53 research outputs found
Menyeberang dari Tradisi Sendiri Kritisisme Moderat Kiai Sahal
Artikel ini berargumen bahwa KH. Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh mempunya etos keilmuan yang melampaui tradisi beliau sebagai kiai pesantren dan alim NU. Beliau mempunyai apa yang disebut oleh penulisnya sebagai "kritisisme moderat" yang berani mengkritik tradisi keilmuan pesantren dan bahkan Islam, tetapi tidak sampai membuat beliau liberal. Perhatian beliau kepada problem sosial umat Islam membuat beliau mengembangkan fikih sosial dan menjadi salah satu pionirnya yang utama di Indones
ljtlhad Akar Rumput Autoetnografl (Re) lnterpretasi Teologls Seharl-harl di Masa Pandeml
Artikel ini bertujuan menjelaskan pengalaman keterlibatan penulisnya
dalam dinamika keagamaan keislaman di dusun tempat dia tinggal, dan bagaimana dinamika itu diarahkan oleh situasi sosial, budaya, ekonomi, dan politik pada satu sisi serta pandemi Covid-19 pada sisi lain. Di dusun kami itu terjadi apa yang saya sebut "ijtihad akar rurnput", yakni ijtihad (interpretasi teologis mandiri) sehari-hari yang dilakukan oleh umat Islam, baik ulama maupun awam, di dalam komunitas atau masyarakat tertentu. Dalam konteks kampung saya, terdapat mereka yang dikenal sebagai ustaz, pengurus takmir masjid, imam, rais atau kaum, dan jemaah. Ijtihad ulama MUI, Muhammadiyah, NU, dan lain-lain), yang saya sebut "ijtihad profesional", masuk atau dikonsumsi dalam level akar rumput ini, tetapi aktor-aktor lokal juga mengonstruksi ijtihad mereka sendiri. Di sini, lahir ijtihad akar rumput yang genuine dan kontekstual di
tengah-tengah masyarakat berdasarkan pengetahuan yang diperoleh
dari teks-teks keagamaan, fatwa ulama, kebijakan pemerintah, ilmu
kesehatan, media massa, dan common sense dalam melihat realitas sehari-hari, termasuk realitas yang disebabkan Covid-19
Intelektual yang Akademisi, Pejabat, dan Kiai Sketsa Biografis Prof. Dr. KH. Muhammad Machasin, MA.
Prof. Dr. KH. Machasin, MA, adalah
seorang akademisi, intelektual, pejabat dan kiai sekaligus,
yang ditulis dalam rangka memperingati hari kelahiran beliau
yang ke 65. Dalam ruang buku kompilasi semacam ini tidaklah
mungkin menuliskan segala aspek tentang beliau secara detail.
Banyak hal, tentu, terluput dan belum tersentuh
Raja, Pujangga dan Nalar Islam Kejawen Politik Deortodoksifikasi, Apropriasi dan Hermeneutika Pribumi
âRaja, Pujangga dan Nalar Islam Kejawen: Politik Deortodoksifikasi, Apropriasi dan Hermeneutika Pribumi,â in: Choirul Fuad Yusuf (ed.), Membaca Kebaikan Bersama Masa Mataram Islam: Sebuah Studi Tentang Diskursus Identitas Ideal Muslim Jawa, Puslitbang Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2017.
Tulisan ini melacak genealogi salah satu varian Islam Jawa. yakni Islam Kejawen, dengan melihat agensi raja dan pujangga dalam proses pembentukan nalar Islam Kejewen dengan melihat pada satu sisi praktik historis, politis, kultural dan diskursit: dan pada sisi lain melihat hermeneutika pribumi (indigenous hermeneutics) yang mereka gunakan dalam menafsirkan teks dan tradisi keagamaan dalam rangka pembentukan nalar Islam kejawen itu
HAKI Laporan Penelitian Decolonizing Social Sciences Analysis of the Contributions of Some Muslim Scholars
This research is aimed to explain the contribution made by some Muslim scholars to decolonization of knowledge, particularly decolonization of social sciences, especially in Southeast Asia (Indonesia and Malaysia). Decolonization of social science among Muslim scholars is interesting because of three reasons: first, it is an emerging epistemic trend in the last thirty years and currently has become more relevant in the last decade; second, Muslim scholarsâ contribution in this field has been neglected; and third, as Mignolo said, it is the consequence of the Bandung Conference in 1955, in which Indonesia took major innitiative. Using the term âmuslim scholarâ rather than âIslamic scholarâ, this paper focus on person, rather than her/his belief. Muslim scholar may or may not use Islam as their source of inspiration in the decolonization of social sciences. To explain this, I use Foucaultâs theory of knowledge and power, Boaventura de Sousa Santosâ theory of ecologies of knowledges, Shiv Visvanathanâs cognitive justice, and B.L. Hall and R. Tandonâs knowledge democracy
Meramal Akhir Covid-19 dengan (Memanipulasi) Hadis Nabi
Dalam tulisan ini membantah video yang beredar pada masa awal wabah Covid-19, bahwa wabah ini akan hilang setelah kemunculan bintang Tsurayya. Pendapat ini didasarkan atas sebuah hadis: "'Jdza thala'a al-najmu dza shabahin rufi'at al-'ahatu', apabila suatu saat nanti muncul bintang pada pagi hari, maka akan diangkatlah segala macam wabah. Menurut penulis hadis ini tidak berbicara tentang wabah manusia, tetapi wabah tumbuhan dan ternak
Rethinking al-Amr bi l-Maâruf wa n-Nahy âan al-Munkar Etika Politik dalam Bingkai Post-Islamisme
Etika politik bertujuan, sebagaimana dikatakan Ricoeur, untuk
mengarahkan ke kehidupan yang baik, bersama dan untuk orang lain, dan dalam rangka memperluas lingkup kebebasan dan membangun institusi-institusi yang adil. Dalam konteks ini, Penulis berargumen bahwa sesungguhnya amar maâruf dan nahy munkar itu adalah bagian dari âetika publikâ, yang dipahami sebagai âetos, cara berada dan cara menilai yang khas pada suatu masyarakat yang tidak bisa disamakan dengan suatu doktrin atau agama tertentu, melainkan mengelompokkan atau menciptakan konvergensi di antara visi-visi yang berbeda tentang dunia. Etos ini yang memungkinkan pengambilan keputusan kolektif dan perundang-undangan. Ia mencakup tujuan, nilai dan norma tentang keadilan yang menjadi inspirasi baik praktik-praktik politik maupun institusi-institusi politik.â
Oleh karena itu, maâruf dan munkar bukanlah didefinisikan
oleh agama, melainkan oleh âkonvergensi di antara visi-visi
yang berbeda tentang duniaâ... âyang memungkinkan pengambilan keputusan kolektif dan perundang-undangan...â yang
mencakup âtujuan, nilai dan norma tentang keadilan yang menjadi inspirasi baik praktik-praktik politik.
Legal Pluralism within The Space of Sharia: Interlegality of Criminal Law Traditions in Aceh, Indonesia
This article aims to analyze various legal traditions working within the implementation of Islamic law after special autonomy in Aceh. Although Aceh's legal system follows the national legal system derived from civil law, diverse legal traditions still exist. The scope of this study is limited to the interaction of Aceh's legal traditions by taking the construction of juvenile and immoral criminal law and describing the social authorities who also operate the legal tradition to the parties in the case. This study presents the results using a case study model. Data obtained from interviews and documentation, analyzed using an interlegality approach. Based on the results of data analysis, it was found that the dialectic of legal traditions is determined by the role of actors acting as companions for victims to ensure that the rights of victims are not neglected. The traditions of Islamic law, customary law, and laws for protecting women and children are used interchangeably. The effort to combine these three legal traditions was carried out to obtain justice and guarantee the fulfillment of the victim's civil rights, such as the right to continue education, to relieve the trauma caused by the psychological pressure. The amalgamation of legal traditions in Aceh is an effective way to achieve justice for women and children and the construction of new laws to develop a national legal system that favors the interests of victims
THE KOREAN WAVE PHENOMENA IN YOUTH AND HALAL INDUSTRY: OPPORTUNITIES AND CHALLENGES
Korean culture was caused by the Korean wave or Hallyu wave that entered and spread among young people in Indonesia. The halal industry is considered an industry that can answer their needs and desires in this era of the booming Korean wave. The purpose of this study is to determine the impact of the Korean cultural phenomenon caused by the Korean wave on the economic, social, and consumptive cultural aspects of the younger generation, and to analyze the opportunities and challenges for the halal industry in dealing with this phenomenon. The method in this study is the netnographic method carrying out data collection techniques carried out by observing online and observing the facts in the field. Other supporting data sources are obtained from literature studies, be it journals, books or articles, and other writings. The results of this study indicate that Korean culture spreads to all aspects of the life of the younger generation who behave consumptively due to the bandwagon effect, from food, and drink to fashion. Opportunities for the halal industry are halal food gastro-diplomacy, Korean halal festivals event and the use of online media. While the challenges include the legality of thrifting products, imported ingredients that are not halal, the low awareness of halal by the younger generation and the dualism in halal certification
- âŠ