3 research outputs found

    Kesetaraan gender perspektif hadis: kajian maanil al hadis dalam Sunan Abu Dawud Nomor Indeks 236

    Get PDF
    Gender adalah sebuah labeling pembeda anatara laki-laki dan perempuan, namun dari realita yang ada gender sering digunakan sebagai bahan penindasa atau diskriminasi oleh sebuah pihak. Contohnya yang dialami perempuan di mana sebagian di antara mereka yang dalam kesehariannya mendapat tindak kekerasa, diskriminasi, marjinalisasi, ketimpangan, ketidakadilan, dan dirampas hak-hak nya. Dalam kata lain hingga saat ini masih ada para perempuan yang tidak bisa mendapatkan keamanan, kenyamanan, dan kebebsan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya sebagai seorang manusia. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk mengetahui kebenaran atas dalil dari hadis riwayat Abu Dawud nomor indeks 236 yang menyuarakan kesetaraan gender untuk perempuan. Dan diupayakan untuk perempuan bisa memperoleh hak-hak mereka serta mengajarkan kepada manusia agar bisa berlaku adil dan baik terhadap sesama manusia. Penelitihan pada hadis ini menggunakan metode ma’anil hadis, dan terfokus kepada hak-hak sebagian perempuan yang direnggut atau hilang karena adanya budaya (konstruk patriarki). Karena sebab-sebab tersebut penelitian pada hadis kesetaraan gender diperlukan untuk diteliti guna mengetahui kualitas hadis, mengetahui analisa kajian ma’anil hadis, dan implementasi dari hadis kesetaraan gender terhadap masyarakat pada hadis riwayat Abu Dawud nomor indeks 236. Dalam hadis ini ada dua poin yang dapat dipahami yakni makna secara tekstual dan kontekstual, secara umum hadis yang diriwayatkan Abu Dawud nomor indeks 236 adalah hadis yang menjelaskan tentang bab taharah (bersuci) untuk mukmin laki-laki dan mukmin perempuan. Namun dari segi pemahman secara kontekstualisasi hadis ini bermakna tentang suara kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan seperti yang ditegaskan pada kalimat dalam hadis yang berbunyi asy-shaqa’iq yang jika diteliti melalui kitab Lisan al-‘Arab memiliki arti setara, kembaran, serupa, sejawat, identik, ekuevalen, duplikat, dan pararel. Adapun terkait metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatfif yang kemudian dikaji melalui keilmuan ma’anil hadis

    Hadith Critics Categories in The Selection of Hadith Narrators: A Comparative Analysis

    No full text
    The abundance of scholarly approaches within the field of hadith studies, particularly disciplines like the science of criticism and verification (jarh wa ta’dil), utilized for classifying the authenticity of a hadith, underscores the significance of discerning between the soundness of the content (matn) and the reliability of the chain of narrators (sanad). In response to this phenomenon, hadith scholars have undertaken comprehensive critical examinations encompassing both the matn and sanad without neglecting their interrelationship. Within the realm of hadith scholarship, the evaluation of the sanad serves as a yardstick for assessing the validity of a hadith, whereby the authenticity of the sanad, untainted by disparagement (jarh), plays a pivotal role in determining the reliability of the hadith. In this study, a quantitative methodology has been employed as supplementary data for a library-based research approach. This choice is justified by the existence of disparate viewpoints among categories of hadith critics, which contribute to the determination of hadith authenticity. Each category of hadith critic adheres to specific criteria when ascertaining the soundness of a hadith. Accordingly, this article delves into an in-depth exploration of the different groups of critics of hadith narrators. The aim is to caution against hastily passing judgments on potentially weak hadiths, preventing their outright dismissal or preclusion as sources of legal evidence (dalil syari).

    Analisis Pemikiran Kritis Jurgen Habermas

    No full text
    The idea of understanding religious texts has different patterns depending on the originator. Jurgen Habermas with his critical theory gives color to the paradigm of scientific, hermeneutic and social studies. How did Jurgen Habermas's critical thinking originate? How is the paradigm of Jurgen Habermas's critical theory in coloring scientific studies. This research uses library research method, with a qualitative approach. Jürgen Habermas's critical theory was influenced by the first generation of the Frankfurt School. Through his critical theory, Jürgen Habermas solved various problems that his predecessor had a stalemate. Jürgen Habermas is very enthusiastic about social affairs. Thus, through his critical theory Jurgen Habermas tried to solve the problems of his predecessors that were not final
    corecore