5 research outputs found
NILAI KEARIFAN LOKAL YANG TERKANDUNG DALAM LAYANG JATISWARA PADA UPACARA NYADAR KETIGA DESA PAPAS SUMENEP
Di tengah masyarakat modern yang tidak menentu, penelitian terhadap kesenian tradisional (sastra lisan) dirasa urgen untuk dilakukan. Ada dua alasan yang mendasar yang menjadi temuan dalam penelitian ini Pertama, Macapat Madura tidak dapat dilepaskan dari perkembangan macapat Jawa. Kedua, macapat Madura sebagai kegiatan seni. Dalam hal ini, macapat dipahami sebagai kesenian yang mengandung nilai-nilai sastra yang lebih menekankan pada kemampuan baca. Nilai sastra dalam macapat dapat ditemukan pada bentuk pengungkapan atau ekspresi macapat yang menggunakan kata-kata atau bahasa yang indah. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, yang dilakukan terhadap perkembangan kesusastraan Indonesia, terutama sastra lisan di Madura. Desain penelitian ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena yang terjadi dalam perkembangan sastra lisan sebagai salah satu kebudayaan Madura. Ada tiga bagian yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu, penjelasan tentang salat, Jatiswara mencari adiknya, dan filosofi berlayar yang semua berbentuk metrum dandhanggula. Tujuan dilaksanakannnya penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan adanya perpaduan antara dua ragam sastra daerah (Jawa dan Madura), mendeskripsikan Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya sehingga dapat menunjukkan suatu nilai spritual lokal yang universal
Upaya Menumbuhkan Karakter Anak dalam Pembelajaran Sastra Anak dengan Model Play-Learning dan Performance-Art Learning di SDN Banyuajuh 4
One innovation of learning to improve writing skills is to use direct and Play-Learning dan Performance-Art Learning. By applying this approach more classes are expected to live and be happy to follow the students' learning Indonesian from the results of performance tests Cycle I and Cycle II of the above can be concluded that: there is an increase from Cycle I to Cycle II. On Cycle II all students understand the material completely written narrative of the interview, through changing direct sentence (original interview) into indirect sentences (narratives). So it can be concluded that the cooperative learning model is more successful / better than the direct learning model
Implementasi Standar Isi, Standar Proses, Standar Lulusan Sebagai Standar Mutu pendidikan MTs Negeri Di kabupaten Tulungagung
Government issued Government Regulation No.19/2005 on National Education Standards. National Education Standards consists of 8 components: (1) Content Standards, (2) Standard Process, (3) Competency Standards, (4) Teachers and Education Personnel Standards, (5) Standards for Infrastructure, (6) Management Standards, (7) Standard Financing, and (8) Educational Assessment Standards. The results content standards, process standards and competency standards (SKL), MTsN in Tulungagung also meets national standards, so that the quality of education in schools MTsN Tulungagung could be better. It can be seen from the following observations sebyai; standard contents index average of 3.7, the standard index averaged 3.3 and 3.7 index competency standards
Pendidikan Karakter Tokoh Bethara Guru dalam Lakon Bethara Guru Krama Wayang Topeng Tengger
Pembentukan karakter masyarakat tidak terlepas dengan kondisi lingkungan, adat, budaya yang berlaku. Seperti tokoh-tokoh dan teladan dalam cerita rakyat, salah satunya adalah tokoh Bethara Guru dalam Lakon Bethara Guru Krama di Pewayangan Tengger. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan hasil analisis dari pendidikan karakter yang terdapat pada peneladanan tokoh Bethara Guru dalam Lakon Bethara Guru Krama Wayang Topeng Tengger. Keteladanan karakter tokoh-tokoh dan cerita pada Lakon Bethara Guru Krama dapat dijadikan sebagai bentuk materi dan dasar ajuan untuk membangun dan mendidik karakter individual seseorang, baik formal maupun non-formal. Sosok inti di tiap generasi dalam lakon Bethara Guru Krama memiliki beberapa sikap yang patut ditelaah dan diteladani. Penelitian ini disusun menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan sumber data dan data penelitian bentuk sastra lisan berupa cerita lakon Bethara Guru Krama yang disampaikan oleh dalang Ki Lebari pada pegelaran wayang topeng di desa Wonosari, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik rekam catat. Model penelitian dalam penelitian ini menggunakan analisis konten. Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan kecukupan bahan referensial. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi (1) transkripsi data rekaman, (2) transliterasi data rekaman, (3) klasifikasi data, (4) analisis struktur dan interpretasi, dan (5) pengujian data. Hasil penelitian berupa pendidikan karakter yang dapat diperoleh melalui teladan tokoh Bethara Guru dalam lakon Bethara Guru Krama Wayang Topeng Tengger yang merupakan modifikasi representatif masyarakat dengan tujuan membentuk karakter yang baik. Tokoh Bethara Guru dalam lakon Bethara Guru Krama juga merupakan sosok yang berperan penting dalam meneladani pembentukan karakter manusia di tengah masyarakat. Karena lakon Bethara Guru Krama kerap dibawakan pada pertunjukan Wayang Topeng Tengger dalam upacara adat ruwatan, baik ruwatan adat maupun ruwatan anak. The formation of community character is inseparable from the prevailing environmental conditions, customs and culture. Like the figures and role models in folklore, one of them is the character Bethara Guru in the Lakon Bethara Guru Krama in the Wayang Topeng Tengger. This study aims to present the results of the analysis of character education contained in the example of the character Bethara Guru in the Lakon Bethara Guru Krama Wayang Topeng Tengger. The character traits and stories in the Lakon Bethara Guru Krama can be used as a form of material and a basis for submission to build and educate one's individual character, both formal and non-formal. The central figure in each generation in the Lakon Bethara Guru Krama has several attitudes that should be studied and emulated. This research was compiled using a qualitative approach based on data sources and research data on the form of oral literature in the form of the story of the Lakon Bethara Guru Krama which was delivered by the puppeteer Ki Lebari at a mask puppet performance in Wonosari village, Sumber sub-district, Probolinggo district. The data collection technique in this study used note-taking and record techniques. The research model in this study uses content analysis. Test validity of the data in this study using the adequacy of referential materials. Data analysis techniques in this study included (1) transcription of recorded data, (2) transliteration of recorded data, (3) data classification, (4) structural analysis and interpretation, and (5) data testing. The result of the research is character education that can be obtained through the example of the character Bethara Guru in Bethara Guru Krama play Wayang Topeng Tengger which is a representative modification of the community with the aim of forming good character. The character of Bethara Guru in Bethara Guru Krama play is also a figure who plays an important role in modeling the formation of human character in society. Because the Bethara Guru Krama play is often performed at the Tengger Mask puppet show in traditional ruwatan ceremonies, both traditional ruwatan and children's ruwatan
Pendidikan Nilai-Moral Melalui Pembelajaran Pantun pada Siswa Sekolah Dasar
Kebutuhan akan pendidikan nilai moral merupakan hal yang penting untuk ditanamkan sejak dini khususnya pada anak sekolah dasar. Penanaman nilai moral dapat dilaksanakan melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia salah satunya melalui materi pantun. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan pembelajaran pantun pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam nenanamkan nilai moral di kelas IV SDN Bangselok 1 Sumenep. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan (1) pembelajaran pantun berkaitan menggunakan metode ekspositori divariasikan dengan tanya jawab, penugasan, serta problem solving; (2) Nilai yang muncul diantaranya adalah demokratis (berpikir logis), kerja keras, religius, jujur, tanggung jawab, mandiri, kreatif, bersahabat/berkomunikasi dan gemar membaca; dan (3) upaya mengatasi kendala pembelajaran pantun dalam menanamankan nilai dengan cara mengelola interaksi antara siswa, media dan strategi pembelajaran