13 research outputs found

    Sanggar Printing Mas : Sejarah dan Pola Manajemennya

    Get PDF
    Sejarah Sangar Sanggar tari Printing Mas merupakan sanggar yang tidak hanya membidangi wilayah tari, namun juga tabuh dan kostum. Sanggar tari ini di Bali cukup dikenal oleh karena kualitas dan kredibilitasnya. Terletak di Jl. Meduri no.11, Denpasar Timur, sanggar tari ini selalu saja ramai dikunjungi oleh anak-anak atau remaja yang belajar tari dan tabuh serta konsumen yang ingin menyewa atau membeli pakaian tari. Wajar saja, karena disamping eksis di bidang tari, sanggar ini memiliki spesialisasi di bidang pembuatan dan sewa pakaian. I Wayan Oklan dan adiknya I Made Oklin, adalah dua orang bersaudara yang merupakan pencetus ide untuk mendirikan Sanggar Printing Mas. Sanggar ini pada mulanya hanyalah kumpulan seniman yang merasa terpanggil untuk mengabdi di jagat seni tradisi Bali, tanpa memandang imbalan. Hal inilah yang dituturkan oleh sang ketua sanggar Eka Surya Wirawan. Sesuai penuturannya, sanggar ini dahulunya tidak memiliki modal pendukung seperti instrument gong kebyar. Instrumen tersebut akhirnya didapat dengan cara meminjam dari pihak Bank Sri Partha yang terletak di dekat sanggar ini berada. Kompensasinya, bila di Bank Sri Partha terdapat upacara keagamaan yang memerlukan pementasan kesenian, maka kelompok seni yang dipimpin Oklan dan Oklin diundang untuk ngayah. Kontan saja Oklan dan Oklin antusias menyambut tawaran tersebut

    Geriya Gede Bongkasa: Mata Air Kesenian Bali di Masa Lalu

    Get PDF
    Dalam kehidupan masyarakat Bali, Geriya merupakan sebuah rumah atau tempat tinggal bagi seorang pendeta suci Hindu beserta keluarganya. Geriya, secara etimologis berasal dari kata Grha (baca : Griha) dalam Bahasa Sansekerta yang berarti rumah. Dalam perkembangan bahasa, maka kata Grha berubah menjadi kata Geriya. Di dalam Geriya, pada umumnya dapat dilihat dan dirasakan begitu kentalnya nuansa budaya yang tercermin dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang di dalamnya. Di bidang kesenian, Geriya juga merupakan tempat olah seni yang konservatif, khususnya pembelajaran seni tradisional seperti tari dan pedalangan. Hal ini dikarenakan seni tradisional tersebut bersentuhan langsung dengan sumber pustaka suci yang dijadikan sumber acuan dalam setiap isi pementasannya, misalnya tari topeng maupun wayang. Kedatangan orang-orang yang ingin menimba ilmu kesenian tradisional di Geriya Bongkasa menjadikan suasana begitu hidup, di mana interaksi guru dan murid membawa suatu dinamika kehidupan seni yang indah. Pola kehidupan seperti inilah yang menjadi tradisi kehidupan di dalam lingkungan Geriya yang ingin terus dipertahankan

    SANGGAR SENI CENK BLONK BELAYU, SEJARAH DAN POLA MANAJEMENNYA

    Get PDF
    A. Sejarah berdirinya sanggar Kedekatan seorang dalang I Wayan Nardayana dengan dunia seni, khususnya pewayangan sesungguhnya telah dimulai ketika ia masih duduk di kelas 5 SD. Dahulu, di desanya yaitu Desa Belayu, pernah ada 3 grup kesenian wayang yang beranggotakan setidaknya 6-9 orang pemain anak-anak. Salah satunya adalah grup wayang yang ia dirikan bersama teman-teman sebayanya yang bergelut di dunia wayang kulit. Grup ini didirikan berkat kesamaan hobi, kecintaan pada dunia kesenian dan karena memang di daerah setempat hanya ada kesenian wayang yang cukup digemari kala itu. Grup Nardayana ini sering melakukan pentas keliling yang diundang oleh orang yang punya hajatan, misalnya acara pernikahan. Upah yang diberikan waktu itu sebesar 100 rupiah. Dari 3 grup yang ada saat itu, 2 di antaranya bubar dan hanya grup Nardayana yang berhasil bertahan. Sayangnya, menanjak ke kelas 6 SD, wayang-wayang dari karton yang ia buat bersama teman-temannya dibakar oleh orang tua Nardayana. Hal ini dikarenakan nilai rapor sekolahnya yang selalu merah karena tak pernah belajar. Namun demikian, ia bertekad suatu saat kelak, ia ingin kembali membuat grup kesenian yang bergelut di dunia pewayangan. Inilah cikal bakal ia mendirikan Sanggar Seni Cenk Blonk Belayu yang ada sekarang

    Drama Tari Kunti Sraya

    Get PDF
    Seni Tari yang merupakan salah satu manifestasi dari kesenian Bali dalam realitasnya sangat berperan dalam kehidupan masyarakat. Kearifan yang dimiliki oleh agama Hindu membuat kehidupan seni tari menjadi eksis. Kalau diamati, peranan tari dalam kehidupan masyarakat Bali memiliki tiga fungsi utama yaitu: sebagai wali, bebali, dan balih-balihan. Seni dramatari tradisional dalam seni pertunjukan di Bali memang tidak pernah habis untuk dikupas dan dibahas. Hal ini terjadi karena saking banyaknya sumber cerita ataupun topik yang diangkat dan ditransformasikan ke dalam bentuk seni pertunjukan yang tentu saja dibalut dengan nilai-nilai estetika dan filsafat yang utuh. Sumber-sumber cerita tersebut dapat berasal dari babad, epos Ramayana maupun Mahabrata, mitologi maupun sumber sastra lainnya. Sebagai salah satu bentuk pertunjukan balih-balihan, dramatari sangat mengedepankan unsur keindahan, struktur dramatik yang jelas dan dibawakan dengan ekspresi jiwa yang kental. Di Bali sendiri, sudah terdapat banyak jenis dramatari seperti drama tari Arja, dramatari Topeng, dramatari Gambuh, dramatari Calonarang dan banyak pula berkembang dramatari kreasi baru yang diciptakan seniman-seniman muda. Namun, ada satu jenis dramatari yang cukup menarik minat penulis untuk menelitinya lebih jauh, yaitu dramatari Kuntisraya

    PENTAS TARI JOGED BUMBUNG LANSIA DI DESA KESIMAN PETILAN: SEBUAH POTRET KECERIAAN DI HARI TUA

    Get PDF
    Pentas Tari Joged Bumbung Lansia (orang yang telah lanjut usia) ini merupakan sebuah kegiatan yang dirancang dan diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Kesiman Petilan serta ditunjang oleh adanya perhatian Pemerintah Kota Denpasar dalam bentuk bantuan dana yang disebut Alokasi Dana Desa (ADD). Kucuran bantuan dana inilah yang dimanfaatkan oleh Kepala Desa Kesiman Petilan, I Wayan Gede Darma Putra, S.T., untuk membuat sebuah pementasan tersebut di atas dalam format parade yang baru tahun ini dilaksanakan. Diselenggarakannya pentas tari ini dilatari oleh perhatian yang begitu besar terhadap kesehatan para lansia yang terdiri dari dua aspek yaitu fisik dan non-fisik. Secara fisik, para lansia telah dibekali dengan latihan olah raga senam yang bertempat di Balai Banjar masing-masing. Sedangkan secara non-fisik, diadakanlah pementasan Tari Joged Bumbung. Sebuah lontaran yang unik sekaligus mengundang rasa “geli” dari penonton maupun dari penarinya sendiri, mengingat biasanya Tari Joged biasanya dibawakan oleh para gadis belia nan cantik. Tentunya dengan gerakan-gerakan tari yang jauh lebih luwes, menarik dan tentu saja cantik. Terlepas dari itu semua, dipilihnya jenis tarian ini dikarenakan Tari Joged Bumbung adalah seni tari pergaulan, sehingga diharapkan bisa memupuk rasa keakraban antar perserta maupun antara peserta dengan penonton

    Sejarah Tari Legong di Bali

    Get PDF
    Tari Legong dalam khasanah budaya Bali termasuk ke dalam jenis tari klasik karena awal mula perkembangannya bermula dari istana kerajaan di Bali. Tarian ini dahulu hanya dapat dinikmati oleh keluarga bangsawan di lingkungan tempat tinggal mereka yaitu di dalam istana sebagai sebuah tari hiburan. Para penari yang telah didaulat menarikan tarian ini di hadapan seorang raja tentu akan merasakan suatu kesenangan yang luar biasa, karena tidak sembarang orang boleh masuk ke dalam istana. Mengenai tentang awal mula diciptakannya tari Legong di Bali adalah melalui proses yang sangat panjang. Menurut Babad Dalem Sukawati, tari Legong tercipta berdasarkan mimpi I Dewa Agung Made Karna, Raja Sukawati yang bertahta tahun 1775-1825 M. Ketika beliau melakukan tapa di Pura Jogan Agung desa Ketewel ( wilayah Sukawati ), beliau bermimpi melihat bidadari sedang menari di surga. Mereka menari dengan menggunakan hiasan kepala yang terbuat dari emas. Ketika beliau sadar dari semedinya, segeralah beliau menitahkan Bendesa Ketewel untuk membuat beberapa topeng yang wajahnya tampak dalam mimpi beliau ketika melakukan semedi di Pura Jogan Agung dan memerintahkan pula agar membuatkan tarian yang mirip dengan mimpinya. Akhirnya Bendesa Ketewel pun mampu menyelesaikan sembilan buah topeng sakral sesuai permintaan I Dewa Agung Made Karna. Pertunjukan tari Sang Hyang Legong pun dapat dipentaskan di Pura Jogan Agung oleh dua orang penari perempuan

    Tari Gembala : Tari Bali Kreasi Baru di Hari Natal

    Get PDF
    Masyarakat Bali adalah masyarakat heterogen yang hidup penuh kedamaian dengan sesama manusia, harmonis dengan alam dan bakti kepada sang pencipta. Kesibukan masyarakat Bali yang sehari-hari dipenuhi dengan kegiatan keagamaan tidak sedikitpun mengurangi niat untuk berbaur dan hidup saling toleransi dengan umat lain. Hari Natal dan tahun baru merupakan dua event penting di penghujung tahun 2008 lalu, sekaligus juga momen-momen yang sangat sibuk bagi para pelaku seni khsususnya seni tari. Hal ini dibuktikan dengan maraknya pagelaran seni tari di berbagai tempat seperti hotel, gedung kesenian, rumah pribadi serta tempat-tempat tertentu uang dipilih oleh suatu komunitas untuk menggelar atraksi hiburan. Seperti yang terjadi di Balai Budaya Kota Gianyar pada tanggal 27 Desember 2008 yang lalu. Pementasan yang masih ada kaitannya dengan Hari Natal ini diselenggarakan oleh komunitas kristiani kab. Gianyar bekerja sama dengan Pemkab Gianyar. Komunitas kristiani tersebut menggelar berbagai acara dan salahsatunya adalah Tari Gembala yang dibawakan oleh para mahasiswa ISI Denpasar. Penabuhnya pun sebagian besar berasal dari ISI dan tergabung ke dalam grup Misi Internasional pimpinan Mr. Jonathan dari Amerika. Pementasan ini menurut penulis cukup menarik karena disamping merupakan event lintas agama, juga memiliki misi penting yaitu bagaimana hidup dengan damai melalui seni

    SENI DIGITAL WISATA TEKNOLOGI AR PASUA PA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

    Get PDF
    ABSTRAKIndonesia memiliki beragam potensi alam, seni, budaya, pendidikan, kuliner, sejarah, teknologi, dan religi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik utama wisata. Tulisan ini merupakan hasil penelitian Konsorsium Kemenristekdikti dengan mengangkat seni tradisi dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, ISBI Papua, dan ISBI Aceh. Penelitian ini menerapkan teknologi Augmented Reality (AR) pada kesenian yang ada di Papua, Sunda, dan Aceh (PASUA) sebagai Performent Art (PA), sehingga seni wisata digital ini menjadi sebuah produk karya seni budaya AR Pasua PA, yang secara khusus menggarap perkembangan seni tradisi sebagai kearifan lokaldalam perkembangan seni digital sebagai salah satu bentuk pengemasan seni wisata.Potensi seni digital AR Pasua PA cukup menarik menjadi salah satu asset wisata devisa non migas yang perlu ditingkatkan pengelolaan dan pemberdayaannya. Oleh karena itu, kesiapan pembuatan AR Pasua PA dalam pengembangan wisata seni digital masih perlu ditingkatkan di era industri 4.0 berbasis kearifan lokal. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk memetakan zonasi pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter masyarakat wilayah Timur dari Papua, selanjutnya Tengah dari Sunda, dan Barat dari Aceh, seperti perjalanan matahari dari terbit di Tanah Papua , selanjutnya bersinar di Tanah Parahyangan , dan akhirnya terbenam di Serambi Aceh. Analisis sistem pengembangan pariwisata berbasis seni digital diterapkan di Perguruan Tinggi Seni di Indonesia, sehingga perlu dilakukan tercipta model AR Pasua PA dalam pengembangan dan pengelolaan wisata berbasis teknologi augmented reality. Hasil penelitian yang diharapkan adalah terciptanya sebuah model pengembangan pariwisata seni digital yang terpadu berbasis kearifan lokal, khususnya Papua, Sunda, dan Aceh, yang dapat diterapkan di seluruh PT Seni di Indonesia, khususnya di wilayah ISBI Bandung, ISBI Papua, dan ISBI Aceh.Kata kunci: wisata seni digital, teknologi augmented reality, kearifan lolal.ABSTRACTSIndonesia has a variety of natural, artistic, cultural, educational, culinary, historical, technological and religious potentials that can be developed as the main tourist attraction.This paper is the result of a research by the Consortium of the Ministry of Research, Technology and Higher Education (Kemenristekdikti) by bringing up traditional arts from the Indonesian Cultural Arts Institute (ISBI) Bandung, ISBI Papua, and ISBI Aceh. This study applies Augmented Reality (AR) technology to arts in Papua, Sunda and Aceh (PASUA) as Performance Art (PA), so that this digital tourism art becomes a product of AR Pasua PA cultural art, which specifically works on the development traditional art as local wisdom in the development of digital art as a form of tourist art packaging.The potential of AR Pasua PA digital art is quite interesting being one of the non-oil and gas foreign exchange tourism assets that needs to be improved in its management and empowerment. Therefore, the readiness to make AR Pasua PA in the development of digital art tourism still needs to be improved in the er

    Aesthetic Transformation in the Production Process of the Augmented Reality Folklore Pasua Realtime Performance

    Get PDF
    At present, the view of aesthetics has undergone a shift in line with the aesthetic concepts that have emerged in every era. This aesthetic transformation preserves cultural values in the Millennium Era, following along with the development of performing arts in Indonesia which are also growing. In the production of performing arts there is a need for continuous creativity. Creativity is a very important factor in the life of art, that at least creativity has three benefits: a) enabling humans to provide the strongest response to new situations, b) reacting more strongly to old challenges, c) organizing new situations and giving strong response to it. Creativity allows artists to improve the quality of the presentation of a new and original performance art.This paper is the result of the Research of the Consortium in the field of Art by raising three cultural phenomena that exist in the archipelago, namely Papua, Sunda, and Aceh. The structure of these three territorial territories is a name of virtual reality that is typical of PASUA's Augmented Reality (AR) (Papua-Sunda-Aceh) Performance Arts (PA) 4.0. An augmented reality real time synchronization in the creation of performance art 4.0. which describes the cycle of human life symbolized by the Sun. Beginning with the sun rising in Papua, it then shines on the land of Parahyangan, Sunda and finally sets in Aceh, the Veranda of Mecca

    ARTIK Edisi 2

    Get PDF
    KATA PENGANTAR Puja pangastuti sesanthi angayubagia, kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya buku dengan judul “ARTIK” Edisi 2. Buku ini adalah kumpulan artikel yang ditulis tri civitas akademika ISI Denpasar pada page website ISI Denpasar selama kurun waktu tahun 2020. Kegiatan penulisan artikel pada website ISI Denpasar merupakan rencana kegiatan rutin yang diagendakan setiap tahun oleh UPT. Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) ISI Denpasar. Pada tahun 2020 artikel tersebut dikumpulkan dalam pusparagam artikel. Dengan tujuan untuk menyebarkan lebih luas gagasan-gagasan ilmiah maka dilakukan alih media terbit dari website kedalam buku. Artikel yang diterbitkan dalam buku ARTIK berjumlah 56 judul. Dalam pembahasan buku ini, meliputi ruang lingkup fenomena maupun keunikan seni dan budaya pada ranah seni pertunjukkan serta seni rupa dan desain. Hal tersebut sesuai dengan filosofi dari nama buku ARTIK yang mengandung makna ART adalah seni dan TIK adalah media awal publikasi melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berupa website. Untuk itu pada terbitan awal buku ini, tim penyusun menyadari bahwa terkait dengan hasil akhirnya masih jauh dari sempurna sehingga tim sangat mengharapkan koreksi dan masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini pula, tim penyusun ingin menyampaikan terimakasih kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Si, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn. Kepala UPT TIK Nyoman Lia Susanthi, S.S., iv ARTIK M.A, Kasubag TIK Ni Luh Kadek Dwi Gunawati, S.E, Staf TIK Ni Made Dwi Oktaviani, S.Kom., Yulia Ardiani, S.Kom., IB. Gede Wahyu Antara Dalem, S.Kom., A.A. Gede Bagus Ariana, S.T., M.T., I Putu Widi Adnyada, S.Kom, Editor artikel website Prof. Dr. Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn serta seluruh penulis artikel yang telah mempercayakan tulisannya diunggah ke website ISI Denpasar. Oktober 2020 Tim Penyusu
    corecore