23 research outputs found

    PENGARUH PERBEDAAN SHELTER TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

    Get PDF
    Freshwater crayfish (Cerax quadricarinatus) is a type of shrimp that is widely cultivated in Indonesia and other countries such as Australia, America and England. The high selling price of freshwater crayfish itself is still not comparable to the length of maintenance that takes 6-12 months for lobsters of 50-150 grams / head, and a high mortality rate of up to 30%. The aim of this research is to determine the survival and growth in freshwater crayfish through different shelter treatments. The method used in this study was the CRD method (completely randomized design) with 4 lecturers and 3 replications. In treatment 1 with Paralon pipe shelter, treatment 2 with coconut leaf shelter, treatment 3 with rooster rock shelter and treatment 4 with synthetic grass shelter. The results of the treatment had no significant effect on survival, moulting percentage, absolute weight growth and absolute length growth. There are 3 treatments with a percentage value of 100%, namely the S1, S2, S3 treatment and the lowest in the S4 treatment with a value of 95.83%, the highest moulting percentage is in the S1 treatment which is 0.38% and the lowest is in the S3 treatment which is 0.17 %. The highest absolute weight growth was found in S1 treatment, namely 3.11 gr and the lowest growth in S3 treatment, namely 1.19 gr. The absolute length growth shows the highest result is obtained at S1, namely 0.14 cm, while the lowest absolute length growth is found in S3, namely 0.06 cm.Lobster air tawar (Cerax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia serta negara-negara lain seperti Australia, Amerika dan Inggris.Harga jual yang cukup tinggi dari lobster air tawar sendiri masih belum sebanding dengan lamanya pemeliharaan yang memerlukan waktu 6 – 12 bulan untuk lobster ukuran 50 – 150 gram/ekor, dan tingkat mortalitas yang tinggi mencapai 30 %.. Tujuan penelitian untuk mengetahui kelangsungan hidup danpertumbuhan pada lobster air tawar melalui perlakuan shelter yang berbeda. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 perkaluan dan 3 ulangan. Pada perlakuan 1 dengan shelter pipa paralon, perlakuan 2 dengan shelter daun kelapa, perlakuan 3 dengan shelter batu roster dan perlakuan 4 denganshelter rumput sintetis.Hasil dari perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap Kelangsungan hidup, persentase moulting, pertumbuhan bobot mutlak dan pertumbuhan panjang mutlak. Terdapat 3 perlakuan dengan nilai persentase 100% yaitu pada perlakuan S1, S2, S3 dan terendah pada perlakuan S4 dengan nilai 95,83%, pada persentase moulting tertinggi terdapat di perlakuan S1 yaitu 0,38% dan terendah pada perlakuan S3 yaitu 0,17%. Pertumbuhan bobot mutlak yang paling tertinggi terdapat pada perlakuan S1 yaitu 3,11 gr dan pertumbuhan bobot mutlak terendah pada perlakuan S3 yaitu 1,19 gr. Pertumbuhan panjang mutlak menunjukan hasil yang tertinggi didapat pada S1 yaitu 0,14 cm sedangkan pertumbuhan panjang mutlak terendah terdapat pada S3 yaitu 0,06 cm

    PENGARUH PERBEDAAN PADAT TEBAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN IKAN KOI (CYPRINUS CARPIO)

    Get PDF
    Ikan koi (Cyprinus carpio) merupakan  komoditas budidaya yang banyak diminati oleh para penikmat ikan hias, Salah satu faktor yang berpengaruh pada budidaya ikan koi adalah padat tebar. Padat tebar yang terlalu tinggi dapat menimbulkan resiko menurunnya tingkat pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan ikan koi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh padat penebaran yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan koi (Cyprinus carpio). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Pada P1 dengan padat tebar (10 ekor), P2 dengan padat tebar (15 ekor), P3 dengan padat tebar (20 ekor) dan  P4 dengan padat tebar (25 ekor). Hasil dari penelitian tersebut  berpengaruh  nyata terhadap berat mutlak adapun perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan P1 (10 ekor) sebesar 4,60 gr, diikuti dengan panjang mutlak yang tidak berpengaruh nyata dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (15 ekor) sebesar 43,33 gr, selanjutnya laju pertumbuhan spesifik dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (15 ekor) sebesar 0,68 %, kemudian kelulushidupan (sr) adapun perlakuan terbaik kelulushidupan yaitu pada P1 yaitu 100% dan Efesiensi pakan adapun nilai yg tertinggi yaitu pada P2 (15 ekor) dengan nilai 71,54%

    Analisa Bioekonomi Sumberdaya Alat Tangkap Ikan Pelagis Di Kepulauan Meranti Provinsi Riau

    Get PDF
    Berbagai jenis pemanfaatan telah dilakukan dan hasilnya mendatangkan keuntungan dengan nilai ekonomi yang besar. Beberapa negara bahkan sangat diuntungkan oleh sumberdaya perikanan yang mereka miliki, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperkirakan 75% dari perikanan laut dunia sudah tereksploitasi penuh, mengalami tangkap lebih (overfishing) atau stok yang tersisa bahkan sudah terkuras hanya 25% dari sumberdaya yang masih berada pada kondisi tangkap kurang (DPK Riau, 2013). Untuk memperoleh keuntungan dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan di kabupaten Kepulauan Meranti perlu dilakukan suatu usaha pendekatan yang memperhatikan aspek biologis dan ekonomis, sehingga nelayan dalam melakukan aktifitasnya dapat memperoleh keuntungan secara maksimal tetapi sumberdaya ikan tetap  lestari. Untuk itu maka digunakan pendekatan bioekonomi untuk mengestimasi aspek biologi, ekonomi dan sosial dalam melakukan usaha penangkapan ikan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap dengan pendekatan bioekonomi. Hasil penelitian perikanan tangkap di kabupaten Kepulauan Meranti saat ini menghasilkan produksi (catch) sebesar 509,25 ton/tahun pada saat upaya penangkapan (effort) sebesar 7.773,17 trip/tahun, kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan perikanan tangkap mencapai 98,21 % dari potensi maksimum lestarinya CMSY  sebesar 518,52 ton/tahun yang telah melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan/Total Allowabel Catch (TAC) yaitu 80 %, begitu juga dengan tingkat upaya penangkapan mencapai 90,70 % dari upaya penangkapan lestarinya EMSY sebesar 8.570,62 trip/tahun, maka dapat dinyatakan perikanan tangkap di kabupaten kepulauan meranti telah menuju puncak overfishing dan perlu mendapatkan perhatian yang mutlak terhadap kelestariannya

    PEMANFAATAN POTENSI BIOTEKNOLOGI MIKROORGANISME UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERIKANAN DI KALANGAN MASYARAKAT

    Get PDF
    Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. peningkatan produksi perikanan nasional yang diprogramkan Menteri Kelautan dan Perikanan hingga 350% menuntut semua pihak yang terkait berpikir maksimal guna mengoptimalkan segala potensi. Tingkat keberhasilan dalam budidaya perikanan sangat dipengaruhi oleh kemampuan membentuk ekosistem yang mampu mendukung kehidupan ikan yang dipelihara dan penyediaan pakan berkualitas dengan harga yang cukup terjangkau. Pada ekosistem perairan, khususnya lingkungan budidaya ikan, mikroorganisme memiliki peran sangat kompleks dan vital. Seiring meningkatnya taraf pengetahuan masyarakat dan kesadaran budidaya yang berkelanjutan, pola pikir pembudidaya mulai bergeser ke arah optimalisasi peran mikroorganisme sebagai sahabat, dan bukan semata sebagai jasad penyebab masalah yang harus dimusnahkan dari ekosistem budidaya. Hal ini tentunya dapat tercapai apabila pembudidaya mampu mengelola jasad renik tersebut secara benar. Kemampuan mikroorganisme menghasilkan enzim pencernaan dan mengkonversi limbah pertanian menjadi protein juga sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam menyediakan bahan baku pakan alternatif dengan harga yang cukup terjangkau. Pemanfaatan bioteknologi berbasis mikroorganisme secara intensif dalam mengatasi permasalahan limbah budidaya, agen biokontrol, pakan alami, dan agen fermentasi pakan diharapkan mampu mendongkrak produktivitas budidaya perikanan di kalangan masyarakat luas

    Kemunculan Kerang Pharella Acutidens Dikaitkan Dengan Salinitas Perairan Hutan Mangrove Di Perairan Dumai, Provinsi Riau

    Get PDF
    Estuari merupakan zona transisi atau ekoton antara habitat air tawar dan laut dengan sifat fisik dan biologinya yang unik (Odum, 1998). Salah satu keunikan tersebut adalah tingginya bahan organik yang terkandung didalamnya sehingga estuaria menjadi perairan yang sangat produktif sebagai wadah penimbunan bahan organik berupa substrat yang terbawa oleh arus sungai dan laut. Tingginya kandungan bahan organik tersebut menjadikan perairan estuaria sebagai habitat bagi berbagai macam organisme. Dewasa ini hutan mangrove ditetapkan sebagai jalur hijau di daerah pantai dan tepi sungai yang berfungsi mempertahankan tanah pantai dan kelangsungan hidup biota laut seperti ikan, udang, kepiting lakon, siput dan biota lainnya. Salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di hutan mangrove adalah Kerang Pharella acutidens. Kerang ini di Dumai dikenal dengan nama Sipetang dan merupakan salah satu sumber protein bagi penduduk setempat. Kerang ini diberi nama Sipetang oleh penduduk setempat karena sering muncul ke permukaan sedimen pada petang hari, mempunyai daging yang relatif tebal dan enak. Salinitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan kerang Sipetang P. acutidens, tinggi rendahnya salinitas dapat menjadi indikator keberadaan kerang Sipetang P. acutidens di suatu perairan yang dipengaruhi pasang surut. Maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang kemunculan kerang Pharella acutidens yang dikaitkan dengan salinitas akibat pasut pada pagi hari dan sore hari diperairan Dumai Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukkan ada kecendrungan semakin tinggi salinitas perairan maka semakin rendah kemunculan kerang di permukaan dasar perairan dengan rata-rata salinitas 18,92 adalah salinitas yang nyaman untuk muncul akan tetapi bila ditinjau dari determinasi salinitas terhadap kemunculan kerang Pharella acutidens hanya sebesar 4%, maka ada kontribusi sebesar 96% yang berasal dari faktor ekologi lain

    PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN CACING SUTRA (TUBIFEX SP.) DENGAN SISTEM RESIRKULASI

    Get PDF
    Cacing sutra (Tubifex sp.) merupakan salah satu pakan alami yang memiliki kandungan gizi tinggi dan dipakai untuk menyuplai asupan gizi bagi larva ikan.Kegiatan budidaya cacing sutra perlu dikembangkan sebagai solusi untuk mengatasi ketergantungan cacing sutra hasil pengumpulan dari alam dan untuk menghasilkan cacing sutra yang lebih berkualitas serta mencukupi kebutuhan pakan alami benih ikan air tawar tersebut. Pemberian dosis dan  jenis media kultur yaitu kotoran ayam, ampas tahu dan bekatul sebagai pengkayaan pada media kultur cacing sutra (Tubifex sp.) diharapkan dapat menjadi solusi dalam meningkatkan ketersediaan cacing sutra, disertai dengan peningkatan biomassa cacing yang cukup besar. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 ulanganterdiri dariP0 : kontrol ; P1 : 500 gram kotoran ayam ; P2 : 500 gram ampas tahu ; P3 : 500 gram bekatul.Parameter penelitian yang diamati meliputi,Pertumbuhan Bobot Mutlak (PBM), Pertumbuhan Panjang Mutlak (PPM), Laju Pertumbuhan Bobot Harian (LPBH), dan kualitas air.Hasil penelitian diperoleh bahwa PBM : 9,83 g – 28,23 g, PPM : 0,73 cm – 1,06 cm, LPH : 2,23 % - 4,44 %. Hasil pengamatan kualitas air menunjukkan suhu (28,000C - 29,00 0C), DO (2,8 mg/L – 3,4 mg/L) dan pH (6,3- 6,5).Hasil analisis sidik ragam yang dilakukanPemberian pakan alami yang berbeda berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan harian cacing sutra (LPH), pertumbuhan biomassa mutlak cacing sutra (PBM), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak cacing sutra (PPM)

    PEMANFAATAN HASIL TANGKAP UDANG GALAH SEBAGAI BUDIDAYA UDANG GALAH DENGAN SISTEM BIOFLOKS DI DESA BAYEUN KECAMATAN BIREM BAYEUN KABUPATEN ACEH TIMUR

    Get PDF
    ABSTRAKUdang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan salah satu biota perikanan air tawar yang sangat berpotensi untuk dibudidayakan secara komersial. Desa Bayeun merupakan salah satu wilayah yang cocok bagi pertumbuhan Udang galah karena memiliki topografi dataran rendah yang dilalui oleh Sungai Alur Itam dengan kondisi air sungai yang berarus sedang dan terdapat perairan tawar. Hasil tangkapan udang galah rata-rata 10 kg per hari dengan berbagai tipe ukuran, yaitu buah 1,2, dan 3. Hasil tangkapan tersebut langsung didistribusikan ke agen dan konsumen dengan variasi harga yang berbeda berdasarkan ukuran, harga tertinggi udang galah tipe buah 1 (Rp. 140.000,-) dan terendah tipe buah 3 (Rp. 65.000,-), namun banyak hasil tangkapan nelayan yang ukurannya di bawah tipe buah 3 yang menyebabkan tidak sesuainya permintaan pasar terhadap udang galah tersebut. Tujuan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah memberi solusi kepada nelayan setempat dengan melakukan pemilahan ukuran udang yang masih kecil untuk dibudidayakan kembali dengan sistem bioflok agar nantinya udang galah dapat layak di pasarkan sesuai tipe untuk mendapatkan harga jual yang sesuai dan menambah penghasilan bagi nelayan. Metode pengabdian yang digunakan yaitu survei pendahuluan mengenai masalah mitra, sosialisasi, pembuatan bioflok, pelatihan dan pendampingan pada mitra KUB KATEUKA JAYA yang anggotanya berjumlah 15 orang. Hasil dari PKM ini adalah adanya peningkatan hardskill mitra dalam mengelola udang galah hasil tangkapan yang ukurannya kecil dan nilai jual udang galah yang berhasil dibesarkan dan dibudidayakan pada kolam bioflok meningkatkan pendapatan mitra. Kata kunci: bayeun; bioflok; budidaya; nilai tambah; udang galah ABSTRACTGiant prawns (Macrobrachium rosenbergii) is one of the freshwater fisheries biota that has the potential to be cultivated commercially. Bayeun Village is a suitable area for the growth of giant prawns because it has a lowland topography that is traversed by the Alur Itam River with moderate river water conditions and fresh water. The catch of giant prawns is an average of 10 kg per day with various types of sizes, namely fruit 1, 2 and 3. The catch is directly distributed to agents and consumers with different price variations based on size, the highest price for giant prawns is fruit type 1 (Rp. 140,000,-) and the lowest is fruit type 3 (Rp. 65,000,-), but many fishermen's catches are below fruit type 3 which causes the market demand for these giant prawns to be inappropriate. The purpose of this Community Service activity is to provide a solution to local fishermen by sorting the size of the shrimp that are still small to be re-cultivated with the biofloc system so that later the giant prawns can be marketed according to the type to get the right selling price and increase income for fishermen. The service method used is a preliminary survey regarding partner issues, socialization, biofloc making, training and mentoring for KATEUKA JAYA KUB partners whose members total 15 people. The result of this PKM is an increase in partners' hard skills in managing giant prawns caught which are small in size and the selling value of giant prawns that are successfully raised and cultivated in biofloc ponds increases partner income. Keywords: bayeun; biofloc; cultivation; value added; giant shrim

    PENGARUH PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS KOI (Cyprinus carpio)

    Get PDF
    Koi fish (Cyprinus carpio) is a cultivated commodity that is in great demand by ornamental fish consumen. The research was conducted to determine the effect of different feeding options on the growth and survival of koi fish (Cyprinus carpio). The method used was a completely randomized design with 4 treatments and 3 replications. In P1 namely the use of pellet feed, P2 of artemia feed, P3 of Daphnia sp. feed, and P4 of silk worms. The parameters observed during the study were absolute length growth (PBM),  absolute length growth (PPM) , survival rate (SR), and feed conversion ratio (FCR). The result of these observations had a very significant effect on the absolute length growth with the best treatment found at P4 of 2,34 cm, the growth in absolute weight had a very significant effect with the best treatment found at P4 of 3,41 g, and the feed convertion ratio has a very significant effect with the highest treatment found in P3 of 3,11. But it had no significant effect on the survival rate of koi fish (Cyprinus carpio).Ikan mas koi (Cyprinus carpio) merupakan komoditas budidaya yang banyak diminati oleh para penikmat ikan hias. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan mas koi (Cyprinus carpio). Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Pada P1 yaitu penggunaan pakan pelet, P2 pakan artemia, P3 pakan Daphnia sp., dan P4 cacing sutera. Parameter yang diamati selama penelitian yaitu pertumbuhan berat mutlak (PBM), pertumbuhan panjang mutlak (PPM), survival rate (SR)  dan Feed Convertion Rasio (FCR). Hasil pengamatan tersebut sangat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak dengan perlakuan terbaik terdapat pada P4 sebesar 2,34 cm, pertumbuhan bobot mutlak berpengaruh sangat nyata dengan perlakuan terbaik terdapat pada P4 sebesar 3,41 g, dan rasio konversi pakan sangat berpengaruh nyata dengan perlakuan tertinggi terdapat pada p3 sebesar 3,11. Namun tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup (SR) benih ikan mas koi (Cyprinus carpio)

    PENGARUH PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIHIKAN BAWAL (Colossoma macropomum)

    Get PDF
    Freshwater pomfret (Colossoma macropomum) is one of the fishery commodities with high economic value. This encourages the supply of pomfret for consumption to increase, so that the supply of seeds for rearing is also increasing. The purpose of this study was to determine the growth and survival of pomfret fry. The test fish used were Freshwater Pomfret with an initial length of 3 -5 cm with an initial weight of 2.1 - 2.5 grams, which were kept in a 30 liter container. The research method used is an experimental method using a completely randomized design (CRD), consisting of 5 levels of treatment with 3 replications. The results showed that treatment A (stocking density 50 birds/25 liters) showed the highest growth of 4.01 grams, with a length of 5.67cm, survival of 96.67%, and FCR of 6.98 The lowest growth was in treatment P1 ( stocking density of 10 fish/25 liters) was 2.97 grams, with a length of 4.31 cm, survival of 96.67% and FCR of 1.45. The results of observations of water quality measured during the study were still within the tolerance limits for the growth and development of Freshwater Pomfret. From the results of the research conducted, it is known that the best stocking density for growth and survival in the maintenance of Freshwater Pomfret is P5 treatment (stocking density of 50 fish/25 liters) with an average absolute weight of 4.01 grams, a growth rate of 0.100 grams/day. absolute length 5.67 cm. 100% survival.  Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Hal ini mendorong suplai ikan bawal untuk konsumsi semakin meningkat, sehingga suplai benih untuk pembesaran juga semakin meningkat. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan benih ikan bawal Ikan uji yang digunakan adalah Ikan Bawal Air Tawar dengan panjang awal 3 -5 cm dengan berat awal 2,1 – 2,5 gram, yang dipelihara di wadah berukuran 30 liter. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri 5 taraf perlakuan dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa perlakuan A (Padat tebar 50 ekor/25liter ) menunjukkan pertumbuhan tertinggi yaitu 4,01 gram, dengan panjang 5,67cm, kelangsungan hidup 96,67%, dan FCR sebesar 6,98 Pertumbuhan terendah ada pada perlakuan P1 (padat tebar 10 ekor/25liter ) yaitu 2,97gram, dengan panjang 4,31 cm, kelangsungan hidup 96,67% dan FCR sebesar 1,45. Hasil pengamatan kualitas air yang diukur selama penelitian masih dalam batas toleransi untuk tumbuh dan berkembang Ikan Bawal Air Tawar. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui padat tebar terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup dalam pemeliharaan Ikan Bawal Air Tawar adalah perlakuan P5 (padat tebar 50 ekor/25liter) yaitu dengan rata-rata berat mutlak sebesar 4,01 gram, laju pertumbuhan 0,100 gram/hari panjang mutlak 5,67 cm. kelangsungan hidup 100%. &nbsp
    corecore