbs, turning them into more built up areas. The impacts of such urban growth are immediately observable in the reduction of green areas and environmental quality, and diminishing contact with the natural environment. This study will focus on green spaces in a city in a developing country to consider the effect of this urbanization. In response to urban growth in developed countries attempts have been made to link together green spaces into a form of networks. These networks are intended to conserve the function of natural areas in towns and cities while still accommodating development. The greenway or green network and ecological network are two successful approaches developed in America and Europe. This study assesses the green spaces in Makassar, an Indonesia city, to see possibility of implementing such concepts. The study begins by redefining spaces into a typology, then assessing the spaces through three stages. The first stage is biodiversity assessment. The Rapid Biodiversity Assessment, adapted from a study in the UK, is used to assess plant biodiversity as an indicator of the quality of green spaces in urban areas. This method was adjusted and simplified to reflect the limitation in resources and time. The second stage was assessment of spaces based on a target species, in this case urban birds. The third stage combines the biodiversity score with consideration of space size and ownership. This stage produced different classes of spaces. These stages produced three different maps which were then overlaid to find the best quality green spaces termed ‘the most preferred spaces’. The next step was to see whether these spaces could be linked up in a network and to determine what sort of network could be achieved. In this part of the analysis spaces are grouped into main patches and scattered small patches, termed stepping stones. With this approach the potential connectivity can be observed visually. This study also acknowledged the significance of areas of ecological quality outside the main city but within the greater urban region and proposed connection of the network of spaces outward towards two natural parks, which could be considered as the main ecological patches. Having assessed the two main elements of a green space network—patches and corridors—through visual observation of the maps generated by the fieldwork, this study concludes that currently an ecological network is not feasible for the city because of the condition of the green spaces that make up the patches and corridors. Even a greenway along the main river corridor is not currently feasible because the highly valuable natural remnants have been significantly fragmented by cultural activities. Similarly, the road corridors are also not currently in a promising condition. The thesis ends with recommendations for the improvement of these

    PENERAPAN TRASHPONIC DALAM PENGELOLAAN LORONG GARDEN (LONGGAR) DI KOTA MAKASSAR

    Get PDF
    Tujuan kegiatan adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kelompok mitra dalam pengelolaan lorong garden (LONGGAR) berbasis trashponic. Konsep trashponic sebagai alternatif untuk menjawab masalah penghijauan lorong yang memiliki lahan terbatas dimana penanaman dapat dilakukan dengan menggunakan kompos atau pupuk organik cair (POC) yang terbuat dari sampah organik. Selain itu, sampah anorganik dapat dimanfaatkan sebagai wadah penanaman. Metode yang digunakan adalah penyuluhan dan pelatihan dengan materi konsep dasar trashponic, pembuatan kompos dan POC serta perakitan instalasi hidroponik sederhana berbahan dasar barang bekas. Metode yang diterapkan untuk mencapai luaran seperti meningkatnya pengetahuan kelompok mitra dalam penataan dan pengelolaan LONGGAR berbasis trashponic serta potensi pemanfaatan sampah organik sebagai media tanam dan pupuk dalam bentuk kompos dan POC. Selain itu diharapkan adanya peningkatan keterampilan mitra dalam membuat instalasi hidroponik sederhana berbahan dasar barang bekas dari sampah anorganik.Dari kegiatan yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa konsep trashponic mendapat sambutan yang baik dari warga dalam pengelolaan dan penataan LONGGAR di lingkungan pemukiman warga. Bahan dasar yang digunakan dalam sistem trashponic merupakan bahan sisa yang mudah ditemukan dan sudah tidak lagi dipergunakan oleh warga. Dengan demikian selain dapat mewujudkan tujuan program LONGGAR dalam menciptakan lingkungan yang asri, indah, nyaman dan sehat, penerapan sistem trashponic pada pengelolaan LONGGAR ini juga dapat membantu mengurangi permasalahan sampah di perkotaan.  Kata kunci: trashponic, hidroponik, lorong garden, sampa

    BIMBINGAN TEKNIS TEKNOLOGI TANAMAN HIDROPONIK DI LAHAN PEKARANGAN MENGGUNAKAN BARANG BEKAS DI KABUPATEN BONE

    Get PDF
    Tujuan kegiatan adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar mengenai cara bercocok tanam sayuran sehat dengan menggunakan teknik hidroponik. Teknologi hidroponik yang diperkenalkan diharapkan dapat diterapkan dalam skala rumah tangga dengan memanfaatkan halaman rumah yang mungkin terbatas. Mitra kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah warga masyarakat Kelurahan Cellu, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone. Materi penyuluhan yang diberikan meliputi tentang jenis-jenis sayuran hidroponik dan materi tentang pembuatan nutrisi. Selanjutnya dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan nutrisi, penyemaian benih dan pembuatan instalasi hidroponik sederhana. Kegiatan pengabdian ini berhasil mentransfer ilmu dan keterampilan dasar dalam membuat instalasi hidroponik sederhana, yaitu dalam bentuk rakit apung dan wick system kepada ibu-ibu yang mendominasi sebagai peserta di lokasi mitra. Dari kegiatan pengabdian ini dapat disimpulkan minat ibu-ibu untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan penanaman secara hidroponik cukup besar, dimana sebagian besar peserta memiliki lahan yang bisa dimanfaatkan dan waktu luang untuk melakukan kegiatan budidaya dengan sistem hidroponik. Kegiatan ini juga didukung oleh pemerintah setempat karena adanya aspek pemanfaatan sampah, dimana penggunaan bahan dari barang bekas membantu program kebersihan dari pemerintah setempat yaitu untuk mengurangi sampah baik organik maupun anorganik. Kata kunci: hidroponik, pekarangan, barang bekas, tanaman sayu

    IBM PENGRAJIN ABON DAN DENDENG SAPI

    Get PDF
    Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang cukup memasyarakat  meskipun  masih  dipandang memiliki  harga  jual  yang  cukup tinggi.  Daging sapi bisa dikonsumsi dalam berbagai bentuk olahan antara lain diolah menjadi dendeng dan abon.  Kedua komoditas ini relatif populer karena merupakan hasil olahan daging sapi yang memiliki daya simpan cukup lama 3-6 bulan. Kedua mitra IbM adalah abon sapi merk “rambutan” dan dendeng "Gelatik" .Target luaran yang akan didapat dari kegiatan IbM adalah : 1). Mesin pencampur bumbu (mixer), 2). Peniris minyak stainless stell dan 3). Blogg.  Kegiatan IbM ini dilakukan melalui beberapa tahapan yang digunakan untuk mencapai pemecahan masalah  yang telah ditetapkan di atas. Tahapan - tahapan kegiatan IbM ini meliputi: Evaluasi Intensifikasi Usaha, Pelatihan dan Penyuluhan  dan Monitoring.  Berdasarkan proses pelaksanaan kegiatan ini, semua tahapan kegiatan dari evaluasi intensifikasi usaha, pelatihan dan penyuluhan serta monitoring mendapatkan respon yang baik.  Hal ini disebabkan pengadaan mesin tumbler dan peniris minyak memang dibutuhkan oleh mitra sebagai salah satu cara mengatasi kendala alat penunjang yang dialami saat ini. Di bidang produksi abon terjadi peningkatan 10 % yang semula 600 kg/bulan menjadi 660 kg/bulan dengan omset semula sebelum IbM Rp 36.000.000,- per bulan menjadi Rp 42.000.000,- per bulan. Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah kedua UKM mitra berhasil mencapai proses pengolahan abon dan dendeng dengan tekstur yang bagus dan kering dalam waktu yang singkat,  kedua UKM mitra berhasil menekan biaya operasional produksi dengan adanya mesin  pencampur bumbu (mixer) dan peniris minyak,  jaringan pemasaran abon menjadi lebih luas dan pelaksanaan proses produksi pada kedua UKM mitra lebih bersih dan higienis

    PENILAIAN PARTISIPATIF DALAM ANALISIS POTENSI AGROWISATA KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

    Get PDF
    The main activity is a survey aimed to analyze the potential of agro-tourism in Tompobulu Sub-district of Maros Regency which is represented by two villages: Benteng Gajah and Pucak. The survey was performed by empowering students who are underdoing community service activities (KKN) in the area. They conducted survey through visual and participative observation. The method consisted of physical and non-physical analysis. Physical aspects include landscape character, natural potential, physical constraints, hazard (danger signal) and support of existing facilities and infrastructure. While non-physical aspects related with vegetation and the use of vegetation by the community and its social relevance. The result of observation and participative interaction of the students described in descriptive narrative shows that Pucak Village and Benteng Gajah Village have some type of landscape character which has potential to be developed as agro-tourism. Potential characters include: mountain/hills, rivers with waterfalls, natural forests as well as rice fields and farms. Each character has the same percentage of observations that is 14.56%. This value is the largest among the percentage of observations of other characters. The reason that these characters generally have potential is that they are all accessible (23.65%) have interesting views (22.20%) with good hydrological networks (20.12). The perceived obstacles include poor road physical condition (28.00%) and no electricity grid (28.00%). For certain characters (hills and rivers) surveyors are concerned about threats of endemic disruption of local factors (60.61%), flooding threat (21.21%) and landslide (18.18%). Vegetation is used by the general public for food and housing materials. Based on the result of this survey, it can be concluded that the District of Tompobulu especially in the village of Pucak and Benteng Gajah have some landscape character which have potential to be developed into agro-tourism, supporting Pucak Teaching Farm which has already been established. Keywords: Agro-tourism, potential analysis, landscape characters, Tompobulu, Maro

    Evaluasi Kondisi Penataan dan Fungsi Lanskap Kawasan Industri Makassar

    Get PDF
    Seiring perkembangan Kota Makassar, beragam industri pengolahan bermunculanbaik yang diolah secara modern maupun industri rumah tangga. Pemerintah DaerahKota Makassar berupaya menyediakan kawasan industri terpadu yang cukup luas.Kegiatan perindustrian yang ada di kawasan ini memberi dampak negatif berupapenurunan kualitas lingkungan, seperti adanya pencemaran udara dan kebisinganyang timbul akibat kegiatan industri. Salah satu cara untuk menanggulangi dampaknegatif dari pengembangan kawasan industri yaitu dengan penataan ruang luar padakawasan industri tersebut terutama penataan dan penggunaan vegetasi yang sesuaiuntuk kawasan industri. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi kondisi penataan danfungsi lanskap Kawasan Industri Makassar (KIMA). Penelitian ini dilaksanakandengan metode survei yang bersifat deskriptif dengan teknik observasi danwawancara, dengan melalui beberapa tahap, yaitu persiapan awal, inventarisasi,analisis, sintesis, dan usulan konsep rekomendasi. Penataan ruang luar KIMA belumbaik. Penempatan elemen lunak dan elemen keras belum sesuai. Jumlah vegetasikurang dan kondisi vegetasi kurang terawat. Fungsi vegetasi yang ada di KIMAbelum maksimal terutama dalam aspek fungsional. Kondisi areal KIMA kurangterpelihara dilihat dari kebersihan dan keberadaan tanaman liar. Fasilitas dan utilitasbanyak yang mengalami kerusakan karena kurangnya perhatian pihak pengelola danpengguna KIMA untuk menjaga dan merawat fasilitas tersebut

    BERBAGAI KEGIATAN HORTIKULTURA DI FAKULTAS PERTANIAN UNTUK MENGEMBANGKAN KAPASITAS ENTREPRENEURSHIP UNTUK SISWA

    Get PDF
    Pengembangan kapasitas kewirausahaan di lingkungan kampus perlu diaktifkan, sehingga mahasiswa dan pihak kampus dapat belajar lebih banyak tentang budaya wirausaha dan siap menjadi wirausaha. Bagi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, kegiatan hortikultura dalam bidang tanaman hias dapat menjadi pilihan untuk dikembangkan menjadi kegiatan wirausaha. Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan perbanyakan tanaman dan pengelolaan pembibitan tanaman hias oleh mahasiswa. Sebagian hasil perbanyakan tanaman dan pembibitan tersebut kemudian dijual kepada orang-orang yang berminat. Sebagian lagi dijadikan sumber bibit tanaman jika ada tawaran untuk pembuatan taman, baik dalam ruangan maupun luar ruangan. Untuk persiapan kegiatan wirausaha di Fakultas Pertanian yang lebih menarik lagi, yaitu agar dapat dilakukan program agroekowisata di Fakultas Pertanian, sebagian bibit tanaman yang sudah ada juga disusun dalam bentuk taman di area Fakultas Pertanian sehingga secara visual area Fakultas Pertanian akan terlihat lebih estetis. Dengan demikian program entrepreneur dapat terlaksana dengan dilakukannya kegiatan pembibitan, penjualan bibit tanaman hias, dan penyediaan jasa pembuatan taman oleh mahasiswa. Untuk program yang lebih baik lagi pada kegiatan selanjutnya setelah taman di area Fakultas Pertanian tertata rapi maka dapat dilakukan kegiatan wirausaha lainnya yaitu agroekowisata.Kata kunci: Hortikultura, pembibitan tanaman hias, kewirausahaan

    PEMBERDAYAAN SEKOLAH DALAM KEGIATAN URBAN FARMING DALAM RANGKA MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN BAGI KOTA MAKASSAR

    Get PDF
    Perkembangan kota dewasa ini telah menyebabkan terjadinya peralihan fungsi lahan terutama di daerah perkotaan. Diantara jenis lahan yang seringkali menjadi ‘korban’ adalah lahan-lahan produktif di perkotaan yang dialihfungsikan menjadi lahan non pertanian. Salah satu lahan potensial di perkotaan yang bisa dikembangkan dalam mendukung kegiatan urban farming adalah lahan sekolah. Kegiatan pertanian kota yang bisa dilaksanakan di sekolah dapat berupa penerapan teknologi khusus urban farming untuk lahan sempit maupun penanaman konvensional yang dilakukan di sekolah dengan lahan cukup luas. Kegiatan dilakukan dengan tujuan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada warga dua sekolah yaitu SMPN 4 dan SMAN 17 sebagai mitra dalam hal pemanfaatan lahan sekolah sebagai kawasan pertanaman produktif guna mendukung kegiatan urban farming dan kemandirian pangan. Teknologi yang akan diperkenalkan kepada mitra dapat diterapkan pada sekolah dengan lahan yang tersedia maupun yang terbatas. Untuk mengatasi permasalahan kurangnya pengetahuan tentang potensi sekolah serta pengetahuan tentang teknologi dalam upaya pemanfaatan lahan yang terbatas untuk pertanian perkotaan, maka kedua mitra memerlukan pendampingan untuk pengembangan teknik/teknologi penerapan urban farming sebagai bagian teknologi dalam budidaya tanaman. Metode yang dilakukan adalah sosialisasi tentang potensi pengembangan dan pemanfaatan lahan sekolah melalui teknologi budidaya urban farming dengan teknologi yang bisa diterapkan pada lahan terbatas. Selain itu dilakukan kegiatan partisipatif dengan melibatkan siswa dalam bentuk pembuatan perangkat teknologi urban farming serta praktik langsung pengelolaan dan pemanfaatan lahan sekolah dengan penanaman dan budidaya.. Paper ini juga menyajikan hasil survei yang dilakukan terhadap mitra dan rekomendasi kegiatan yang akan dilakukan dalam merespon hasil survei tersebut. Kata kunci: Urban Farming, hidroponik, Kebun Sekolah, Adiwiyata, Pertanian kot

    Yield Evaluation and Selection of M6 Wheat Mutant adaptive to Medium Land

    Get PDF
    Wheat is a sub-tropical plant that can adapt well at altitudes of 1000 - 3000 m above sea level and requires relatively low temperatures. At this height, wheat crops in Indonesia are unable to compete with horticultural crops with higher economic value. This causes national wheat production to be very low and results in high wheat imports. Therefore, wheat varieties are needed that can grow and develop in Indonesia in the low to medium plains. The study aimed to test the adaptive mutant population descent in the middle plains to prepare multi-location tests and release of varieties. The benefit of this research is obtaining potential strains from high-temperature adaptive wheat mutants in the lowlands. This research was conducted using a randomized block design with three replications. The treatment consisted of 16 M6 Wheat mutants and four comparative varieties. The results showed that the genotypes of wheat mutants that had high production in M6 propagation in the central plains were N 350 3.7.1 (2.74 t. ha-1), N 350 3.6.2 (2.33 t.ha-1) and N 350 3.1.3 (2.26 t.ha-1). Characters that have high heritability values on M6 Number of stomata, chlorophyll index, plant height, number of tillers, productive tillers, rate of seed filling, panicle length, number of seedlings, empty percentage of florets, hollow seed weight, 1000 seed weight, and productio

    PENGELOLAAN LINGKUNGAN SEKOLAH MENUJU SEKOLAH ADIWIYATA DI SMPN 4 MAKASSAR

    Get PDF
    Pengembangan sekolah berwawasan lingkungan merupakan program yang dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2006. Sementara itu masih banyak sekolah yang belum berhasil menjadi sekolah adiwiyata sehingga masih dibutuhkan pembinaan dan pendampingan terkait program ini. Kegiatan pengabdian dikhususkan pada pembinaan dalam melakukan penataan taman sekolah dan pengelolaan sampah. Metode yang digunakan adalah penyuluhan dan pelatihan. Mitra dari kegiatan ini adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Makassar.  Pemanfaatan sampah organik yang diolah menjadi kompos atau pupuk organik cair menjadi solusi untuk permasalahan limbah dan sampah yang juga bisa mendukung bagi kegiatan pemeliharaan taman sekolah. Dari kegiatan yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kelompok mitra telah berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan yang dilakukan sehingga berjalan lancar. Melalui kegiatan ini pengetahuan dan keterampilan kelompok mitra bertambah dalam pembuatan kompos, POC, dan taman vertikal. Kata kunci: adiwiyata, taman sekolah, sampah, kompos, pupuk organik cair
    corecore