9 research outputs found

    PERANCANGAN STASIUN KERJA MENGURANGI KELUHAN SUBJEKTIF WANITA PEKERJA MOSAIK PADA CV. MTN BALI

    Get PDF
    Abstract: this article offers promoting productive performance via ergonomic approach at CV. MTN, which is a wood manufacture industry that produces furniture. Of the varying product include Hotel facilities, private home, and wooden floors (mosaic tile). The mosaic tile has been the export commodity, but the employees work manually and simply, without using sufficient equipments, which instigates a subjective complaint of mosaic artist. They are complaint because they have to work on the top of a relatively. High desk and table that forcesan un-natural working behavior. The size of table and work material too short forces the employee to bend. To promote the performance of the employee is by mitigating the complaint and working impulse with ergonomic approaches maximally

    Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Bagian II

    Get PDF
    Pedoman Ukuran dan Bentuk Bangunan Tradisional Bali Konteks ukuran dan bentuk Bangunan Tradisional Bali mengacu pada Skala bagian – bagian tubuh manusia seperti ; lengan, tangan, jari , kaki dan telapak kaki. Jika yang dibangun rumah tinggal, maka yang menjadi skala pokok ukuran adalah si pemilik rumah atau kepala keluarga. Sedangkan untuk tempat suci ( Pura, Merjan dan lainnya ) mengacu pada ukuran pengemong tempat suci tersebut. Ukuran bentangan tangan ( depa agung, depa madya dan depa alit ) dipakai untuk mengukur panjang dan lebar pekarangan, tapak kaki dipakai untuk mengukur jarak anatra komponen bangunan dengan bangunan lain yang ada di halaman peumahan atau natah umah, dan jarak masa bangunan ke tembok – tembok pekarangan sekelilingnya. Sedangkan untuk tinggi bangunan dan atau dimensi bangunan sipakai satuan ukuran, dari bagian-bagian tangan, ruas-ruas jari, tebal jari yang masing-masing disebit dengan Aguli, agemel, acengkang dan amusti. Sebagai satuan ukuran bangunan tradisional Bali adalah Rai ( 1 rai = +_ 10cm

    Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Bagian I Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Di Desa Adat Penglipuran - Kecamatan Kubu Kabupaten Bangli

    Get PDF
    Abstract : Rumah adat penglipuran di desa adat penglipuran kecamatan kubu, kabupaten Bangli merupakan kompleks pemukiman tradisional terpadu dan mempunyai keunikan arsitektur yang keberadaannya masih tetap terjaga sampai saat ini. Angkul –angkul di desa adat penglipuran dalam tata ruang pemukiman terkait dengan tata kondisi lingkungan alami menganut konsep Tri Hita Karana, adat istiadat, kehidupan social masyarakat dengan konsep Desa Kala Patra yang berorientasi pada Tri Mandala, Tri Angga dan Bhuanaanda serta system kemasyarakatannya berpedoman pada konsep Tat Twam Asi. Angkul –angkul rumah adat penglipuran merupakan cerminan masyarakat gotong royong dan mempunyai nilai kebersamaan dan kesederhanaan dalam bentuk atau wujud dari angkul –angkul tersebut seragam dan tidak memiliki nilai perbedaan, baik bahan maupun besarnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metide kualitatif yang dipayungi oleh Ilmu Kajian Budaya ( cultural studies ) terutama kajian budaya makna simbolik. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk memporoleh pengetahuan secara empiris melalui pengamatan langsung dengan kaidah – kaidah perancanagan tata ruang dan mempelajari nilai fungsi, bentuk dan makna dari angkul – angkul yang merupakan komponen bangununan dalam pekarangan rumah adat di desa penglipuran. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rumah adat penglipuran menjaga kelestarian alam lingkungannya sejalan dengan konsep – konsep tata ruang pemukiman yang hiharkinya adalah nilai makna yang terkandung dalam Tri mandala ; Utama mandala, madya Mandala, Nista Mandala. Berdasarkan Fungsi, bentuk dan Maknanya. Fungsi angkul –angkul di desa penglipuran dimana orang yang akan masuk kepekarangan rumah dapat dicapai dengan bebas dan terbuka, Bentuk angkul – angkulnya tidak memiliki aling-aling dan tidak memiliki pintu, makna yang terkandung adalah mereka dalam suatu pekarangan dan dalam satu kawasan adalah milik bersama masyarakat adat penglipuran. Angkul-angkul desa adat penglipuran memiliki bentuk, motif, letak dan ukuran yang sama serta seragam di seluruh pekarangan perumahan, sehingga konsep pemukiman rumah adat penglipuran tidak memiliki perbedaan status social dan mereka adalah satu dalam kebersamaan

    Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Bagian III

    Get PDF
    Fungsi, Bentuk dan Makna Angkul – angkul Rumah Adat Penglipuran Pembagian daerah ruang rumah adat penglipuran terdapat perbedaan komposisi bangunan pada daerah sisi Kauh ( barat ) dan daerah sisi Kangin ( timur ). Rumah adat di sisi Kauh ( Barat ) rurung gede tempat suci ( sanggah ) terletak disebelah Utara Angkul-angkul, dan Bale adat terletak di sebelah selatan berada satu garis lurus dengan angkul-angkul sedangkan lumbung, Paon ( dapur ) terletak di sebelah barat sanggah dan loji menghadap ke timur di sebelah barat

    ANALYSIS OF SIMBOLIC MEANING OF THE SPACE AND LAYOUT OF ANGKUL-ANGKUL OF TRADITIONAL HOUSE IN PENGLIPURAN VILLAGE-KUBU DISTRICT, BANGLI REGENCY

    Get PDF
    Traditional house of Penglipuran, located in Penglipuran traditional village, Kubu district, Bangli regency, is an integrated traditional settlement complex and having unique architecture whose existence is still maintained to this day. The angkul-angkul of Penglipuran traditional village is related to the natural environment conditions that embrace the concept of Tri Hita Karana. The customs and social life of the society is connected to the concept of Desa Kala Patra which is oriented to Tri Mandala, Tri Angga, and Bhuanaanda and its social system is based on the concept of Tat Twam Asi. Angkul-angkul of Penglipuran traditional village reflects the mutual cooperation community as well as represents collective value and simplicity. It can be seen from the uniformity of the shape of angkul-angkul which shows no diversity in both the material and measurement. The research method being used is qualitative method under the cultural studies especially the studies of symbolic meaning. The aim of this study is to acquire empirical knowledge through direct observation by the rules of spatial planning and to learn the value of the function, form and meaning of angkul-angkul which become the house component in the yard of the traditional house in Penglipuran. From the result of the research, it is revealed that the traditional village of Penglipuran preserve the natural environment which is in line with the concept of spatial settlement in which the hierarchy is lied on the meaning contained in Tri Mandala; Utama Mandala, Madya Mandala, and Nista Mandala. Based on its function, form, and meaning, the function of the angkul-angkul, where people can enter the house, can be reached freely and directly. The shape of the angkul-angkul does not have aling- aling (shelter/protective cover) and door and the meaning implied that the angkul-angkul in a yard or in an area is collectively belong to the society of Penglipuran. Angkul-angkul of Penglipuran traditional village have the same shape, motif, location, and measurement in all yard of the houses. Therefore, the settlement concept of Penglipuran traditional Village has no difference in social status and they are one in unit

    Correlation between C--reactive protein and serum iron levels in children with pneumonia

    No full text
    Background Pneumonia is an infectious disease often occuring in children under five years of age. At the time of infection, pro-inflammatory cytokines are released. It is thought that these pro-inflammatory cytokines cause changes to iron homeostasis in the body. Objective To determine a correlation between CRP and serum iron levels in children with pneumonia. Methods An analytical, cross-sectional study was performed in children aged 6 months-5 years with severe pneumonia at Sanglah Hospital, Denpasar, Bali from April-November 2010. Laboratory examinations included CRP and serum iron levels. The correlation between CRP and serum iron levels was analyzed by Pearson's correlation. Results From 69 children with severe pneumonia, 23 children fulfilled the inclusion criteria. Subjects' median CRP level was 9.22 mg/Land median serum iron level was 25.55 ug/dL. The coefficient correlation between CRP and serum iron levels was -0.580 (P=0.004). The determination coefficient value was 0.316. Conclusion In children with severe pneumonia, CRP level correlates negatively with serum iron levels. [Paediatr lndones. 2012;52:38-42)

    Correlation between C-reactive protein and serum iron levels in children with pneumonia

    Full text link

    KORELASI ANTARA KADAR C-REACTIVE PROTEIN DENGAN KADAR BESI SERUM PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA BERAT

    No full text
    Pneumonia is one of the infectious disease which often occurs in children under five years old. At the time of infection, pro-inflammatory cytokines would be released. It is tought that these pro-inflammatory cytokines causes changes in iron homeostasis in the body. The objective of this study is to know the correlation between CRP levels and serum iron levels in children with severe pneumonia. An analytic cross sectional study was done on children aged 6 months-5 years old with severe pneumonia at Sanglah Hospital Denpasar from April 2010-September 2010. The laboratoric examination includes testing the CRP levels and serum iron levels. The correlation between CRP levels and serum iron levels are calculated using a computer software. From 69 children with severe pneumonia, 23 children fulfilled the inclusion and exclusion criteria. In children with severe pneumonia, the average CRP level was 9,22 mg/L and serum iron level was 25,55 ug/dL. The coefficient correlation between CRP level and serum iron level was -0,580 with p = 0,004. The determination coefficient value is 31,6 %, which means the 31,6% decrease in serum iron is influenced by the increase in CRP. In children with severe pneumonia, the CRP levels correlates negatively with the serum iron levels

    PROCEEDING SEMINAR NASIONAL: SENI RUPA NUSANTARA BASIS KEUNGGULAN NASIONAL TAHUN 2016

    No full text
    Om Swastiastu, Seminar Nasional pada tanggal 28 Oktober 2016, diselenggarakan oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dan diikuti oleh 17 pemakalah inti dan artikel pendamping yang dihimpun dalam buku Procceding Seminar Nasional 2016: “Seni Rupa Nusantara Basis Keunggulan Indonesia”. Makalah Seminar Nasional ini call for pa- per, sangat berarti bagi FSRD-ISI Denpasar dalam bentuk procceding yang ber ISBN 978-602- 9855-8-3. Seminar nasional ini juga menghadirkan keynote speaker Wali Kota Denpasar, I.B Rai Dharmawijaya Mantra, Pembicara sesi (I) Prof. Dr. Agus Burhan (Rektor ISI Yogyakarta), Pembicara sesi (II) Dr. Dody Wyancoko (Dosen ITB Bandung), dan Pembicara sesi (III) Dr. I Wayan Kun Adnyana ISI Denpasar. Seminar nasional akan diarahkan untuk mengembangkan “cara berpikir” dari berbagai aspek dalam studi seni rupa dan desain, termasuk media rekam untuk penciptaan suatu karya. Panitia penyelenggara mewakili institusi FSRD-ISI Denpasar yang menjadi tuan rumah seminar nasional, mengucapkan banyak terima kasih atas partisi- pasi para akademisi dan para pemerhati seni rupa Indonesia seperti: Seni Lukis, Seni Patung, Produk Kriya, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Fotografi, Desain Mode, Film dan Televisi kemudian mempresentasikan dalam seminar nasional ini. Adapun bentuk sub tema: 1). Eksplorasi Seni Rupa Nusantara; 2). Keragaman Seni Rupa Nusantara, 3). Peluang studi dan penelitian; 4). Konsep dan filosofi Seni Rupa Nusantara. Dengan kerendahan hati panitia men- gucapkan selamat berseminar, terutama kepada peserta utusan dari; Universitas Negeri Malang (UNM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, Uni- versitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universita Mahasaraswati (UNMAS) Denpasar, Universitas Bunda Mulia Jakarta, dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Dengan penuh harapan, bahwa kegiatan seminar nasional ini dapat terselenggara den- gan sukses membawa pengalaman baru serta persahabatan abadi. Atas nama panitia, tidak lupa kami mengucapkan mohon maaf apabila ada pelayanan yang kurang memuaskan dan mungkin dilain waktu bisa lebih baik lagi penyelenggaraannya. Salam seni dan budaya. Om Santih Santih Santih O
    corecore