3 research outputs found

    PENGARUH AIR SUNGAI KOTOR, LIMBAH TAHU/ TEMPE,LIMBAH TINJA TERHADAP KUAT TEKAN PASANGAN BATA MERAH

    Get PDF
    Hal yang mendasari penelitian ini adalah SNI 03-4165-1996 Pd M 15- 1995-03 yaitu metode pengujian kuat lentur dinding pasangan bata merah di laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh air sungai kotor, limbah pabrik tahu/ tempe maupun limbah tinja terhadap kuat tekan pasangan bata merah tanpa diselimuti mortar bila dipasang dalam variasi ketebalan bata merah. Variasi pasangan bata merah satu batu dan setengah batu yang digunakan sebagai benda uji meliputi lima jenis sample, masing-masing sampel berjumlah tiga buah. Sample bata merah berasal dari 3 tempat yaitu Muntilan, Klaten dan Bekonang dan masing masing benda uji diuji dalam 3 perendaman air limbah yaitu air sungai kotor, limbah tahu/ tempe dan limbah tinja serta satu perendaman pada air bersih. Benda uji yang digunakan berukuran 240 mm x 240 mm x 400 mm untuk pasangan satu batu dan 115 mm x 240 mm x 400 mm untuk setengah batu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. Perencanaan campuran mortar yang digunakan adalah 1:3 (semen : pasir). Pengujian kuat tekan variasi pasangan bata merah dilaksanakan setelah direndam selama 14 hari. Hasil penelitian di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta menunjukkan bahwa air sungai kotor, limbah pabrik tahu/ tempe maupun limbah tinja pasangan bata merah satu batu dan setengah batu berpengaruh terhadap besarnya kuat tekanpasangan bata. Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa bata merah asal muntilan mempunyai kuat tekan paling tinggi terhadap air sungai kotor, limbah pabrik tahu/ tempe maupun limbah tinja dibandingkan dengan bata merah dari Klaten dan Bekonang dan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa limbah tinja adalah limbah yang berpotensi terhadap penurunan kuat tekan bata merah

    Effects of various macroalgae species on methane production, rumen fermentation, and ruminant production: A meta-analysis from in vitro and in vivo experiments

    No full text
    A meta-analysis was performed to examine the dietary inclusion of marine macroalgae species to target methane (CH4) reduction from ruminant animals and the effects on rumen fermentation and animal performance. A literature search was conducted from global scientific databases, resulting in 25 in vitro and 22 in vivo studies eligible to be integrated in a database. A total of 673 experimental units comprising 537 in vitro and 136 in vivo experimental units were analyzed by using mixed model methodology in SAS and multivariate analysis in R Studio. Principal component analysis (PCA) from in vitro dataset revealed difference effects of brown, green, and red macroalgae on CH4 production without a pronounced pattern on rumen fermentation. Likewise, PCA from in vivo dataset supported the in vitro results whereas Ascophyllum nodosum (brown) and Asparagopsis taxiformis (A. taxiformis; red) species showed noticeably separated clusters on CH4 production. Mixed regression analysis from in vitro and in vivo databases showed interaction effects (P 0.05) compared with control diet as a reference. Curvilinear effect on in vitro organic matter digestibility (P = 0.043) and linear degreased on crude protein digestibility (P = 0.029) were found. Feeding macroalgae did not affect dry matter intake (DMI), average daily gain (ADG), milk production and milk composition except for milk lactose which linearly increased (R2 = 0.731; P = 0.002) by increasing Ascophyllum nodosum level. In dairy cows, the inclusion of A. taxiformis increased iodine concentration by more than six-fold increase (P 10 g/kg DM of diet may result in an unfavorable effect on the high bromoform and iodine residuals in milk. Future in vivo study using less-explored species that had been tested in vitro need to be conducted
    corecore