12 research outputs found

    Validitas dan Reliabilitas Data Estimasi Kadar Uranium Sektor Lembah Hitam, Kalan, Kalimantan Barat

    Get PDF
    ABSTRAKMineralisasi uranium (U) di Sektor Lembah Hitam pada batuan metalanau dan metapelit sekistosan berasosiasi dengan mineral pirit, pirhotit, magnetit, molibdenit, turmalin, dan kuarsa. Kehadiran mineral U ditandai dengan nilai radiometri batuan yang mencapai 15.000 c/s. Estimasi cepat kadar U adalah menggunakan perhitungan gamma ray hasil logging gross-count gamma lubang bor LH-01. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas data estimasi kadar U. Hasil estimasi kadar U logging disebandingkan dengan analisis geokimia untuk mendapatkan faktor koreksi (Fk). Analisis geokimia menggunakan metode X-Ray Fluorescence (XRF) pada sampel batuan terpilih di interval kedalaman yang mewakili batuan dan mineralisasi di lubang tersebut. Estimasi kadar U di kedalaman 8,80–9,81 m berdasarkan gross-count gamma ray menunjukkan nilai kadar 456 ppm eU, sementara analisis XRF menunjukkan rerata kadar 177 ppm U. Nilai faktor koreksi (Fk) yang didapatkan dari estimasi kadar di kedalaman 8,80–9,81 m adalah 0,388. Nilai tersebut menunjukkan validitas dan reliabilitas data estimasi yang digunakan rendah. Kesebandingan estimasi kadar U dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: sistem logging gross-count gamma ray, ketidaksetimbangan uranium, ukuran sampel, dan unsur radioaktif lainnya. Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas data estimasi, maka diperlukan penambahan sampel analisis XRF dengan mempertimbangkan lingkar dan interval kedalaman lubang bor. ABSTRACTUranium (U) mineralisation in Lembah Hitam Sector in metasilt and schistossic metapellite rocks was assosiated with pyrite, pyrhotite, magnetite, molibdenite, tourmaline, and quartz minerals. The existence of U mineral was marked from its radiometric value reaching 15,000 c/s. The faster way to estimate U grade is using gamma-ray values calculation from gross-count gamma logging at borehole LH-01. The research is aimed to obtain the validity and reliablility of U grade estimating data. The logging estimation result then compared with geochemical analysis to obtain the correction factor (Fk). Geochemical analysis is using X-Ray Fluorescence (XRF) method on selected rock samples represent rock and mineralisastion depth interval inside the borehole. The result of uranium grade estimation using gross-count gamma ray calculation in depth 8.80–9.81 m is 456 eU while based on XRF analysis, the result is 177 ppm U. The correction factor (Fk), obtained from grade estimation at 8.80–9.81 m depth is 0.388. The value indicates that the validity and reliability estimation data is low. Ratio of U grade estimation depends on some factors, like gross-count gamma ray logging system; uranium disequilibrium, sampels size; and other radioactive elements. In order to increase the validity and reliability estimation data, XRF analysis samples should be added by considering the borhole diameter and depth interval

    Kombinasi Pengukuran Radioaktivitas Batuan dan Geofisika dalam Menentukan Akuifer Airtanah Potensial di Desa Sumbermanjing Kulon, Pagak, Malang, Jawa Timur

    Get PDF
    Daerah penelitian merupakan daerah yang mengalami kesulitan penyediaan air bersih. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik geologi, perangkap stratigrafi dan karakteristik sifat geofisika bawah permukaan guna identifikasi keberadaan, kedalaman dan sebaran akuifer. Tujuan penelitian ini adalah penentuan lokasi titik potensial untuk dilakukan pemboran sumur airtanah guna memenuhi kebutuhan air di daerah ini. Tahapan penelitian meliputi pemetaan topografi, pemetaan geologi, pengukuran radioaktivitas soil/batuan, survei geolistrik (tahanan jenis) dan analisis penentuan titik potensial untuk pemboran. Daerah penelitian merupakan dataran bergelombang, secara litologi tersusun atas satuan batupasir dan satuan batugamping. Nilai Radioaktivitas batugamping antara 30c/s - 45c/s, batupasir gampingan 20c/s - 30c/s, dan batupasir tufan 100 Wm), batulempung (1Wm - 7Wm), batupasir-1 (10Wm - 33Wm) dan batupasir-2 (14Wm - 17Wm). Analisis terpadu menghasilkan dua lokasi potensial untuk pemboran dengan koordinat titik 1 UTM 49M 664327mT, 9082526mU, 346 mdpl dan titik 2 UTM 49M 664333mT, 9082750mU, 349 mdpl. The study area is an area with difficulties in fresh water supply. This study aimed to investigate geological characteristics, stratigraphical traps and sub surface geophysical characteristics to identify aquifer existance, depth and distribution. The purpose of this study is to determine the potencial location for groundwater drilling to fulfill the needs of fresh water in this area. Stages of activities include topography mapping, geological mapping, soil/rocks radioactivity measurements, geoelectric (resistivity) surveys and potential location determination analysis for drilling. The study area is an area with undulating terrain, litologically composed with sandstone unit and limestone unit. Radioctivity value of limestone ranged from 30c/s to 45c/s, carbonaceous sandstone ranged from 20c/s to 30c/s, and tuffaceous sandstone lower than 20c/s. Based from geoelectrical measurements analysis, lithologically this area devide into 4 rock layers, i.e. limestone (>100Wm), claystone (1Wm - 7 Wm), sandstone-1 (10Wm - 33Wm), and sandstone-2 (14Wm - 17 Wm). Integrated analysis resulted 2 potential location for drilling with coordinates for location 1 UTM 49M 664327mT, 9082526mU, 346 mdpl and location 2 UTM 49M 664333mT, 9082750mU, 349 mdpl

    Identifikasi Pola Struktur Geologi Sebagai Pengontrol Sebaran Mineral Radioaktif Berdasarkan Kelurusan Pada Citra Landsat-8 di Mamuju, Sulawesi Barat

    Get PDF
    AbstrakDaerah Mamuju dan sekitarnya tersusun atas batuan gunung api dengan komposisi mineral mengandung unsur radioaktif seperti uranium (U) dan thorium (Th). Konsentrasi unsur radioaktif di daerah ini mencapai 1.529 ppm eU dan 817 ppm eTh. Mineral-mineral radioaktif yang teridentifikasi terdiri dari thorianite, davidite, gummite, dan autunite. Aktivitas tektonika kemunculan gunung api menyebabkan terbentuknya struktur-struktur geologi yang mengontrol pembentukan kompleks gunung api dan mineralisasi U-Th di daerah tersebut. Identifikasi struktur geologi regional dan rinci di lapangan sangat sulit dilakukan karena vegetasi yang lebat dan tingkat pelapukan yang tinggi. Kelurusan hasil interpretasi dari citra Landsat-8 merupakan manifestasi keberadaan struktur geologi yang mengontrol keberadaan U dan Th. Analisis kelurusan punggung bukit menggunakan formula Sastratenaya digunakan untuk mengetahui umur dan kronologi kelurusan yang terbentuk. Pengukuran laju dosis di daerah penelitian menunjukkan kecenderungan arah sebaran anomali radioaktivitas berarah tenggara–baratlaut. Hasil analisis menggunakan formula Sastratenaya menunjukkan bahwa struktur yang terbentuk adalah struktur berumur relatif tua dan memiliki arah dominan tenggara–baratlaut (N 140–150o E). Berdasarkan interpretasi kelurusan, arah dominan memiliki kemiripan dengan arah sebaran gunung api dan sebaran radioaktivitas. Struktur yang mengontrol pembentukan gunung api dan terkait dengan mineralisasi U dan Th secara umum merupakan struktur berarah tenggara–baratlaut dan terbentuk bersamaan dengan proses mineralisasi U dan Th. AbstractMamuju area and its surrounding are composed of volcanic rock containing uranium (U) and thorium (Th) elements. Radioelements concentrations in the area reach 1,529 ppm eU and 817 ppm eTh. Radioactive minerals identified in the area are thorianite, davidite, gummite, and autunite. The geological structures were formed by tectonic activities which controlled the creation of volcanic complex and U-Th mineralization in the complex. Identification of geological structure in the field is very difficult due to densely vegetation and higly degree of weathering. The interpreted lineaments from Landsat-8 imagery are the manifestation of geological structures which have controlled the existence of U and Th. Lineaments analysis using Sastratenaya formula is used to obtain the relative age and chronologies of the lineaments. Dose rate measurements in the area show the trend of radioactivitiy anomalies are trending northwest–southeast. The Sastratenaya formula results the formed structures are relatively older and dominantly directing northwest–southeast (N 140o–150o E). Based on the linement interpretation, the dominant direction has similliarity with volcanic and radioactivity distribution. Structures which controlling the volcanic formation and related to U and Th mineralization generally are the northwest–southeast trending structures, which were created along with U and Th mineralization

    SEBARAN ALTERASI BATUAN BERDASARKAN RASIO Th/U DI TAPALANG, MAMUJU, SULAWESI BARAT

    Get PDF
    Kecamatan Tapalang, Mamuju, menjadi tujuan eksplorasi uranium dengan adanya radiasi tinggi terdeteksi pada batuan basaltik Formasi Adang. Diperlukan lokalisasi daerah-daerah dengan tingkat potensi kandungan uranium yang tinggi. Proses alterasi meningkatkan tingkat kelarutan uranium, sehingga kadar uranium berkurang dan terjadi pengkonsentrasian torium serta logam tanah jarang (REE) yang signifikan. Dengan asumsi bahwa alterasi berasosiasi dengan rasio Th/U, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui sebaran alterasi batuan berdasarkan korelasinya terhadap rasio Th/U. Penelitian dilakukan dengan pengukuran radioaktivitas dan pengamatan alterasi di lapangan, kemudian dilengkapi  dengan analisis XRF dan analisis mineragrafi untuk mengetahui tingkat alterasi. Rasio Th/U pada batuan lava Tapalang yang masih relatif segar memiliki nilai 3-30, dan batuan yang telah teralterasi memiliki nilai 30 - >3000. Pengembangan eksplorasi torium dapat difokuskan pada daerah dengan alterasi lanjut, sedangkan eksplorasi uranium harus difokuskan pada daerah yang bersifat reduktif, yang memungkinkan terbentuknya cebakan uranium.Tapalang, Mamuju, is a destination for uranium exploration due to the high radiation detected in basaltic rocks of Adang Formation. Uranium potentials localization is required since uranium is not distributed evenly. An alteration process increases the level of uranium solubility, so that the uranium content is depleted and the concentration of thorium and rare earth elements (REE) are significantly high. This study objective was to find the distribution of rock alterations and their correlation to the ratio of Th/U in Tapalang Region. Research methods were combination of radioactivity measurement and alteration observation in the field, completed by XRF and mineragraphy analysis to measure the grade of alteration. The alteration product indicated that this area has been affected by hydrothermal alteration in the potassic zone. Th/U ratio of fresh Tapalang lava rocks has a value of 3-30, and alterated rocks have 30 - 3000 value. These values can be used to delineating alteration areas, which have high Th/U ratio (30 - >3000). The development of thorium exploration can be focused on advanced alteration areas, whereas uranium exploration should focus on reductive areas that allow for uranium deposited.

    Geological Structure Control on the Formation of Metal Mineralization at Quartz Veins in Jendi Village, Wonogiri Regency, Central Java

    Get PDF
    Quartz veins in the Jendi area and its surroundings are formed by geological structures with distributions and patterns that need to be known. This study uses data on striation, quartz vein orientation, and metal content in quartz veins. The use of this data aims to determine the relationship between the vein direction pattern and its metal mineral content with the main structure that forms it. The results of this study can be useful in determining the structural model and distribution of veins in the study area. The research method was carried out through a series of field and laboratory work. Fieldwork includes measuring striation data, measuring the orientation of quartz veins, and taking quartz vein samples. Studio work includes stereographic analysis of striation data, rosette diagram analysis of vein measurement data, and analysis of metallic element content of quartz veins. The quartz vein mineralization zone in the study area is controlled by a right slip fault with a northwest-southeast trend that forms a transtension zone with a north-south trend. The north-south trending veins are generally thick, long/continuous, and have a high metal content

    Studi Geologi Awal untuk Calon Tapak PLTN di Pulau Singkep dan Lingga, Kepulauan Riau

    Get PDF
    STUDI GEOLOGI AWAL UNTUK CALON TAPAK PLTN DI PULAU SINGKEP DAN LINGGA, KEPULAUAN RIAU. Pulau Singkep dan Lingga adalah bagian dari Kepulauan Riau, seperti Pulau Batam, Bintan, Karimun,terletak pada daerah strategis yang dapat menjadi lokasi dikembangkannya perdagangan dan perindustrian. Guna memenuhi kebutuhan teknologi dan listriknya, PLTN merupakan salah satu alternatif pilihan. Berdasarkan hal ini telah dilakukan studigeologi awal guna mengetahui keberadaan daerah interes untuk lokasi PLTN di Kepulauan Riau. Tujuan penelitian untuk mengetahui kelayakan Pulau Singkep dan Lingga dari aspek geologi sebagai daerah interes untuk ditindaklanjuti sebagai calon tapak PLTN. Metodologi penelitian meliputi studi geologi regional melalui pengumpulan data sekunder, dan survei lapangan untuk verifikasi data sekunder. Verifikasi data lapangan meliputi pengamatan batuan untuk menentukan jenis dan karakteristiknya, pengukuran struktur geologi untuk mengetahui potensi sesar dan gempa, pendataan sumber air panas untuk mengetahui aktivitas magmatisme. Pengamatan dilakukan di wilayah pesisir Pulau Singkep dan Lingga. Hasil penelitian awal untuk aspek geologi menunjukkan bahwa ditemukan beberapa daerah interes yang secara kualitatif merupakan lokasipotensial calon tapak PLTN. Dari aspek kegempaan, Pulau Singkep dan Lingga relatif aman. Sebaran batuan metamorfik dari Kompleks Malihan Persing dan granit Tanjungbuku ditemukan di Pulau Singkep, sedangkan sebaran batuan metamorf Formasi Tanjung Datuk di Pulau Lingga. Jenis batuan tersebut merupakankelompok batuan kerasdan resisten, sehinggasangat potensial untuk daerah interes calon tapak PLTN.

    Identifikasi Keterdapatan Mineral Radioaktif pada Urat-Urat Magnetit di Daerah Ella Ilir, Melawi, Kalimantan Barat

    Get PDF
    ABSTRAKElla Ilir secara administratif terletak di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Geologi regional daerah Ella Ilir tersusun atas batuan malihan berumur Trias–Karbon yang diterobos oleh batuan granitik berumur Yura dan Kapur. Keterdapatan mineral radioaktif di daerah tersebut terindikasi dari radioaktivitas urat-urat magnetit pada batuan malihan berumur Trias–Karbon dengan kisaran nilai 1.000 c/s hingga 15.000 c/s. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jenis cebakan mineral bijih dan mengidentifikasi keterdapatan mineral radioaktif pada urat-urat bijih magnetit di daerah Ella Ilir. Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi, pengukuran radioaktivitas, analisis kadar uranium, dan analisis mineragrafi beberapa sampel urat bijih magnetit. Litologi daerah penelitian tersusun oleh kuarsit biotit, metatuf, metabatulanau, metapelit, granit biotit, dan riolit. Sesar sinistral barat-timur dan sesar dekstral utara-selatan merupakan struktur sesar yang berkembang di daerah ini. Komposisi mineral urat-urat magnetit terdiri dari mineral-mineral bijih besi, sulfida, dan radioaktif. Mineral bijih besi terdiri dari magnetit, hematit, dan gutit. Mineral sulfida terdiri dari pirit, pirhotit, dan molibdenit sedangkan mineral radioaktif terdiri dari uraninit dan gumit. Keterdapatan urat-urat bijih magnetit dikontrol oleh litologi dan struktur geologi. Urat-urat magnetit pada metabatulanau berukuran tebal (1,5–5 m), mengisi rekahan-rekahan yang terdapat di sekitar zona sesar. Sementara itu, urat-urat magnetit pada metapelit berukuran tipis (milimetrik–sentimetrik), mengisi rekahan-rekahan yang sejajar dengan bidang sekistositas. Cebakan mineral bijih di daerah penelitian adalah cebakan bijih besi atau cebakan bijih magnetit berbentuk urat karena proses hidrotermal magmatik.ABSTRACTElla Ilir administratively located in Melawi Regency, West Kalimantan. Regional geology of Ella Ilir area is composed of metamorphic rocks in Triassic–Carboniferous age which are intruded by Jurassic and Cretaceous granitic rocks. Radioactive minerals occurences in the area are indicated by magnetite veins radioactivities on Triassic to Carboniferous metamorphic rocks whose values range from 1,000 c/s to 15,000 c/s. Goal of the study is to determine the type of ore mineral deposits and to identify the presence of radioactive mineral in magnetite veins in Ella Ilir area. The methods used are geological mapping, radioactivity measurements, analysis on uranium grades, and mineragraphy analysis of severe magnetite veins samples. Lithologies of the study area are composed by biotite quartzite, metatuff, metasilt, metapellite, biotite granite, and ryolite. The east-west sinistral fault and the north-south dextral fault are the developed fault structures in this area. Mineral composition of magnetite veins are consists of iron ore, sulfide, and radioactive minerals. Iron ore mineral consists of magnetite, hematit, and goetite. Sulfide minerals consist of pyrite, pirhotite, and molybdenite, while radioactive minerals consist of uraninite and gummite. The occurences of magnetite veins are controlled by lithology and geological structures. The magnetite veins in metasilt are thick (1.5–5 m), filled the fractures in the fault zone. Meanwhile, the magnetite veins in metapellite are thinner (milimetric–centimetric), filled the fractures that are parallel to the schistocity. The ore deposits in the study area are iron ore deposits or magnetite ore deposits formed by magmatic hydrothermal processes.

    Interpretasi Vulkanostratigrafi Daerah Mamuju Berdasarkan Analisis Citra Landsat-8

    Get PDF
    Daerah Mamuju dan sekitarnya umumnya disusun oleh batuan gunung api. Batuan sedimen vulkanoklastik dan batugamping berada di atas batuan gunung api. Aktivitas gunung api membentuk beberapa morfologi unik seperti kawah, kubah lava, dan jalur hembusan piroklastika sebagai produknya. Produk tersebut diidentifikasi berdasarkan karakter bentuk-bentuk melingkar di citra Landsat-8. Hasil koreksi geometrik dan atmosferik, interpretasi visual pada citra Landsat-8 dilakukan untuk mengidentifikasi struktur, geomorfologi, dan kondisi geologi daerah tersebut. Struktur geologi regional menunjukkan kecenderungan arah tenggara – baratlaut yang mempengaruhi pembentukan gunung api Adang. Geomorfologi daerah tersebut diklasifikasikan menjadi 16 satuan geomorfologi berdasarkan aspek genetisnya, yaitu punggungan blok sesar Sumare, punggungan kuesta Mamuju, kawah erupsi Adang, kawah erupsi Labuhan Ranau, kawah erupsi Sumare, kerucut gunung api Ampalas, kubah lava Adang, bukit intrusi Labuhan Ranau, punggungan aliran piroklastik Adang, punggungan aliran piroklastik Sumare, perbukitan sisa gunung api Adang, perbukitan sisa gunung api Malunda, perbukitan sisa gunung api Talaya, perbukitan karst Tapalang, dan dataran aluvial Mamuju, dataran teras terumbu Karampuang. Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat-8 dan konfirmasi lapangan, geologi daerah Mamuju dibagi menjadi batuan gunung api dan batuan sedimen. Batuan gunung api terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Kompleks Talaya dan Kompleks Mamuju. Kompleks Talaya terdiri atas batuan gunung api Mambi, Malunda, dan Kalukku berkomposisi andesit, sementara Kompleks Mamuju terdiri atas batuan gunung api Botteng, Ahu, Tapalang, Adang, Ampalas, Sumare, dan Labuhan Ranau berkomposisi andesit sampai basal leusit. Vulkanostratigrafi daerah ini disusun berdasarkan analisis struktur, geomorfologi, dan distribusi litologi. Vulkanostratigrafi daerah Mamuju diklasifikasikan ke dalam Khuluk Talaya dan Khuluk Adang. Khuluk Talaya terdiri atas Gumuk Mambi, Gumuk Malunda, dan Gumuk Kalukku. Khuluk Mamuju terdiri atas Gumuk Botteng, Gumuk Ahu, Gumuk Tapalang, Gumuk Adang, Gumuk Ampalas, Gumuk Sumare, dan Gumuk Labuhan Ranau. Mamuju and its surrounding area are constructed mainly by volcanic rocks. Volcanoclastic sedimentary rocks and limestones are laid above the volcanic rocks. Volcanic activities create some unique morphologies such as craters, lava domes, and pyroclastic flow paths as their volcanic products. These products are identified from their circular features characters on Landsat-8 imagery. After geometric and atmospheric corrections had been done, a visual interpretation on Landsat-8 imagery was conducted to identify structure, geomorphology, and geological condition of the area. Regional geological structures show trend to southeast – northwest direction which is affects the formation of Adang volcano. Geomorphology of the area are classified into 16 geomorphology units based on their genetic aspects, i.e Sumare fault block ridge, Mamuju cuesta ridge, Adang eruption crater, Labuhan Ranau eruption crater, Sumare eruption crater, Ampalas volcanic cone, Adang lava dome, Labuhan Ranau intrusion hill, Adang pyroclastic flow ridge, Sumare pyroclastic flow ridge, Adang volcanic remnant hills, Malunda volcanic remnant hills, Talaya volcanic remnant hills, Tapalang karst hills, Mamuju alluvium plains, and Karampuang reef terrace plains. Based on the Landsat-8 imagery interpretation result and field confirmation, the geology of Mamuju area is divided into volcanic rocks and sedimentary rocks. There are two groups of volcanic rocks; Talaya complex and Mamuju complex. The Talaya complex consists of Mambi, Malunda, and Kalukku volcanic rocks with andesitic composition, while Mamuju complex consist of Botteng, Ahu, Tapalang, Adang, Ampalas, Sumare, danLabuhanRanau volcanic rocks with andesite to leucitic basalt composition. The volcanostratigraphy of Mamuju area was constructed based on its structure, geomorphology and lithology distribution analysis. Volcanostratigraphy of Mamuju area is classified into Khuluk Talaya and Khuluk Mamuju. The Khuluk Talaya consists of Gumuk Mambi, Gumuk Malunda, and Gumuk Kalukku, while Khuluk Mamuju consists of Gumuk Botteng, Gumuk Ahu, Gumuk Tapalang, Gumuk Adang, Gumuk Ampalas, Gumuk Sumare, and Gumuk Labuhan Ranau

    KOMPARASI PERFORMA MONITOR RADIASI GAMMA DALAM PEMANTAUAN RADIASI REAL–TIME

    Get PDF
    Badan Riset dan Inovasi Nasional memiliki fasilitas riset yang digunakan untuk penelitian terhadap bahan nuklir yang memiliki potensi bahaya radiasi yang dapat membahayakan pekerja. Untuk mengurangi potensi bahaya radiasi, dilakukan pemantauan radiasi secara rutin oleh pekerja. Untuk mengoptimalkan pemantauan radiasi tersebut, dilakukan pengembangan 3 (tiga) buah monitor radiasi dengan menggunakan 1 (satu) detektor radiasi Sintilasi (S) dan 2 (dua) buah detektor GM (GM dan GMT) yang nantinya dapat terpasang dan memantau radiasi secara real-time. Pengujian terhadap 3 (tiga) monitor radiasi yang dikembangkan dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui keakuratan pengukuran masing-masing monitor radiasi. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian regresi linear untuk mendapatkan model konversi dari satuan cacah per detik ke satuan mikrosievert per jam. Selain itu, dilakukan pengujian ANOVA untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan antara pengukuran laju dosis dari ketiga monitor radiasi dibandingkan dengan surveymeter yang telah terkalibrasi. Pengujian Tukey HSD dilakukan untuk menguji masing-masing monitor radiasi hasil pengembangan dan dibandingkan dengan surveymeter yang terkalibrasi. Hasil pengujian regresi linear antara surveymeter (GS) dengan ketiga monitor radiasi didapatkan koefisien determinasi diatas 0,95. Pengujian ANOVA yang dilakukan didapatkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil pengukuran laju dosis radiasi yang signifikan dari masing masing monitor radiasi. Hasil pengujian Tukey HSD menunjukkan bahwa hanya salah satu monitor radiasi yang memiliki rata-rata nilai pengukuran laju dosis radiasi yang tidak berbeda secara signifikan dengan rata-rata nilai pengukuran laju dosis radiasi dari surveymeter terkalibrasi. Oleh karena itu monitor radiasi GMT yang telah dikembangkan merupakan monitor radiasi yang telah layak untuk digunakan dalam pemantauan radiasi pada fasilitas riset bahan nuklir.Kata kunci: Detektor radiasi, regresi linear, ANOV

    Karakterisasi Geoteknik Fondasi Kandidat Tapak PLTN dengan Metode Seismik Refraksi

    Get PDF
    ABSTRAK. Pemerintah Indonesia dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 38 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Riset Nasional Tahun 2017–2045, menetapkan beberapa bidang utama yang akan menjadi prioritas penelitian nasional, salah satunya adalah bidang energi. Dalam tema riset teknologi kelistrikan berbasis energi baru dan terbarukan rendah/nol karbon terdapat topik riset teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) skala komersial. Pada topik riset tersebut, ditetapkan bahwa dalam jangka waktu penelitian tahun 2020–2024, dihasilkan purwarupa PLTN. Pada penelitian ini, karakterisasi geoteknik tapak PLTN dilakukan dengan menggunakan metode seismik refraksi guna melengkapi data penelitian sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil perlapisan batuan bawah permukaan untuk estimasi pekerjaan terkait fondasi PLTN. Pemetaan geologi dan akuisisi data geofisika, pengolahan, serta interpretasi tanah/batuan berdasarkan parameter kecepatan gelombang kompresi (Vp). Hasil pemetaan geologi menunjukkan adanya 2 satuan batuan beku yaitu diorit kuarsa dan andesit. Hasil pengolahan dan interpretasi data seismik refraksi menghasilkan model penampang Vp pada lapisan batuan bawah permukaan. Terdapat 3 lapisan batuan di lokasi penelitian yaitu lapisan tanah (Vp = 361–715 m/s), lapisan batuan beku lapuk (Vp = 1.386–2.397 m/s), dan lapisan beku segar (Vp = 3.789–6.133 m/s). Perkiraan densitas batuan beku segar berdasarkan perhitungan adalah 2,43–2,74 g/cm3. Hasil pemodelan dapat menunjukkan kedalaman dan struktur bawah permukaan lapisan batuan beku segar yang dapat menjadi fondasi bangunan PLTN.ABSTRACT. Presidential Regulation (Perpres) number 38 of 2018 concerning the National Research Master Plan for 2017–2045, the Government of Indonesia establishes several main areas that will become national research priorities, one of which is the energy sector. In the research theme of electricity technology based on new and renewable low/zero carbon energy, there is the topic of research on commercial-scale Nuclear Power Plant (NPP) technology. On the research topic, it was determined that within the research period of 2020–2024, a prototype nuclear power plant would be produced. Research related to the geotechnical characterization of the nuclear power plant site using the seismic refraction method was carried out to complement the previous research data. The purpose of this study was to determine the subsurface rock layer profile for estimation of work related to nuclear power plant foundations. Geological mapping and geophysical data acquisition, processing, as well as soil/rock interpretation based on the compression wave velocity (Vp) parameter are carried out to achieve this goal. The results of geological mapping show that there are 2 igneous rock units, namely quartz diorite and andesite. The results of processing and interpreting seismic refraction data produced a cross-sectional model of Vp in the subsurface rock layers. There are 3 rock layers in the research location, namely soil layer (Vp = 361–715 m/s), weathered igneous rock layer (Vp = 1.386–2,396 m/s), and fresh igneous layer (Vp = 3.789–6.133 m/s). The estimated density of fresh igneous rock based on calculations is 2.43–2.74 g/cm3. The modeling results can show the depth and structure of the subsurface layer of fresh igneous rock that can be the foundation of nuclear power plants
    corecore